"Minggir. Aku bisa telat."

Melihat Vania yang masih mode tidak tersentuh, membuat Fabian mau tidak mau minggir dari hadapan istri nya itu. Tapi sebelum beranjak Fabian menatap istrinya serius. "Aku ikutin kamu dari belakang."

"Terserah."

Setelah menunggu mobil Vania keluar dari pekarangan rumah mereka, baru pria itu mulai mengikuti mobil istrinya tepat di belakangnya. Sepanjang jalan Fabian hanya bisa menghela napasnya berat. Mengingat rumah tangga nya yang kini sudah berada di ujung tanduk.

Kini pria itu sudah tidak tinggal di rumah orang tua nya lagi. Sudah terhitung dua minggu Fabian memutuskan untuk ngekost di daerah Dipatiukur. Bahkan Fabian merayakan lebaran nya seorang diri di kamar kost nya. Sengaja seperti itu, supaya Fabian masih bisa memantau istri dan anaknya meskipun mereka tidak lagi tinggal bersama.

Sebenarnya Fany sangat tidak terima karena sang anak di perlakukan seperti itu oleh menantunya. Tapi kali ini Damar benar-benar mengrounded istri nya agar tidak boleh keluar rumah tanpa seizin nya. Bahkan Damar memutuskan bekerja hanya di rumah untuk memantau istrinya yang suka tiba-tiba nekat.

Kini hubungan Fabian dengan mami nya benar-benar berantakan. Semenjak kepergian Vania, Fabian berubah menjadi anak yang sangat pembangkang. Bahkan pria manis itu sampai berani terang-terangan mabuk di hadapan sang mami.

Sedangkan hubungan Fabian dengan para sahabatnya? Untung nya masih berjalan dengan sangat baik, kecuali dengan Narendra. Tapi seburuk-buruk nya sifat Fabian, Narendra selalu berharap supaya hubungan sahabat nya dengan sang istri kembali baik seperti sediakala.

Lalu kenapa tidak damai bahkan lebaran sudah berlalu? Bukan Fabian yang tidak mau berdamai dengan Narendra, tapi ia masih sangat sadar diri kalau sahabatnya itu masih enggan berurusan dengan nya. Karena tepat diawal ramadhan Narendra kembali praktek dan hal itu membuat Fabian senang bukan main, karena setidaknya mereka akan kembali bekerja sebagai partner ahli bedah tapi rupanya Narendra malah memberikan tanda-tanda kalau pria itu masih belum bisa memaafkan nya.

Bahkan saat melakukan operasi saja, Narendra memilih tetap diam. Mengabaikan kehadiran Fabian di hadapan nya.

Alih-alih tersinggung, justru Fabian sangat memaklumi, lagian seandainya posisi itu di balik, sudah pasti Fabian akan menghabisi Narendra tanpa ampun. Kesalahan nya di masalalu memang sangat tidak termaafkan. Walaupun dosa nya di masa lalu sama besar nya dengan dosa yang di lakukan Zidan kepada Narendra dan Yasmine, tapi rasa-rasanya kesalahan dirinya yang paling fatal.

Ah betapa buruk nya ia dulu...

"Cieeee berangkat bareng.." sambut Ravi dengan tatapan mengejek nya. Disana juga ada Narendra yang berdiri di samping sahabatnya itu.

"Diem, Pi."

"Yaelah Van, sensi amat sih. Gue kan mau ngucapin selamat lebaran aja. Bener gak Ren? Kan kita lama gak ketemu Vania."

Narendra mengangguk, "Iya terakhir lima tahun lalu."

"Kita pas lebaran kemarin udah maaf-maafan deh di rumah. Gak usah ngarang ya lo berdua seolah-olah kita lama gak temu."

"Sensi banget sih lo, cepet tua nanti. Padahal niat kita tuh baik tau."

"Niat baik dari mana nya???"

Narendra tertawa tengil, "Pan konon katanya, orang yang suhudzan bakal tua lho. Padahal kan niat kita tuh baik. Supaya lo gak salting di anter sama suami tercinta bombastahhh."

"Bilang aja lo berdua mau ngecengin gue." Dengus Vania kesal apalagi melihat Narendra yang tertawa pelan tapi ekspresinya sangat mengejek. "Apa? Ketawa tinggal ketawa yang kenceng gak usah di tahan Ren."

Pengabdi Istri (The Series)Where stories live. Discover now