11

1.1K 174 26
                                    


Retakan di lantai enam gedung Tassuba City Mall diketahui pertama kali oleh Taufik, salah satu sekuriti yang bertugas sif malam.

Seperti kebanyakan laporan, laporan Taufik terbenam di meja Markus, building manager yang  tidak digaji cukup banyak untuk jumlah beban kerja yang dia dapatkan.

Taufik menuliskan laporannya seperti ini: Pak, ada suara aneh di bagian timur lantai enam, dekat kolom penyangga.

Markus baru menemukan laporan Taufik pada pukul 11 siang, saat dia mengecek mejanya. Taufik membubuhkan tanda tangannya. Ketika Markus mengecek grup WhatsApp security, Markus menemukan Taufik juga mengirim video pukul pukul 05:51. 

Videonya hanya 15 detik, Taufik mengarahkan kameranya ke arah atas lantai enam dengan bantuan senter, dan Markus bisa mendengar suara gemuruh teredam sebentar, sebelum suaranya mereda. Debu terlihat melayang-layang pada berkas cayaha senter. 

Di persidangan, laporan tertulis Taufik dan video yang diambil Taufik, beserta reaksi pengelola dan pemilik mall dalam menanggapi laporan Taufik menjadi salah satu hal yang memberatkan seluruh pihak yang terlibat akan rubuhnya gedung Tassuba City Mall yang menewaskan 224 orang dan melukai ribuan orang lainnya.

Persidangan tidak hanya menitikberatkan pada kegagalan struktural gedung, tapi juga sejauh mana tindakan manajerial pada hari terjadinya tragedi itu. Pada akhirnya ada 23 orang yang terbukti secara sah dan meyakinkan karena kesalahannya menyebabkan orang lain meninggal dunia dan berakhir mendapat hukuman penjara bervariasi dari penjara 2 tahun sampai penjara 3 tahun, serta denda 1 miliar rupiah. 

Vonis dan denda itu hanya seperti setetes air yang jatuh di lautan air mata dan lautan darah para korbannya, hampir tidak berarti apa-apa....

Gedung Tassuba City Mall rubuh pada hari Sabtu, 28 Desember pukul 14.36. 

Saat itu, volume pengunjung mall melonjak drastis, kombinasi antara libur Natal dan Tahun Baru, liburan para pegawai dan libur panjang anak sekolahan. Ribuan orang makan bersama keluarga mereka, yang lainnya banyak yang belanja, main skate di wahana ice rink yang baru dua minggu dibuka, mencari suplai alat tulis di toko buku. Saking penuhnya, parkiran gedung penuh hingga meluber ke lapangan di samping mall. Bioskop dijejali penonton, semua studionya penuh oleh film super hero dan film horor khas liburan panjang. Di atrium A, penampilan dari sekolah swasta yang sedang membuka pendaftaran. Di atrium B, ada lomba menggambar tingkat TK dan SD.

Manajemen tahu persis soal lonjakan pengunjung itu. Para direksi dan pemilik mal, juga tahu.

Ketika Markus membaca catatan Taufik dan melihat video dari Taufik, hal yang dia lakukan adalah meminta conference call urgen dengan manajemen dan direksi. Lantai enam tadinya digunakan sebagai foodcourt dan toko-toko pernak pernik, tapi sudah kosong dari tenant sejak bulan lalu, karena ada retakan-retakan yang cukup lebar di dinding dan di kolom penyangga lantai.

Markus sudah bekerja di mal ini sejak baru peletakkan batu pertama dua tahun lalu, jadi dia tahu sesuatu yang tidak beres terjadi.

Saat dibangun gedung mal dibangun, sempat terjadi pergantian perusahaan konstruksi, karena ada permintaan dari pemilik gedung yang tidak sanggup dipenuhi oleh perusahaan konstruksi pertama. Seingat Markus, beberapa permintaan yang ditolak itu adalah, gedung yang tadinya empat lantai, ditambah jadi enam lantai, serta permintaan untuk mengurangi pilar-pilar penyangga, baik dari segi ukuran maupun jumlahnya, agar mal bisa terasa lebih luas. Seingat Markus, salah satu paling tahu soal ini adalah Vania, mantan rekan kerjanya. Tapi sudah hampir satu tahun Vania resign dan jadi Markus tidak punya teman untuk bertukar cerita lagi.

Pukul 12.15, Markus akhirnya berhasil menghubungi semua petinggi yang bisa dia hubungi dan ruang konferensi Zoom. Markus juga sudah mengambil video terbaru dari lantai enam gedung mal. Suara aneh tidak terdengar, tapi Markus mendokumentasikan retakan-retakan yang terlihat makin besar dari yang didokumentasikan Taufik semalam.

Markus menjabarkan dengan frontal, bahwa dia merasa lantai atas gedung akan rubuh dan dia meminta izin untuk menutup operasional mal secepatnya.

Keributan segera terdengar dari para lawan bicaranya. Hampir semuanya sepakat, kalau Markus berlebihan. 

"Tidak mungkin gedung yang baru berumur dua tahun bisa rubuh begitu saja." 

"Kalau memang mau ditutup, mungkin nanti setelah tahun baru setelah peak season mereda."

"Belum tentu akan terjadi sesuatu. Kamu mau tanggung jawab kalau omset tenant jadi turun gara-gara kamu?"

Permintaan Markus, bukti video yang Markus serahkan, kekhawatiran Markus, tidak ada yang bisa menggerakkan hati para bos-bosnya itu.

Tapi diam-diam.... beberapa orang yang berada di pertemuan Zoom itu mengecek keberadaan keluarga dan kerabat mereka, menanyakan mereka ada di mana? Dan saat ada yang menjawab ada di Tassuba City Mall, mereka menyuruh keluarga mereka untuk keluar dari situ, sesegera mungkin.

Markus sendiri, setelah gagal untuk meyakinkan para atasannya untuk melakukan evakuasi, hanya bisa pasrah dan tetap stand-by di dalam mal, sambil mengobrol dengan beberapa pegawai lain dan menyuarakan keresahannya.

Pukul 13.27, suara gemuruh dan bunyi letupan aneh kembali terdengar dari lantai enam dan Markus akhirnya tidak tahan lagi. 

Markus lalu menelepon Dinas Pemadam Kebakaran, meminta didatangkan dua mobil pemadam, berdusta dengan mengatakan dia menemukan sarang ular. 

Bersamaan dengan itu, Markus dibantu bawahan dan pekerja mall yang lain memulai prosedur evakuasi. Alarm tanda bahaya dinyalakan, dan dengan dalih sedang ada latihan evakuasi gempa bersama Dinas Pemadam Kebakaran, semua pengunjung diminta dengan tertib keluar dari gedung mal menuju Titik Kumpul yang ditandai dengan plang berwarna hijau.

Semua pengunjung percaya karena mereka melihat dua mobil pemadam kebakaran dengan sirine meraung berada di parkiran lobi mal. 

Anak-anak TK dan SD yang sedang jadi peserta lomba menggambar meloncat-loncat senang. 

Anak-anak dari sekolahan yang sedang membuka pendaftaran juga tak kalah hebohnya.

Markus tetap tinggal di dalam mal untuk membantu evakuasi pengunjung. Baru 30 persen pengunjung yang berhasil dievakuasi keluar gedung, namun lantai enam mal keburu rubuh, menimpa lantai-lantai bawahnya dan membuat gedung mal itu ambruk dengan suara menggelegar.

Markus jadi salah satu dari 224 korban tewas akibat runtuhnya Tassuba City Mall.

*** 

Sengkarut AsmaraWhere stories live. Discover now