03 - Our fate.

5 2 0
                                    

Hi, one vote from you is
very valuable to me, thank u! 𔘓


●●●●


2022.


"Listen,"

Sekarang, Jane sedang bersama dengan Iryana atau Ira dimarkasnya. Jane bermaksud menjelaskan kesalahpahaman itu, karena sudah tiga hari Ira mendiamkan Jane.

"Kalau ngga penting, gue mau pergi. Ada kelas," Ira mendudukan dirinya didepan Jane.

"Astaga, Ra." Jane terdiam beberapa saat, ia bingung jika ia menjelaskan lebih detail tentang mesin dunia pararel ini, Ira akan semakin marah padanya.

"Okay, gue minta maaf dulu karena lupa kasih tahu lo tentang kemarin."

"Ih," gadis itu mengerjit. "Gue marah bukan karena itu," kelakarnya. "Lo serius kalau gue ga boleh ketemu langsung sama Anna?"

Kan, pikir Jane.
Bahkan, sebelum Ira mengatakan itu Jane sudah ada firasat.
Ira persis seperti Ayahnya ketika ia baru tahu bahwa dirinya didemensi yang lain bernasib buruk.

"Nggak, lo jangan macem-macem" Jane menarap Ira tegas. "Gue udah menduga hal ini kalau lo pergi ke dimensi lain.
Ra denger, kalau lo ketemu Anna bukan hanya kalian berdua yang bisa hilang. Paradoks disalah satu dunia bakalan hancur, bertabrakan karena kalian itu sebenarnya adalah jiwa yang sama dengan raga yang beda. Kalian harusnya nggak boleh ketemu dengan cara apapun, hanya bedanya, kalian tinggal didimensi yang berbeda. Thats why lo ga boleh ketemu sama Anna, apalagi sampai ngobrol langsung."

"Ibaratnya, langit dunia kita sama dunianya Anna bakalan hancur, dengan kata lain, kiamat." Lanjut Jane.

Ira mendegus tidak suka. "Terus kenapa lo kenalin gue sama mesin sialan itu kalau akhirnya gue ga bisa bantu apapun buat Anna?!"

"Gue udah kasih tahu lo tentang risiko ini sebelumnya loh, berkali-kali malah."

"Jane please, gue kasian ngeliat Anna dibully kayak gitu. Gue malah merasa diri gue ga berguna karena ga bisa lakuin apapun buat dia!"

"I once again told you about the risk," Jane menatap Ira, emosinya mulai tersulut.

Ira menatapnya, ia juga masih tersulut emosi dengan Jane.
"Oh atau gini aja," Ira memegang wajah Jane agar lelaki itu menatap netranya. "Lo aja yang ke dunianya Anna, bantu dia. Please?"

Kalau saja hal tersebut bisa terjadi, Jane juga ingin melakukannya tanpa Ira minta terlebih dahulu. Sayangnya, lelaki itu tidak bisa melakukannya.

"Your self and my self in the other dimension are different, lo udah tahu hal ini." Ucapnya parau. "Gue udah pernah ke dimensi yang lain jauh sebelum lo. Tapi, diri gue didimensi itu baik-baik aja, dan lo juga disana bernasib baik, lebih baik malah, gue rasa."

Secanggih-canggihnya mesin yang dikembangkan oleh Ayahnya Jane, tetap saja ada kekurangannya.
Mesin tersebut tidak bisa pergi ke dimensi lainnya jika orang tersebut sudah pernah menggunakan mesin itu.

Simplenya, dunia dirinya Jane yang lain, dan dunia yang dihidupi oleh Iryana yang lain ialah berbeda. Sedangkan mesin tersebut tidak bisa dicostum ke dimensi mana yang kita inginkan.
Jalan buntu, pada akhirnya Ira memang tidak bisa melakukan hal itu.

"You get a married with a man, and i guess his name is H-"

"Nggak penting," potong Ira. "Udah, gue ga mau tau tentang diri gue yang lainnya. Gue cuma mau bisa membantu Anna." Gadis itu masih bersikukuh. "Jane, lo tahu ga perlakuan apa yang diterima sama Iryana didimensi lain? coba lo bayangin kalau gue kayak gitu disini. Sumpah, gue beneran mau bisa bantu Anna. Ada ga sih caranya selain cara-cara bodoh yang gue sebutin tadi?"

Jane terdiam setelah Ira mengatakan hal itu. Kali ini dia benar-benar buntu, kalaupun ia bisa datang ke dunianya Anna tetap saja pasti ia akan terlempar ke dimensi lain.
Sekali lagi, manusia hanya bisa pergi menjumpai dirinya di dunia lain hanya sekali saja dalam satu dimensi yang sama.

"You already know this," Jane memelankan suaranya. Ia juga sedih, tetapi ia tidak bisa berbuat apapun.

Game over.
Ira rasa, ia memang tidak menemukan jalan untuk menolong Anna.

Iryana sebelumnya membayangkan dirinya didimensi lain pasti memiliki kehidupan yang lebih baik darinya. Naas, pemikiran itu langsung dijatuhkan ketika ia bertemu dengan Anna.

Kenapa takdirnya membawa ia bertemu dengan Anna?
seharusnya bisa saja ia ditempatkan oleh mesin sialan itu ke kehidupan Ira yang lebih baik, seperti yang dikatakan Jane waktu itu.
Ira merasa, bahwa ini bukanlah sebuah kebetulan. Pasti ada suatu alasan mengapa dirinya bisa datang ke tempat Anna, bukan ke tempat Iryana yang telah dikatakan oleh Jane telah menikah dan hidup dengan baik.






▪︎▪︎▪︎▪︎

Kembali ke neraka.
Itulah yang Anna pikirkan pagi ini.
Ia sedang bercermin, sebelum ia berangkat ke sekolah. Anna menatap wajahnya yang belum sepenuhnya pulih dari luka-luka yang ia dapatkan kemarin.

"Anna, kamu pasti bisa." Gumamnya. "Kalau kamu dibully lagi dan terluka kayak kemarin, thats okay. Itu bahkan lebih baik," Anna menatap wajahnya dicermin. "Kamu jadi bisa lebih cepat ketemu sama Bella."

Isabella, merupakan teman sekaligus korban karena ia terang-terangan berteman dengan Anna dan menolong Anna dari pembullyan tersebut.

Ia dibunuh oleh salah satu tangan kanan Mia. Yang tragisnya, kematian Bella dibuat seolah-olah ia bunuh diri.
Entah siapa orang yang dibelakang Mia, dia benar-benar bisa membuat seolah-olah Bella bunuh diri.
Bahkan, ada surat dengan tulisan tangan dilokasi kejadian Bella dibunuh.
Seolah-olah benar, bahwa Bella memang membunuh dirinya sendiri.

Itu juga salah satu alasan mengapa Anna menjaga jaraknya dengan Helmi. Ia takut Helmi terluka. Ia enggan Helmi terkena masalah jika Mia tahu bahwa Helmi sering menolongnya.

Cukup Bella saja. Ia tidak mau ada korban lainnya. Tidak apa jika memang Anna yang harus merasakan hal keji itu seumur hidup.
Bagi Anna, hidupnya pun sudah hancur, bahkan sebelum Mia menganggu hidupnya.




To be continue.

_____

A/n:

Guyss maaf kalau kebanyakan narasi, karena sebelumnya cerita ini adalah AU, dan kalau ditulis diwattpad seperti ini pasti bakalan lebih detail dan lebih rumit daripada yang di AU :(
Alurnya juga lebih lambat karena banyak part-part detail yang ngga aku ceritain di au sebelumnya.

Nanti Heeseung bakalan sering muncul kok, pasti.
Karena dia juga MCnya.

Two fateDonde viven las historias. Descúbrelo ahora