Chapter 16. Tidak semudah membalik telapak tangan.

Start from the beginning
                                    

"Maaf Rimuru!! Maafkan aku!! Sebagai sahabat mu aku telah gagal melindungi hal yang berharga bagimu!"

Setelah lama menangis di tempat itu, akhirnya Milim dengan enggan terbang menuju negaranya sendiri. Perlahan matahari sudah mulai terbenam hingga akhirnya sampai di negara sendirinya.

kemunculan gerbang dia rasakan.

Benar, dia lupa kalau wallpurgis akan di adakan malam ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat aku melangkahkan kaki ku, keluar dari gerbang tersebut. Aku bisa melihat sosok Milim yang tengah duduk di ujung atap kuil naga ini.

"Mizari, sudah ku bilang aku tidak akan datang -."

Kata-kata nya terhenti saat dia melihat ku yang muncul bersama Mizari yang tetap berdiri di sisi gate tersebut. Milim bangun dengan terkejut saat mulutnya seolah tercekat akan sesuatu. Menatapku dengan terkejut.

"R ... Rimuru ..."

"Lama tidak bertemu Milim." Aku bisa mendengar suaraku yang masih datar, tidak mengubah sama sekali ekspresiku saat melihat Milim.

Milim seolah terkejut dengan sapaan ku yang mungkin, dia tidak akan pernah menyangka itu datang dari ku.

"Aku ... Aku memiliki beberapa urusan ... Jadi ..."

"Ingin melarikan diri lagi, Milim?" Suaraku terdengar sangat dingin saat ini. Menatap Milim tanpa emosi hingga mengejutkan nya.

"Kau ... Apa kau menyadari ku saat itu ..." Suara Milim terdengar bergetar saat dia menatapku dengan terkejut.

"Jangan meremehkan ku, Milim. Bahkan orang bodoh pun akan sadar dengan energi besar mu yang keluar tak beraturan itu."

Apa yang akan di lakukan Milim saat ini? Apa yang akan dia lakukan saat tau kalau lari juga tidak akan menyelesaikan masalah.

"Maaf Rimuru ..." Wajah Milim tertunduk, tidak berani menatap ku.

"Maaf ? Untuk apa?"

"Karena tidak bisa menyelamatkan Tempest saat itu."

Angin berhembus sangat kencang saat keheningan ini terjadi, itu sangat hening saat aku menatap Milim dalam diam sementara Milim tidak berani menatap ku.

Dan apa yang memecah keheningan tersebut? Benar, itu adalah tawa yang keluar dari mulutku. Hingga membuat wajah Milim terkejut bukan main.

"Rimuru? ..."

"Jadi kau merasa bersalah ya?? Bwhaahaha!! Itu benar-benar lucu Milim." Aku berjalan menghampiri Milim, tiba di sisinya saat matanya menatap ku dengan gemetar.

"Eh?"

"Sebenarnya kenapa kau yang malah merasa bersalah Milim? Coba beritahu aku."

"Itu ..."

"Apa jangan-jangan itu hanya karena sesuatu seperti 'Persahabtan'?"

"Hah?" Suara Milim bergetar saat matanya melebar dengan tatapan kosong.

"Dari awal sampai akhir kau tidak berubah sama sekali ya Milim. Masih kekanak-kanakan." Aku tersenyum kecil kepada Milim, namun tidak dengan mataku yang menatapnya dengan dingin di samping nya.

"Jangan bercanda seperti itu Milim, dari awal juga kau hanya orang luar. Itu tidak bisa menjadikan mu sebagai alasan untuk merasa bersalah."

Aku bisa melihat Milim yang berlutut tak berdaya saat mendengar perkataan ku. Aku ikuti berlutut untuk dapat berbicara lebih jelas di samping telinganya.

Lost Of TempestWhere stories live. Discover now