Chapter 33: Kembali Kehilangan

166 26 0
                                    

Suasana lorong kastil di depan labolatorium masih sangat sunyi, Prim yang masih memeluk lututnya, memilih bertahan dalam posisi seperti itu hingga sebuah usapan lembut mendarat pada bahu lemah sang Vampir Slave.

Perlahan Prim mengangkat kepalanya, mendapati Jake tengah tersenyum hangat kemudian beralih menangkap pergelangan tangan gadis itu.

"Ayo ikut aku." Jake langsung menarik tangan Prim yang belum siap untuk berdiri namun tak sempat melawan, hingga pada akhirnya gadis itu terseret beberapa langkah.

"Kemana?"

Jake sedikit mengintip kebelakang sambil tersenyum. "Ikut saja, dan setelahnya .... " Wajah pria itu kembali mengarah ke depan dengan ekspresi yang berubah drastis menjadi dingin dan kaku kemudian berkata, "kita tak akan kembali ke sini lagi." Lanjutnya.

Sementara Prim kembali teringat perkataan Asphodel yang menyuruhnya untuk menjauhi Jake. Sontak gadis itu menghentikan langkahnya dengan paksa, hingga membuat Jake ikut berhenti dan kembali menoleh ke belakang.

"Ada apa Prim?" tanya Jake.

"Kamu pergi saja sendiri Jake, dan setelah ini ... tolong menjauhlah dari-ku." Tentu Jake tak terima dengan perkataan Prim.

"Apa maksudmu? Kenapa begitu?"

Prim menyingkirkan tangan Jake yang masih menggenggam pergelangan tangannya kemudian berkata, "aku rasa kita pergi terlalu jauh hingga membuat Tuan Asphodel marah. Sebaiknya kita menjaga jarak mulai dari sekarang."

Ekspresi Jake mulai tegas, dia memposisikan tubuhnya tegap menatap Prim dengan sorot tajam. "Memangnya kenapa kalau dia marah?"

"Ya aku--" Sebenernya Jake tak butuh Prim menjelaskan hakikatnya sebagai seorang Slave, itulah sebabnya dia langsung memotong.

"Kamu hanya memikirkan dia saja? Lantas bagaimana dengan aku?" Nada bicara Jake mulai meninggi dan itu membuat Prim sedikit tersentak kaget.

"Hanya aku yang peduli kepadamu. Dia selalu menyakitimu, Prim!"

"Tapi aku mencintainya!" teriak Prim dengan nada tak kalah tinggi.

"Jadi apa maksud ciumanmu untukku? Kamu juga mencintaiku kan?" Prim kembali dibuat bungkam. Gadis itu sibuk mencari kata sementara dadanya mulai sesak.

"Aku hanya ... benar-benar bahagia olehmu. Itu hanya ucapan terima kasih, Jake. Maaf."

Kepala Jake menggeleng perlahan, tak terima dengan jawaban Prim. "Tidak bisa seperti itu! Kamu ikut aku!" Jake kembali meraih tangan Prim untuk dia seret. Sontak Prim berontak dan berusaha melepaskan diri.

"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!"

Jake terus menyeret tangan Prim sementara gadis itu masih berusaha keras untuk melepaskan diri.

"Asphodel hanya tahu menyuruhmu dan menyiksamu saja, apa itu yang kamu sebut takdir? Aku selalu bisa membuatmu bahagia, paling tahu apa yang kamu butuhkan dan selalu bisa menenangkanmu, kamu sebut apa aku?"

"Bajingan!"

Mendengar suara Prim, langkah Jake seketika berhenti. Dia beralih menatap Prim yang masih sibuk dengan tangannya. "Lepaskan aku dasar kau bajingan!"

Jake sesaat geming di tempatnya, kemudian melepaskan tangan Prim. Tawa getir terdengar keluar dari mulut pria itu kemudian berkata, "setelah semua yang aku lakukan ... kamu menganggapku seperti itu?"

Prim hanya menunduk, tak berani beradu pandang dengan Jake. Sebenernya dia tak bermaksud menyebut Jake seperti itu, dia hanya sengaja membuat Jake marah agar pria itu menjauhinya. Prim tahu Jake Vampir yang baik, tapi dia tak bisa terus membuat Asphodel marah hanya karena mereka dekat. Prim hanya ingin Jake menjauh darinya.

Eternity : Permaisuri untuk Raja Vampir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang