"Shan, Shani, kamu didalam kan? Mama masuk, ya." Ucap Gracia setelah ia mengetuk pintu kamar Shani. Tak ada jawaban dari dalam, dengan keyakinannya, Gracia memutar knop pintu kamar Shani dan membukanya karena kamar Shani tak di kunci.

"Shan, Shani, kamu dimana?" Gracia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Shani sekaligus memperhatikan kamar Shani.

"Kamarnya rapi dan bersih," guman Gracia memberi komentar.

"Sepertinya dia di balkon," Gracia melangkahkan kakinya menuju balkon kamar Shani yang terbuka, dan ya, Gracia menemukan Shani disana yang sedang menghisap nikotin.

"Ehemm," dehem Gracia guna menarik perhatian Shani yang membelakanginya.

"Ngapain lo masuk ke kamar gue," ucap Shani dengan datar tanpa membalikkan badannya. Gracia hanya tersenyum mendengar nada datar Shani.

"Ngapain lagi kalau bukan untuk dekat denganmu, Shan." Gracia membalas ucapan datar Shani dengan lembut, ia semakin mendekat ke arah Shani, lalu berdiri disamping Shani.

"Nggak perlu deketin, gue, gue nggak bakal pernah menerima lo sebagai mama gue." Shani mengalihkan pandangannya dan menatap Gracia dengan datar, mematikan rokoknya dan masuk kedalam kamarnya. Melihat Shani masuk, Gracia pun ikut masuk, mengikuti langkah Shani.

"Keluar lo sana, ngapain malah ngikut duduk di kasur gue." Kesal Shani, menatap Gracia dengan tatapan tajamnya. Bukannya takut, Gracia malah tersenyum membalas tatapan Shani, anak tirinya itu.

"Kamu lucu, Shan."

"Palamu, lucu. Keluar nggak lo dari kamar gue," umpat Shani.

"Sebentar lagi, Shan. Mama masih mau ngobrol sama kamu, kamu nggak mau gitu akrab sama mama?" Ucap Gracia yang masih dengan nada lembutnya.

"Nggak! Mending lo keluar deh, sebelum gue berbuat kasar sama lo." Ancam Shani.

"Hmm,. Jangan ngerokok lagi ya, Shan. Nggak baik buat kesehatanmu," Gracia berdiri dari duduknya, sebelum ia keluar dari kamar anak tirinya itu, Gracia terlebih dulu mengacak-acak rambut Shani.

"Sialan! Ngapain coba pake ngacak-ngacak rambut gue." Umpat Shani setelah Gracia menghilang dari pandangannya. Tak terlalu memperdulikannya, Shani merebahkan tubuhnya dan tak lama kemudian ia mulai terlelap.

Gracia kembali ke kamar Shani sesaat setelah dirinya selesai mandi, seingatnya Shani belum makan dan niat Gracia kembali ke kamar anak tirinya itu guna mengajaknya makan siang.

"Shan, makan yu,...." Gracia tak melanjutkan ucapannya saat melihat Shani yang sudah terlelap. Gracia tersenyum tipis, berjalan mendekati Shani, duduk disamping sang anak. Tangan Gracia terulur menyentuh pipi Shani, memutar-mutar jarinya disana, turun ke bibir dan diam sejenak disana.

"Cup!"

"Tidur yang nyenyak, baby." Ucap Gracia dengan pelan sesaat setelah dirinya mengecup sudut bibir Shani. Gracia kembali meninggalkan kamar Shani, ia berjalan menuju kamarnya dengan senyum yang senantiasa menghiasi bibirnya.

"Nggak bisa, nggak bisa, masa aku terpesona dengan anakku sendiri, ya walaupun anak tiri." Batin Gracia. Mungkin bagi sebagian orang apa yang tengah dirasakan oleh Gracia saat ini adalah hal yang aneh, tapi tidak bagi dirinya. Gracia terpesona dengan Shani diawal pertemuan mereka.

GRESHANWhere stories live. Discover now