01. Xavior Chakra Arnawama

66 28 9
                                    

"Kita buktikan, bahwa perkumpulan kita ini bukan perkumpulan berandalan, tapi justru perkumpulan yang bisa menyebarkan hal positif juga."

***


Xavior Cakra Arnawama. Siapa yang tidak mengenal lelaki itu?. Lelaki yang memiliki paras bagai pangeran, membuat ia selalu di idamkan oleh para perempuan diluaran sana. Pewaris tunggal dari Arnawama's group membuat hidupnya terlihat sempurna.

Pagi ini, Xavi tengah bersiap diri untuk berangkat sekolah. Jam menunjukan pukul 06.50 WIB. Namun, lelaki itu masih santai, tidak takut terlambat. Paling hanya disuruh lari 3 keliling, pikirnya.

Lelaki itu menyemprotkan parfum aroma maskulin pada bagian tengkuk leher dan pergelangan tangannya. Memasang jam tangan dan tak lupa, ia membawa jaket kebanggan nya, yang terdapat logo bintang yang memiliki sayap pada bagian sisi kanan dan sisi kiri nya.

Lelaki itu menuruni anak tangga nya. Terlihat ayah nya tengah sarapan dengan sang istri. Namun, Xavi tidak berniat untuk ikut bergabung.

"Xavi, loh kamu udah siap mau sekolah? Bunda kira kamu tidak akan sekolah, karena tadi bibi bilang kamu ga enak badan." Sapa Gayatri, Ibu tiri Xavi.

Xavi menatap perempuan paruh baya itu dengan muka datar.

"Duduk. Makan bersama." Ucap Ganendra, sang Ayah.

Xavi tersenyum getir. "Bahkan, Xavi ga sudi duduk dengan perempuan ini." Sembari menunjuk Gayatri.

"Hentikan ucapan mu, Xavi! Kamu sudah kelewatan. Dia adalah Bunda mu!." murka Ganendra.

"Dari awal Xavi udah bilang, Xavi ga pernah anggap dia sebagai Bunda Xavi." Ucapnya finall, Xavi pergi keluar, meninggalkan kediamannya.

"XAVI! JAGA SOPAN SANTUN KAMU!" Teriak Ganendra, namun tetap saja, Xavi tidak menghiraukan.

"Mas, udah gapapa" ucap Gayatri, yang mengusap pundak sang suami.

"Tapi dia sudah keterlaluan, Gayatri. Dasar anak tidak memiliki tatakrama!" Ganendra masih tersulut emosi.

"Tidak apa-apa. Aku paham, Xavio belum bisa menerima aku." Gayatri tersenyum getir. Ia tidak bisa munafik bahwa hati nya pun sakit ketika mendapat perlakuan seperti tadi.

"Maaf, nanti akan coba mas bantu agar Xavi bisa menerima mu." Ganendra meredamkan emosi nya.

Gayatri mengangguk dan tersenyum. Ia berharap semesta akan berbaik hati mebantunya agar Xavi dapat menerima nya.

***

Tadinya Xavi memang berniat berangkat sekolah, namun melihat jam menunjukan pukul 07.10 membuat ia mengurungkan niatnya. Mungkin, ia bisa saja tetap pergi sekolah, namun karena mood nya sudah rusak, lelaki itu lebih memilih untuk pergi ke warung mang Dedi.

Ia memarkirkan motornya di depan warung. Terlihat motor teman-temannya pun ada disini, itu artinya mereka juga membolos.

"Wett bos, baru datang. Kemana aja nih?" Ucap Ricky, yang sedang memakan mendoan tempe.

"Bego. Udah jelas si bos baru aja dari rumah nya." Jawab Jeki, sambil melempar kacang yang sedang ia makan.

"Yee itu namanya basa-basi, bego!"

"Udah-udah, lo berdua kerjaannya ribut mulu." Devin jengah. Melihat tingkah keributan dari Ricky dan Jeki.

"Kalo ga ribut, bukan mereka namanya." Ucap Sagara yang sedari tadi fokus pada layar handphone nya.

Sementara Xavi, hanya menggeleng ken kepala saja. Sudah biasa. "Lo pada bolos?" Tanya nya kemudian mengeluarkan rokok.

"Iye bos. Tadi sih niat nya kita-kita mau masuk. Tapi ngeliat ada Bu Rima di gerbang, jadi ngeri. Yaudah lah kita lari kesini aja." Jelas Ricky.

"Emang aneh ya tuh guru. Udah kaya setan aja dimana-mana ada. Lama-lama gue curiga kalo Bu Rima tuh siluman." Tambah Jeki.

"Haha anjing, siluman ga tuh." Jawab Sagara, kemudian diikuti dengan gelak tawa semuanya.

Xavio ikut tertawa. Senggaknya, mood nya bertambah dengan lelucon dari teman-teman nya ini. Ia beralih menatap lelaki yang sedang sibuk bermain game online.

"Tumben lo bolos, Je." Tanya Xavio. Namun, sang pemilik nama tak ada merespon. "Ck." Decak Xavio.

Ah ya, seharusnya ini tidak aneh, lagi pula Jenan memang lelaki paling irit bicara.

"Cuma sama si Jenan doang. Si bos nanya ga dijawab." Ucap Jeki tertawa geli.

"Yeeh begitu juga. Si abang Jenan kembaran gue, ya gak bang?" Ucap Ricky yang menyenggol tangan Jenan, membuat Jenan terganggu.

"Mimpi lo." Hanya itu Respon dari Jenan. Membuat tawa teman-teman nya kembali pecah.

"Udah lah, Ki. Muka pas-pas an gausah sosoan dimiripin sama Jenan. Jelas beda jauh." Ucap Sagara kemudian tertawa.

Sementara Ricky mencibir. "Emang nasib gue tuh dinistain mulu."

"Besok ada bakti sosial. Kumpulkan semua anggota." Xavi membuka suara.

"Ah si bos mah, ngapain si begitu. Mending kita dugem aja!." Ucap Ricky yang disetujui oleh Jeki.

"Dugem mulu otak lo! Noh ke Gereja, udah berapa kali lo ga kesana?" Tanya Sagara.

"Udah 8 Minggu." Ucap Ricky, kemudian tertawa.

"Astaghfirullah." Ucap Devin.

"Kita emang anak yang gabisa dibilang baik. Tapi kita juga ga lupa sama kewajiban kita buat saling membantu." Ucap Xavi, kemudian menghisap rokoknya. "Kita buktikan, bahwa perkumpulan kita ini bukan perkumpulan berandalan, tapi justru perkumpulan yang bisa menyebarkan hal positif juga." Lanjutnya, dan diangguki oleh teman-temannya.

"Noh denger."

"Iya-iya, lagian tadi gue bercanda." Ucap Ricky.

Memang banyak yang mengira bahwa Allstar hanya perkumpulan tidak jelas. Namun, pada kenyataannya, perkumpulan itu juga perkumpulan yang saling merangkul. Bahkan, bagi mereka allstar sudah menjadi keluarga.

***

First time ngetik, dan masih absurd. Semoga kalian suka ya!

Jangan lupa kasih tanda vote⭐, dan tinggal kan jejak kalian, karena itu berharga sekali buat aku🌸

Xavior Chakra Arnawama.

See you di part selanjutnya ya!

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

See you di part selanjutnya ya!

XAVIORA [On Going]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