Chapter 18. Rasa sakit.

Start from the beginning
                                    

Aku terlalu banyak menghawatirkan Veldora.

"Kenapa kau senyam-senyum seperti itu Rimuru! Rasakan lah kekuatan raja iblis yang sesungguhnya dari Ramiris-sama ini! Ramiris-Punch!!"

"Apa? Kau hanya menambah kan nama mu di pukulan tersebut -------!!!!"

Prang!!

"Eh? Rimuru?"

Gelas kaca yang sebelumnya ku pegang terjatuh dari genggaman ku, membuat Ramiris ke heranan.

"Ri-Rimuru ... Kau bercanda kan?" Aku bisa melihat kepanikan di wajah Ramiris saat dia melihat ku terkapar.

Dadaku ... Tidak, itu sesuatu yang jauh berada di dalam diriku. Sangat jauh, di inti jiwaku. Rasa sakit yang ku rasakan saat ini benar-benar tidak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata.

"ARRRGHHHHHHH!!!"

Ada apa dengan rasa sakit ini, sesuatu telah terjadi. Ada yang aneh dengan jiwaku, seolah sesuatu telah menghilang. Rasa sakit yang begitu parah.

<<Mencoba mengaktifkan peredam rasa sakit.>>

Tapi itu percuma, rasa sakit ini tidak menghilang sama sekali.

"Rimuru!! Kau sedang bercanda kan!!" Suara panik dari Ramiris terdengar oleh ku dengan semua demon lord yang kian mendekat ke arah ku termasuk Milim yang segera menghampiri ku.

Jiwa ... Jiwa ... Tidak ... Tidak ada ... Kenapa!? ... Kemana perginya!?? ... Tidak ... Jangan bilang ... Ini pasti bohong ... ada yang salah ... Aku tidak merasakan nya ...

"Arrrghh!!"

"Rimuru-!!"

"Rimuru!!

"Oii Rimuru!!"

"SAKITT!!!"

Kemana perginya ... Pasti ada yang salah ... Katakan sesuatu... Raphael!!!

<<Sedang mencoba menghilangkan rasa->>

Bukan itu, kenapa aku tidak bisa merasakan keberadaan dari Veldora.

Kehadiran nya ... Keberadaan nya ... Jiwa nya .... AKU TIDAK DAPAT MENEMUKAN ITU!! KATAKAN SESUATU!!

<<Di konfirmasi ... >>

OII!! CEPAT KATAKAN!!

Mungkin untuk pertama kalinya, aku merasakan kegugupan dari skil yang bernama Raphael tersebut. Seolah dia tidak dapat mengungkapkan kata selanjutnya yang seharusnya dia katakan untuk ku dengar.

Seolah berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyikan fakta meskipun dia tau kalau itu semua percuma. Seolah dia ingin aku tidak pernah untuk mendengar apa yang dia katakan berikut nya.

Aku merasakannya, emosi yang mulai bangkit di dalam diri skil yang bernama Raphael tersebut.

Lingkaran sihir kemudian muncul di bawah ku. Sesaat berikut nya, semua pandangan ku kabur dengan hujan lebat dan awan yang bergemuruh. Berada di atas langit yang tinggi, aku tidak mengetahui maksud dari Raphael.

Namun ... Semuanya menjadi jelas saat aku melihat bayangan naga yang besar, tergeletak di tanah.

Tidak ... Tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak,Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak.

Nafasku seolah tercekat saat tiba di hadapan naga itu. Tergeletak tak menunjukan tanda-tanda pergerakan dari nya.

Aku tau tidak perlu untuk bernafas hanya untuk ku bisa hidup, namun entah kenapa ... Perasaan ku sangat sesak saat ini, aku benar-benar kehabisan cara bagaimana harus bertindak dalam situasi saat ini.

"Ayolah Veldora ... Aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk melupakan mereka, aku tidak ingin membuatmu terlalu khawatir padaku. Namun apa-apaan semua ini ... Veldora." Suara ku sangat bergetar saat tiba di moncong Naga tersebut. Menyandarkan kepalaku di sana dengan tenang, aku tidak merasakan adanya tanda kehidupan sama sekali dari sana.

"Jangan bercanda seperti ini Veldora ... Ini tidak lucu ... Sama sekali tidak lucu ..."

"Itu adalah bayaran karena telah berani menantang ku."

Aku dapat mendengar, suara seorang wanita yang tak jauh dari sini. Terbang dengan sikap arogan nya menatap ku.

"Tenang saja, bukan berarti dia mati sepenuhnya. Dia akan bangkit kembali suatu hari nanti, mungkin seratus atau dua ratus tahun lagi."

Begitu, aku mengerti. Sekarang aku sangat paham betul situasi nya sekarang, dan siapa wanita yang ada di hadapan ku. Namun, tidak peduli siapa dia.

"Kau ... Akan ku bunuh."

Lonjakan mana tiba-tiba keluar dengan sangat besar di ikuti dengan kemarahan yang melanda diriku, menatap dengan ganas ke arah Velgrynd. Aku bisa melihat keterkejutan yang terpampang jelas di wajahnya.

Aku tidak perduli apakah dia naga sejati atau bahkan dewa.

Aku akan membunuhnya.

Bersambung.

Lost Of Tempest























Lost Of TempestWhere stories live. Discover now