[prolog]: hasil penantian?

64 6 2
                                    

.
.
.
.
.
╣⁠[✧]╠

Bekerja tanpa adanya tekanan dari atasan dan tanpa adanya kerja keras namun menghasilkan banyak uang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bekerja tanpa adanya tekanan dari atasan dan tanpa adanya kerja keras namun menghasilkan banyak uang. Bukankah itu pekerjaan impian kebanyakan orang? Lagipula siapa yang tidak ingin hanya duduk santai namun tetap mendapatkan uang? Apakah ada? Mungkin... tapi bukankah itu langka? Atau memang tidak ada orang yang tidak mungkin tidak menginginkannya.

Hm, itu semua dapat dirasakan jika kitalah yang menjadi atasan-nya. Bukan tidak bekerja sama sekali, namun bekerja sekali-kali, dan itu mungkin hanya untuk memeriksa hasil laporan dari bawahan. Mengoreksi laporan pendapatan dan juga pengeluaran.

Sedikit membuat pusing apabila melakukannya, namun mungkin rasa pusing itu akan hilang setelah tangan memegang uang. Siapa yang tidak ingin sukses di masa muda? Dan hanya bersantai tanpa banyak melakukan sesuatu? Orang bilang uang bisa dijadikan obat. Mungkin itu benar.

Karena waktu bersantai yang banyak juga menjadikan seorang gadis bernama lengkap Razelene Oshibu Hoshiko selalu bisa melakukan liburan sesuka hatinya.

Namanya terlihat seperti rada-rada mengandung unsur Jepang, bukan? Namun sebenarnya dia bukanlah keturunan Jepang. Namanya dibuat oleh kakak sepupunya yang sangat tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan negara sakura. Lebih tepatnya hanya hal tentang kuliner, hiburan seperti anime dan tempat wisatanya.

Ochi, itulah nama panggilan untuk Razelene. Ia sejujurnya tidak suka. Terdengar agak menjijikkan baginya. Entah karena apa.

Saat ini Razelene tengah terbaring nyaman di atas ranjang lebarnya. Seorang diri menikmati musik juga camilan yang selalu dia siapkan di rak khusus makanan untuknya pribadi.

Posisinya terlihat begitu nyaman sekarang. Dengan kaki yang dia silangkan dan tumpukan pada guling yang dia letakkan di bawah kakinya. Kepalanya terbaring nyaman di atas bantal empuknya. Emm, juga kedua telinganya yang tersumpal earphone sehingga dia tidak akan bisa mendengarkan suara bising dari sekitar.

Sebenarnya tidak akan ada kebisingan juga. Ia tersenyum sinis. Lagipula kebisingan apa? Ia selalu berada di rumah sendirian. Mamanya selalu sibuk dengan pekerjaan. Papanya? Razelene selalu mengatakan kalau papanya diambil orang. Agak nyeleneh emang kata-katanya, tapi itu fakta. Abaikan, Razelene tidak peduli. Lagipula kedua orang tuanya sudah berpisah. Pula, dari kecil dia tidak pernah dianggap anak oleh sang papa.

"Hm... enaknya liburan kemana kali ini?" Benda pipih yang berada di genggaman tangan sebelah kanan-nya kini menjadi fokus Razelene. Sementara tangan kirinya sibuk menggulirkan laman khusus untuk mencari destinasi wisata yang mungkin nanti akan menarik perhatian-nya.

Namun saat sedang sibuk melihat-lihat tempat wisata, tiba-tiba saja senyuman manis merekah pada wajahnya itu. Razelene mendapatkan satu notifikasi dari orang yang sudah lumayan lama menghuni hatinya.

Baru dirinya akan menjawab pesan itu namun sang pengirim pesan sudah lebih dulu menelfonnya.

"Chi?" Sang penelfon memulai pembicaraan saat panggilan sudah berlangsung selama tiga puluh detik namun Razelene belum juga membuka suara untuk menyapa.

My Reason | Lee Heeseung [✓]Where stories live. Discover now