Chapter 27: Love Under the Red Moon

223 29 0
                                    

Malam ini, angin berembus lebih lembut. Menggoyangkan dedaunan pada pohon, menciptakan simfoni malam dari gesekan ranting-ranting yang silih beradu dan berhasil membangunkan sesosok Vampir dari tidurnya.

Jake, sang pria Lycan itu sepertinya belum sepenuhnya tidur. Malam ini terasa sedikit aneh, dirinya merasa terpanggil untuk bangun dan memperhatikan kenampakan alam di sekitarnya.

Ternyata di atas sana, Super Blood Moon sudah menyapa dengan lingkar sempurnanya, memancarkan cahaya merah darah yang bersinar diiringi energi magisnya.

Cahaya itu berhasil menyentuh seluruh tubuh Jake yang seketika berubah wujud menjadi setengah serigala. Untuk sesaat Jake hanya diam memperhatikan sang bulan merah, perlahan dia beralih menatap Prim yang sudah terlelap di sampingnya.

Rasanya, ini memang takdir. Dua kali Super Blood Moon dan selalu Prim yang pertama kali Jake lihat di bawah sinar bulan. Seakan bulan merah itu ingin memberi tahu Jake bahwa Prim-lah takdir yang selama ini dia nanti.

Namun, bagaimana dengan Asphodel?

Jake kembali menatap bulan di atas sana, menyala dengan warna merah memikat yang sarat akan kekuatan besar. Pria Lycan itu mulai memikirkan sesuatu, jika Prim memang takdir untuknya, pasti akan ada berbagai cara agar mereka tetap bersama. Bahkan, dengan Prim berada di sini padahal dia ditugaskan untuk menjaga Lilah tetap di dalam sel, sudah cukup menjadi pembuktian bahwa Prim dan Jake memang harus selalu bersama. Namun, dengan penuh kesadaran Jake tahu jalanan mereka tidak akan mudah, apalagi mengingat Prim yang seorang Salve dan tak mungkin meninggalkan Asphodel begitu saja bahkan jika Jake mampu membelinya.

Embusan angin tampaknya mulai nakal dengan mengacak-acak rambut Jake sementara pria itu mulai memiringkan kepalanya yang masih menengadah.

"Bukankah sebelum mendapatkan hadiah, kita harus membuka kadonya terlebih dahulu? Sepertinya, aku harus lebih sabar membuka kadoku ...." Suara Jake malam itu hanya seperti bisikan yang terbawa oleh angin. Di balik sinar merah yang menerpa wajahnya, Jake terlihat menyunggingkan senyum kemudian kembali berkata, "semakin tebal bungkusnya, maka semakin berharga pula isinya."

»»--⍟--««๑⋆ 𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐈𝐓𝐘 ⋆๑»»--⍟--««

Dalam ruangan kelas, api pada lilin-lilin kecil yang terpasang di beberapa tempat terlihat bergoyang, menyita atensi Azura yang merasakan sebuah aura seakan memanggilnya untuk keluar dari kubah Negeri Tholos.

Dia baru ingat hari ini adalah saat terjadinya Super Blood Moon. Sayang sekali dirinya harus melewatkan fenomena langka ini dan memilih untuk mengurung diri di dalam kelas bersama buku-bukunya. Lebih tepatnya, waktu istirahat yang tak kunjung tiba, sesekali Azura melirik jam dinding yang terpasang tepat di depan ruangan kelas.

Jika perkiraan Azura tidak keliru, dirinya masih punya waktu sebelum Super Blood Moon mencapai posisi sempurna. Hanya beberapa menit sebelum ...

Ding ...!
Ding ...!
Ding ...!

Dentingan lonceng terdengar begitu nyaring di seluruh sekolah. Suara itu berasal dari salah satu menara yang dilengkapi lonceng raksasa di atasnya. Benda ini memiliki banyak fungsi, selain untuk penanda tengah malam, lonceng juga kerap dibunyikan bila ada bahaya, seperti penyergapan musuh yang terjadi secara tiba-tiba, atau penanda malam sudah berakhir.

Dan kali ini, lonceng berbunyi sebagai tanda tengah malam, saat untuk para murid beristirahat sejenak dari materi pembelajaran. Kelas dibubarkan, dan Azura terlihat langsung bergegas keluar dari ruangan kelas.

Eternity : Permaisuri untuk Raja Vampir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang