09 - First meet.

9 1 0
                                    

one vote from you is
very valuable to me 𔘓



●●●●●


"Jane, plislah!" Ira menarik tangannya, dengan cepat Jane menepisnya.

"Gue nggak percaya sama lo."

Mereka bertengkar. Ira berkata ia hanya ingin mengunjungi makamnya Anna, tapi Jane sangat takut jika gadis itu akan nekat untuk hidup sebagai Anna didimensinya.

"Liat muka gue!" Ira menangkup wajah Jane agar ia menatap matanya. "Wajah gue keliatan main-mainkah sama lo?"

"Apa buktinya kalau lo nggak akan bohong?" tanya Jane kemudian.

"This phone," Ira mengeluarkan handphonenya. "Lo masih bisa menghubungi gue kan walaupun gue didimensi lain?"

Jane mengangguk, "Not enough."

"That's the point. Kalau memang gue bakal ngebohongin lo, gue nggak akan bawa handphone ini atau bahkan gue bisa aja diem-diem pakai alat ini tanpa izin dari lo." Jelasnya.

"But still, yesterday you said you want life as Anna in her universe." Ucap Jane penuh penekanan.

Walaupun sebenarnya perkataannya Jane benar. Tapi Ira tidak mau jujur untuk saat ini. Lagi pula jika ia berkata jujur, Jane juga tidak akan pernah menginzinkannya.

"Itu karena kemarin gue kebawa suasana," ujarnya setelah diam beberapa saat. "Gue juga takut sama konsekuensinya nanti. Terus juga gue nggak akan ninggalin keluarga gue disini kan?" Ira mencoba meyakini Jane.

"Okay," final Jane. "Dengan syarat, ketika alarm jam itu udah bunyi lo harus pulang ke sini."

"Okay, deal?"

"Deal."


Ira membalas jabatan tangan Jane. Dalam hatinya, ia berpikir sekarang bukan waktu yang tepat untuk melarikan diri daru dimensinya dan hidup menjadi Anna.

Iryana hanya berencana, ia akan hidup sebagai Anna ketika ia sudah menunaikan semua dendam dan amarah yang sudah Anna pendam selama ini.
Walaupun mereka adalah sepasang jiwa yang sama, percayalah bahwa Iryana tidak akan selemah Iryanna.

____


Sudah lima hari.
Sudah lima hari semenjak kematian Anna.

Bagaimana dengan kabar dunia saat ini?
Tentu baik-baik saja.
Ombak tetap bergerak seperti biasanya, angin tetap berhembus dan manusia-manusia tetap melanjutkan hidupnya.

Begitulah realita hidup. Yang mati pasti akan segera dilupakan, terlebih lagi jika memang ia tidak diperdulikan oleh dunia semenjak awal.

Helmi Leonel menaruh bucket bunga yang ia beli diperjalanan tadi. Matanya menatap lekat batu nisan itu.
Sudah lima hari, tetapi hanya Helmi yang rutin mengunjungi makam Anna.

Entah karena merasa bersalah atau Helmi hanya bersimpati. Tetapi ia benar-benar sedih atas kematiannya Anna. Sebenarnya ia enggan untuk mempercayainya, namun realita membawanya ke sini. Bukti bahwa Iryanna sudah meninggal.

"Maaf, gue emang pengecut." Kepalanya tertunduk. "Maaf karena ngga bisa lebih banyak buat ngebela lo, Na."

Helmi mengusap air matanya yang mulai mengalir. "Anna, tolong dateng ke mimpi gue ya? ayo kita ngobrol banyak hal disana."

Ia meringis. Memangnya Anna masih mau bertemu dengannya walau cuma sekedar mimpi? Helmi rasa ia tidak pantas menerima itu.



"Orang yang diam saja ketika lo dibully, adalah orang yang membunuh lo juga."


Helmi menggelengkan kepalanya, mencoba menepis ucapan tadi dari pikirannya. Entah kenapa, suara dan ucapan manusia itu selalu terlintas dikepalanya.

