BAB 8 - Keluargaku Bukan Rumah

546 47 6
                                    

Sebelum baca mari vote dulu biar makin semangat.

Komen-komen kalian juga jangan lupa.

Jam berapa baca ini?

Mau Happy apa Sad?

Happy Reading

...

"Kamu tahu siapa yang udah bully kamu tadi di kampus?" pertanyaan itu Azan layangkan saat keduanya sedang dalam perjalanan menuju rumah Gauri dengan menatap Gauri dari kaca spion mobilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kamu tahu siapa yang udah bully kamu tadi di kampus?" pertanyaan itu Azan layangkan saat keduanya sedang dalam perjalanan menuju rumah Gauri dengan menatap Gauri dari kaca spion mobilnya.

Gauri menggeleng pelan seraya mendekatkan wajahnya ke samping kepala Azan. "Aku nggak tahu, kak. Soalnya, waktu mereka bully aku, kedua mata aku ditutup jadi aku cuman bisa denger suara mereka aja. Dan aku ngerasa kalau yang bully aku itu nggak sendirian tapi ada beberapa orang," jelas Gauri sedikit meninggikan suaranya karena banyak kendaraan yang berlalu lalang di sekitar mereka.

"Kalau boleh tahu sebelumnya kamu ada punya masalah sama seseorang?" tanya Azan lagi.

"Setahuku nggak ada, kak. Aku cuma ada masalah sama saudara tiriku, Cesa."

"Kamu nggak naruh kecurigaan ke dia kalau dia orang yang bully kamu tadi?" Azan berpikir kalau Cesa yang membully gadis itu.

Gauri lagi dan lagi menggeleng membiarkan rambutnya tergerai terbawa angin malam dengan tatapan yang mengarah ke gedung-gedung tinggi yang mereka lewati. "Nggak mungkin Cesa, kak. Aku tahu suara Cesa seperti apa." Gauri ingat bagaimana suara Cesa.

"Mungkin besok, saya bakal liat cctv di kampus, siapa yang udah bully kamu." Azan akan mencari tahu siapa yang menciptakan pembulian tersebut. Karena selama ia berkuliah di sana, Azan tidak pernah sama sekali mendengar kasus pembulian terhadap mahasiswa apalagi mahasiswa baru. Pasti ada oknum yang memang tidak menyukai Gauri.

"Terimakasih, ya, kak, udah bantuin aku." Gauri tidak tahu lagi cara berterimakasih kepada Azan karena ketulusan cowok itu dalam membantunya, bahkan Azan rela pergi malam-malam dari rumah hanya untuk membantunya.

"Sama-sama. Kalau ada apa-apa, kamu bisa kabari saya aja," ucap Azan menoleh singkat ke arah Gauri.

Tiba-tiba Gauri terkekeh mendengar setiap kata yang dilontarkan Azan, dan hal itu membuat Azan mengerutkan keningnya di balik helm full facenya. "Kenapa ketawa?" tanya Azan.

"Lucu deh kalau kakak ngomongnya pake saya, terlalu formal banget," jawab Gauri yang akhirnya menatap kaca spion yang menampilkan wajahnya. Dan hal itu baru Gauri sadari kalau ternyata satu kaca spion motor Azan mengarah padanya yang artinya Azan memperhatikannya dari sana.

"Nggak ada yang lucu, biasa aja," balas Azan.

"Kota Jakarta indah, ya, kak. Tapi, meskipun indah aku masih tetap suka Bandung," kata Gauri kembali mengalihkan pembicaraan.

Gauri & 365 HariWhere stories live. Discover now