07 - That day.

10 1 0
                                    

Hi, one vote from you is
very valuable to me, thank u! 𔘓



●●●●



"Jane! Jane!"


Sambil menangis histeris, gadis itu keluar dari mesin pararel.
"Anna bunuh diri! lo harus tolong gue!" ucapnya, ia menarik baju Jane.

Jane terdiam, ia mencoba mencerna apa yang Ira katakan saat ini.
"Lo tenang dulu, suara lo jadi nggak jelas." Jane memeluk Ira, menenangkannya.

"Anna.." Ira mencoba tenang, "Dia bunuh diri, Jane."


"Kok bisa? gimana ceritanya?"


Iryana menjelaskan semua kejadiannya pada Jane. Pemikirannya kalut, apalagi sebelum ia ke sini, tidak ada seorangpun yang melihat kejadian itu.
Yah, tidak ada seorangpun yang melihat Anna tewas seperti itu.

"Jane, gue harus apa?" tanyanya hopeless.

Iryana masih menangis. Ia tidak menyangka bahwa Anna akan melakukan hal itu.
Hatinya sedih, pasti sangat berat untuk Anna, sehingga ia memutuskan untuk menyerah.


"Bentar," Jane berdiri. Ia mencoba mengotak-atik komputer itu, berharap mendapatkan sesuatu bantuan.

"Gue sedih Jane, dia masih terlalu muda buat mengakhiri hidupnya. Kenapasih orang-orang disana jahat banget sama Anna?"

"Ra, i'm too sorry." Ucap Jane kemudian. "Mesin ini tetep ngga bisa bawa gue ke dunianya Anna. Servernya nggak bisa dilacak, entah gimana sama yang awal buat mesin ini, Ra."


"Anna.." Suaranya tercekit, bayangan akan Anna meninggal seperti itu terlintas kembali dibenak Ira.

Pemikirannya kalut, ia bingung harus berbuat apa sekarang.
"Dia pasti sendirian disana, Jane."



Kenangan pertamanya dengan Anna langsung terlintas. Awal dimana ia sangat senang mengetahui bahwa dunia pararel itu benar-benar ada. Ia bisa menemui manusia yang wajah, fisik dan suaranya pun sama persis seperti dirinya.

Kalau akhirnya begini, Ira menyesal telah mengetahui Anna. Kenapa Tuhan sangat jahat sampai memberikan ujian hidup seperti itu kepada dirinya yang lain?




"Ra, kayaknya gue inget sesuatu." Jane berbicara setelah keheningan dan tangisan Iryana yang mendominasi sejak tadi.

"Karena Anna udah ngga ada didimensinya, gue rasa lo bisa kesana tanpa harus takut ketahuan misalnya ada yang ngenalin lo sebagai Anna."

"Paradoksnya nanti gimana?"

"Gue inget Ayah gue pernah ngomong gitu. Karena diri lo udah ga ada didunianya jadi nggak akan ada yang mempengaruhi paradoks dimensi lainnya," kata Jane. "Karena secara harfiah, dia udah meninggal. Jadi dia udah ngga terdeksi hidup lagi." Jane berbicara pelan, ia takut menyakiti Ira dengan ucapannya.



Meninggal.



Kata yang simple tapi sangat Ira tidak sukai saat ini.
"I got it," ucap Ira. "Gue bakalan ke dunianya Anna sekarang."

Tangan Ira ditahan oleh Jane sebelum ia hendak masuk ke mesin pararel itu.
"Not now," ucap Jane. "Tunggu 8 jam lagi, baterainya habis, gue juga pengen nyari tau informasi lebih detail ke Ayah gue dulu."

Iryana mendesah. Ia sudah kepalang khawatir dengan dirinya disana, Iryanna.
Nama mereka hanya berbeda satu huruf saja, itu juga sebabnya mengapa Iryana dipanggil Ira.


Two fateWhere stories live. Discover now