Iryanna adalah temannya yang baik. Dia tidak pernah sekalipun membuat masalah duluan dengan seseorang. Ia pekerja keras, tidak pernah gengsi dan Anna juga termasuk murid yang cukup berprestasi.

Tapi hanya pengaruh oleh satu orang. Hanya dengan satu orang saja, hidup Anna menjadi hancur.
Itu yang membuat Helmi benar-benar merasa bersalah atas semuanya.

Helmi sudah selesai membacakan doa dan mencurahkan isi hatinya dimakamnya Anna. Ia berdiri dan hendak pulang karena ini sudah sore hari.

Tetapi, ketika ia berbalik badan betapa terkejutnya pria itu melihat perempuan didepannya.


Ini mimpikah?

Tanpa berpikir panjang, Helmi memeluknya. Ia yakin kalau ini adalah mimpi, maka dari itu saatnya untuk mencurahkan semua isinya ke Iryanna.

"Anna!" Helmi memeluknya erat. "Ann, maafin gue. Gue nggak bisa bela lo ketika lo masih hidup, gue bener-bener nyesel kenapa lo berakhir kayak gini Ann."

"Anna, karena ini mimpi gue mau bilang, bahwa masih ada yang peduli sama lo, masih ada manusia yang sayang sama lo. Seandainya aja dulu lo bisa lebih terbuka sama perasaan lo Ann, lo pasti ngga akan ngelakuin itu."

Helmi masih memeluknya. Gadis itu mengepalkan tangannya, ia bingung mau berbicara apa.
Ira memutuskan untuk mendengarkan Helmi selesai berbicara terlebih dahulu.

"Seandainya ada kesempatan kedua, gue pasti bakalan ada disisi lo selalu." Lanjutnya. Ira merasakan ada yang basah dirambutnya. Helmi menangis.

Iryana terdiam mendengarkan itu semua. Dadanya ikut terasa sesak saat pria ini mengatakan hal itu. Ia tahu ia bukanlah Anna, tapi kenapa hatinya ikut terasa sakit?

"Kalian adalah jiwa yang sama dengan raga yang berbeda."

Apakah jiwanya Iryanna juga sedang merasakan hal ini?

Perlahan Helmipun melepas pelukannya, ia menatap matanya Iryana, menangkupkan kedua tangannya dipipi gadis itu.

"Anna, lo ngga bunuh diri kan?"

Ira tercekat mendengar itu.
Bagaimana bisa pria ini mengatakan bahwa Anna tidak bunuh diri?

Iryana mundur selangkah, ia menarik napas. "Lo siapanya Anna?"

Helmi mengerutkan alisnya, kenapa Anna berkata seperti itu?
"Helmi, gue temen lo."

"Bentar, ini mimpikan?" lanjutnya lagi. "Aduh, kok sakit sih?!" ia mencubit tangannya sendiri.

Pria aneh, pikir Ira.
Tapi ya bisa masuk akal juga ia mengira disiang hari ini mimpi karena ia berpikir sedang bertemu arwah temannya itu.

"Helmi,"

"Hih!" Helmi bergidik ngeri. "Lo siapa sih? kalau lo Anna, terus yang ada didalam sini siapa?" ia menunjuk makam Anna.

Iryana baru menyadari bahwa yang dikatakan ayahnya Jane tentang paradoks atau tabrakan antara dua dimensi itu benar adanya.
Buktinya ia tidak ditarik ke dimensi asalnya dan Ira tidak merasakan sakit seperti waktu itu.

Dunia pararel memang luar biasa, batinnya.



"Hi Helmi, gue rasa lo orang baik sampai mau mendatangi makamnya Anna." Ira tersenyum. "Mau mendengarkan sesuatu yang menarik? tentang gue dan gue yang lainnya." Iryana menunjuk makamnya Anna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two fateWhere stories live. Discover now