(2) Ingin Ikut Les Karate

894 129 19
                                    

Pagi itu, Jeje duduk di meja makan bersama papa, mama, dan kedua kakaknya. Namun, suasana sarapan terasa begitu kaku dan dingin. Papanya tampak sibuk berbicara di telepon, membahas urusan kantor. Sesekali terdengar suaranya yang meninggi, menandakan ia sedang dalam pembicaraan yang serius.

"Ya, saya mengerti. Maka dari itu saya minta supaya Anda urus segera laporannya! Tidak, tidak bisa ditunda lagi," ujar sang papa dengan nada tegas.

"Oke. Iya-iya, pokoknya saya tidak mau tahu, laporannya harus selesai siang ini juga! Segera antar ke ruangan saya nanti karena saya harus cek laporannya! Proyek ini kan sebentar lagi akan segera dijalankan. Seharusnya Anda sudah selesaikan laporannya dari jauh-jauh hari sebelum hari ini!"

Sementara itu, mamanya juga tampak sibuk dengan ponselnya, mengetik pesan dengan cepat. Sesekali ia menghela napas, sepertinya juga sedang mengurus pekerjaan kantor atau urusan lainnya.

Kedua kakak Jeje, yaitu Arsen dan Liam, juga terlihat asyik dengan urusannya masing-masing. Arsen sibuk dengan urusan kantor, sementara Liam sibuk dengan laptopnya, mengerjakan tugas kuliahnya yang tak ada habisnya.

Di tengah keheningan dan kesibukan keluarganya, Jeje lalu memberanikan diri untuk bersuara. Ia ingin mengutarakan kembali tentang keinginannya saat ini bahwa ia ingin berlatih karate.

"Pa..," panggil Jeje pada papanya yang masih sibuk bicara dengan karyawan kantornya di telepon.

Namun, panggilan Jeje hanya dijawab dengan lambaian tangan papanya, seolah-olah mengisyaratkan "Nanti saja, papa sedang sibuk."

Dengan perasaan kecewa, Jeje melanjutkan sarapannya dalam diam.

Namun, setelah beberapa menit kemudian, Jeje lalu kembali memanggil papanya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Namun, setelah beberapa menit kemudian, Jeje lalu kembali memanggil papanya.

"Papa..,"

"Sebentar, sayang. Papa lagi bicara sama karyawan papa. Jeje lanjutin dulu sarapannya, ya?" ucap Dastan pada Jeje seolah ia sedang memberitahu Jeje bahwa saat itu ia sedang tidak ingin diganggu.

"Habisin dulu sarapannya, Je. Tambah lagi yang banyak! Katanya dari kemaren siang sampe tadi malem kan Jeje belum makan, jadi sekarang Jeje harus makan yang banyak, Je. Biar Jeje ngga sakit," ucap Liam pada Jeje.

"Jeje males makan, kak," ucap Jeje sambil mengaduk-aduk makanannya yang masih tersisa banyak di atas piringnya.

"Jangan gitu, dong! Jeje kan mau sekolah. Jeje harus sarapan yang banyak biar nanti belajarnya di sekolah lebih semangat. Kalo Jeje sarapannya dikit, pasti nanti jadinya lemes di sekolah," ucap Liam.

Jeje tidak peduli dengan apa yang dikatakan Liam. Ia benar-benar tidak berselera untuk makan sarapannya lagi sekarang. Mood-nya memburuk karena kedua orang tuanya selalu mengabaikannya.

Tak ingin menyerah, Jeje akhirnya beralih memanggil mamanya dan mencoba untuk meminta izin pada mamanya bahwa ia ingin ikut les karate.

"Ma..," panggil Jeje pada mamanya.

Shadows Of The Past || JENO × HYUNJINOnde histórias criam vida. Descubra agora