Prolog

46 7 0
                                    

Sayap tumbuh dari punggung gadis itu.

"Sayap ini akan menampilkan dirimu yang sesungguhnya. Jagalah seperti hidupmu sendiri."

Setelah berterima kasih, gadis itu terbang mengangkasa.

Sepasang sayap berkilau mengepak cepat. Membawanya semakin tinggi dan cepat. Mencari seseorang untuk berbagi rasa dengannya. Rambut panjangnya melambai pada angin bagai untaian emas. Tangannya menggenggam bubuk emas yang kelak mengubah nasibnya selamanya.

Ketika gadis itu sedang bernyanyi bahagia—

"Non! Gawat, Non! Nyonya ...," panggil seorang wanita paruh baya dengan napas terengah-engah. Rasa cemas terukir kentara di wajah keriputnya. Ia bahkan sampai memegang dinding kayu di sampingnya, seakan dirinya dapat tumbang kapan saja.

Gadis berusia tujuh tahun itu segera berlari memasuki rumah sederhana berbahan kayu. Meninggalkan buku dongeng yang belum habis ia baca di bawah pohon. Tanpa disadari, pohon yang seharusnya berbuah lebat itu perlahan mengering. Dedaunan hijau berubah menjadi coklat dan gugur di atas tanah berselimutkan rerumputan layu. Puluhan apel yang sebentar lagi matang ikut jatuh ke tanah dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Tidak hanya pohon apel, semua tumbuhan di halaman belakang rumah berlantai satu itu ikut menggugurkan mahkotanya.

"BUNDA!" serunya kala memasuki kamar mereka berdua biasa tidur. Tempat dimana ia mendengar cerita darinya setiap malam. Namun, ruangan itu kini menjadi pembaringan wanita berkulit pucat bak mayat. Ia hanya menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Terlihat seorang pria dan wanita berdiri disisi tempat tidur berukuran queen size itu. Mereka berdua melangkah mundur saat menyadari kehadiran anak itu. Melihat keadaan bundanya terbaring lemah dengan kulit pucat membuat gadis berambut kepang itu tak mampu membendung air matanya.

Ia berlari menuju wanita itu dan memeluknya erat, seakan bundanya bisa menghilang begitu saja. Tangan kecilnya terasa dingin saat bersentuhan dengan tubuh wanita berusia 30-an tahun itu. Tidak ada lagi kehangatan yang biasanya ia itu rasakan ketika bundanya memeluknya ketika suka maupun duka. Membuat hati gadis berkulit putih itu semakin sakit.

"Hush ... masa putri kecil bunda nangis. Ross kan gadis kuat. Bunda akan baik-baik saja," ucapnya yang terdengar seperti bisikan.

"Bunda sebentar lagi akan sembuh, kan? Bunda akan temenin Rossa tidur malam ini, kan?" Ia berusaha meyakinkan diri bahwa bundanya akan sembuh. Bundanya akan kembali sehat dan akan membacakan cerita setiap malam. Bahkan, wanita yang memiliki rambut serasi dengannya sudah janji akan menceritakan cerita di buku yang ia sudah baca sebagian itu.

"Rossa kan pemberani, jadi sudah bisa tidur sendiri, kan?" Tangannya mengusap kepala kecil anaknya dan tersenyum lemah.

"Gak mau! Rossa maunya tidur sama bunda!" rajuk Rossa.

"Ga boleh gitu. Rossa harus kuat. Bunda yakin kamu bisa seperti dalam buku. Ingat, jangan mudah percaya pada siapapun. Kamu berhak bahagia," nasehatnya sembari mengusap puncak kepala putrinya. Rossa semakin terisak. Dua orang di belakang mereka ikut meneteskan air mata.

Netra biru wanita itu beralih ke arah pintu kamar yang terbuka, menatap kedua orang itu tajam. "Lakukan permintaanku dan jagalah putriku!" perintahnya yang dibalas anggukan. Namun, bagi gadis berusia tujuh tahun seperti Rossa, kata-kata tadi menimbulkan berbagai prasangka buruk di kepalanya. Tangisannya semakin kencang.

"NGGAK! BUNDA GA BOLEH NINGGALIN ROSSA!" ucap Rossa tidak rela.

Semua orang yang ada di ruangan itu hanya dapat terdiam, tak mampu melakukan apapun. Wanita yang kini telah berada di ujung maut itu tersenyum lembut dan berkata dengan suara yang lemah namun lembut dan penuh ketulusan.

"Bunda sayang Rossa."

Setelah kata-kata itu, tangis Rossa pecah ke seluruh penjuru rumah. Seluruh tumbuhan yang ada merunduk menangis dengan menggugurkan daunnya. Angin malam yang bergesekan dengan ranting pohon menimbulkan suara seperti isakan. Ikut merasakan duka dari seorang gadis yang kini menjadi yatim piatu.

🌸To be Continued🌸

Haloo!!!

Entah apakah ada yang membaca ini atau tidak. Tapi aku memutuskan untuk meremake cerita ini. Karena banyak logic yang kuubah agar lebih masuk akal ditambah lagi aku mengganti POV dari POV Carossa menjadi 3rd POV. Selain itu, aku memecah beberapa chapter agar tidak cape di pembaca. Semoga kalian suka. Silahkan untuk yang pernah baca cerita ini dulu (entah apakah ada yang masih ingat ato gak), bisa komen lebih suka yang lama ato baru.

Happy Reading!

First made : 8 July 2019

Remake : 18 April 2024

Tana Toraja, 576 words



AlstellaKde žijí příběhy. Začni objevovat