AM 13. Fakta Baru

Start from the beginning
                                    

"Apa mama mendengarnya?" batin Elvaro bertanya kepada dirinya sendiri.

"Bodoh banget lo Elvaro!" gumam Elvaro yang masih didengar Veer dan Alvero. Mereka berdua bingung mendengar umpatan yang keluar dari bibir Elvaro tersebut.

Elvaro beranjak dari duduknya menuju kamar ibunya, tapi sebelum itu ia harus menghentikkan langkahnya ketika mendengar ucapan abangnya.

"Ada apa? Kenapa kau terlihat begitu panik, Elvaro." ucap Veer seperti menyadari gelagat Elvaro yang mencurigakan begitupun dengan Alvero yang tampak bingung.

"Nanti aku jelasin, bang. Sekarang aku mau ketemu sama mama," ucap Elvaro berlari meninggalkan ruang keluarga menuju lift agar cepat sampai ke lantai 3 tempat kamar ibunya dan yang lain berada.

"Ada apa sih bang?" tanya Alvero yang dijawab gelengan oleh Veer. "Kita tanya lagi nanti," ucap Veer menatap tempat kepergian Elvaro sebelumnya.

Sedangkan disisi Melody, ia berada di atas tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepalanya serta lampu kamar yang biasanya selalu menyala, kini Melody matikan.

"Seharusnya dari awal, aku nggak merubah alurnya. Sekarang malah aku yang merasakan perasaan sakit yang ditinggalkan Melody." batin Melody menahan isakkan dengan bibir yang telah bergetar. "Sakit karena Vander yang berbohong dan sakit karna anak-anak juga membohongiku, dan sekarang putriku satu-satunya menjauhiku bahkan mungkin membenciku." gumamnya pelan.

Melody menghapus air matanya ketika mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk berulang kali serta suara Elvaro yang menyuruhnya untuk membuka pintu.

Melody menutup matanya pura-pura sudah tertidur. "Mah?" panggil Elvaro sembari terus mengetuk pintu kamar sang ibu.

"Mama buka pintunya. Ada yang mau Varo bicarain ke mama," ucap Elvaro putus asa. "Apa jangan-jangan mama beneran denger omongan gue dan Michelle tadi?" batinnya menyendu takut jika ibunya berubah kembali menjadi sosok ibu yang jahat seperti sebelumnya.

Ceklek.

Pintu kamar Melody dibuka oleh Elvaro dan untungnya tidak dikunci pikir Elvaro. Ia pun masuk dan menemukan ibunya tidur dengan membelakangi dirinya.

"Mah..." ucap Elvaro pelan, tetapi karna suasana yang sunyi membuat suara Elvaro terdengar jelas. Ia mendekati ibunya yang telah tidur itu, lebih tepatnya pura-pura tidur. "Mama udah tidur ya?" ucap Elvaro yang masih didengar Melody.

"Mah, maaf. Mama udah denger semua ucapan Varo sama adek tadi ya? Varo nggak ada niatan buat bohongin mama apalagi nyembunyiin ini semua. Tapi Varo takut jika mama ingat semuanya, mama bakal takut dan benci Varo dan yang lainnya." gumam Elvaro mengelus kepala ibunya sayang.

"Jangan benci kami ya mah. Varo nggak sanggup jika harus dibenci mama lagi. Varo berharap mama nggak mendengar semua ucapan Varo tadi."

"Hufffht... Kalau begitu Varo keluar ya mah," ucapnya sembari menghela napas panjang. "Selamat tidur mimpi indah mah," ucap Elvaro lalu mengecup sedikit lama pelipis ibunya.

"I love you mah..." setalah itu Elvaro keluar dengan menutup pintu perlahan. Melody pun membuka matanya ketika merasa jika Elvaro telah keluar.

"Sebenarnya apa lagi yang kalian sembunyikan dari mama." lirih Melody kembali menangis. "Sekarang aku seperti orang bodoh diantara orang-orang yang aku percayai."

Melody menangis dalam keheningan malam, sedangkan orang yang berada di sudut ruangan meneteskan air matanya ketika mendengar tangisan dari wanita cantik yang sangat ia sayangi itu.

Setelah lama menangis, Melody merasakan kantuk menyerangnya lalu ia pun tertidur pulas karena kelelahan terlalu lama menangis.

Setengah jam kemudian, orang yang berada di sudut ruang kamar Melody mendekat dan ia mengecup beberapa kali pipi dan kening Melody, yang merupakan wanita yang sangat berharga baginya.

Transmigrasi 'Antagonis Mother'Where stories live. Discover now