Chapter 40: Harus Tunduk

94 12 1
                                    

Tampaknya suasana kembali dikuasai sang sunyi. Diam-diam Laszlo menyeka air matanya untuk kemudian kembali menatap Asphodel.

"Oya, kamu kan bisa menyembuhkan diri sendiri, kenapa pakai obat?" tanya sang Raja Vampir, membuka topik pembicaraan yang baru.

"Tidak juga. Klan Oktichyos memang tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri, kami hanya bisa menyembuhkan orang lain. Itulah kenapa Laila tak bisa menyembuhkan lukanya, namun selalu bisa menyembuhkan lukamu." Laszlo hanya mengangguk paham.

"Tapi ... tadi saat Lilah pingsan, aku melihat luka di tangannya." Mendengar itu, Laszlo terlihat mengangkat kedua alisnya, kaget.

"Luka kenapa?" tanya sang Raja dengan raut sedikit terkejut juga khawatir.

"Entahlah, aku menemukan ada darah di belati Prim. Sudah jelas dia yang melakukan itu kan? Tapi saat Lilah sadar, luka di tangannya tiba-tiba menghilang. Aneh ...."

"Tidak aneh, malah bagus. Dia bukan Oktic lagi sekarang, jadi wajar saja jika dia bisa menyembuhkan lukanya dengan cepat."

Asphodel hanya mengangguk pelan masih dalam keadaan sedikit melamun. Namun, tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Putri Zeoya ... dia pingsan karena Diamond Power-nya kan? Lantas bagaimana sekarang? Apa sebaiknya dia fokus pada latihan saja?" Pertanyaan Asphodel berhasil membuat Laszlo menghela napas panjang.

"Itu yang sedang aku pikirkan. Master yang mengantar Zeoya pulang, menawarkan diri untuk menjadi guru bagi Putri-ku, tapi ... aku tidak terlalu yakin ini ide bagus."

Asphodel mengangkat satu alisnya. "Kenapa begitu? Coba saja dulu, siapa tau dia memang Master yang handal dan berpengalaman kan?"

Mendengar itu, Laszlo merotasi kepalanya, menatap manik Asphodel kemudian berkata, "sepertinya mereka saling jatuh cinta."

Seketika Asphodel melotot kaget. "Apa? Memangnya sejak kapan mereka saling kenal?"

"Beberapa jam yang lalu." Laszlo kembali menghela napas. Sementara Asphodel tampak terdiam masih dengan ekspresi terkejut, tak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang baru saja melewati gendang telinganya.

"Apa kamu yakin?" tanya Asphodel memastikan. Perkataan Laszlo bisa saja hanya asumsi belaka kan? Mungkin saja kenyataannya tidak seperti itu.

"Aku melihat matanya! Dia bertingkah seperti ini." Laszlo memeragakan seperti apa Zeoya saat tersenyum dan menetap Dante saat di kamar tadi.

"Lalu Dante juga melakukan hal yang sama. Sudah jelas mereka saling jatuh cinta. Ah, tidak! Bisa jadi, hanya Zeoya yang jatuh cinta. Dia masih sangat polos dan ... emm ... rapuh untuk menghadapi drama percintaan seperti ini. Seharusnya dia menunggu aku jodohkan saja!"

Sementara itu, Asphodel hanya menggelengkan kepalanya sembari terkekeh kecil.

"Bukan kamu yang menentukan dengan siapa dia akan jatuh cinta. Dia yang akan menentukannya sendiri, dan tugasmu hanya memberi restu atau tidak."

"Tapi dia tidak tahu seperti apa pria yang baik atau buruk. Apalagi Zeoya itu terlalu baik dan polos, dia pasti akan sangat mudah untuk dibodohi."

Asphodel tersenyum hangat kemudian kembali berkata, "kalau begitu, beri tahu dia apa yang tidak dia ketahui. Jika menurutmu cinta itu butuh ilmu, ya berikan saja ilmunya. Kamu tidak perlu ikut campur dalam prakteknya."

Kali ini, Laszlo termenung. Asphodel memang benar, tapi Laszlo terlalu khawatir untuk melepas Putrinya secepat ini. Rasanya, belum banyak yang mereka lewati, karena memang seperti itu adanya. Laszlo sendiri menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi. Bisa jadi, Zeoya mudah percaya kepada pria asing karena dia kehilangan sosok Ayah dalam hidupnya.

Eternity : Permaisuri untuk Raja Vampir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang