Gabriel menyekolahkan Noah, home scooling di salah satu sekolah yang terisi hanya beberapa anak konglomerat saja. Dan di dalam kelas hanya terisi masing-masing 4 orang siswa. Setelah pembelajaran selesai semua murid akan langsung di bawa pulang oleh orang tua atau bodyguard.

"Paman akan meminta pada ayah mu untuk menyekolahkan mu di sekolah yang kau inginkan, setelah pekerjaan ini sukses." Kata Thomas, membuat Noah tersenyum senang, dan langsung memeluk Thomas senang.

***

"Ibuuuu ayo bangun." Arthur menggoyangkan pundak ibunya agar segera membuka mata.

Pagi ini mereka akan pergi restoran milik Lis, membuat Arthur sangat bersemangat. Dia bahkan bangun terlebih dulu saking semangatnya. Setelah dirinya selesai mandi, Arthur langsung membangunkan kembarannya. Membuat Isshana mendengkus kesal karena tidurnya di ganggu. Dengan terpaksa Isshana membuka matanya dan segera pergi mandi, hingga dia sekarang hanya menggunakan handuk karakter miliknya sama seprti Arthur.

"Kenapa kalian bangun pagi-pagi sekali?" Bella mengucek matanya pelan, melihat kedua anaknya yang sudah selesai mandi tentu saja membuat dirinya terpaksa harus bangun.

"Ibu ayo pergi mandi, kita akan pergi ke restoran milik bibi Lis." Suara Arthur terdengar sangat bersemangat.

Bella beranjak dari ranjang, dia mengambil baju untuk kedua anaknya yang masih terbungkus handuk. Setelah itu dirinya segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selesai mandi sudah tidak menemukan kedua anaknya di dalam kamar itu.

"Ibu, ibu, ibu, lihat rambut Isshana ditata oleh nenek Audi." Isshana berlari ke arah Bella yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapih.

"Bagus sekali, sudah berterimakasih pada nenek Audi?" 

"Ya, ibu." Bella mengangguk, lalu ia pergi ke dapur setelah menyapa bibi Audi.

Di dapur, Lis sedang sibuk menyiapkan sarapan. Di usia gadis itu sekarang, dia tidak kepikiran untuk menikah. Dia takut akan mendapat laki-laki yang tidak menyukai ibunya, dan meminta agar ibunya tinggal sendiri jika ia menikah. Itu sebabnya, Lis memilih tidak memusingkan soal pernikahan terlebih dahulu.

"Lis, kau panggil yang lain untuk sarapan, biar akau yang menyiapkan semuanya di meja." Kata Bella, hanya tinggal menyiapkan susu untuk anak-anaknya. Menu sarapan pagi ini sudah selesai karena Lis memilih untuk membuat nasi goreng.

Meja makan yang biasanya terdiri ibu dan putrinya, kini sangat ramai. Karena ada Bella dan kedua anaknya, hal itu sangat menyenangkan. Karena suasana meja makan jadi ramai, tidak seperti biasanya yang sangat sunyi. Kini Bibi Audi dan Lis bisa merasakan kehangatan keluarga, setelah sekian lama hanya hidup berdua tanpa adanya keluarga. Bibi Audi memilih untuk pergi menjauh dari keluarga suaminya, setelah sang suami meninggal. Dia bertekat untuk membesarkan anaknya sendiri, tanpa mau mengemis belas kasihan dari keluarga mendiang suaminya.

"Bibi ayo, aku cepat." Arthur sangat bersemangat, sehingga dia tidak sabar untuk segera sampai di restoran milik Lis.

"Arthur, jangan terburu-buru," peringat Bella.

Berbeda dengan Isshana yang hanya diam mengikuti kakaknya untuk segera masuk ke dalam mobil. Anak itu sangat kalem dan tidak terlalu banyak tingkah seperti Arthur. Lihatlah, bahkan Arthur masuk ke dalam restoran milik Lis lebih dulu, daripada pemiliknya.

"Bibi, Althul mau memasak juga." pinta bocah laki-laki itu.

Lis menoleh saat mendapati Noah sudah berdiri disampingnya, dia tersenyum melihat anak itu membaca celemek anak yang sudah di bawa dari rumahnya tadi. Lis langsung memakaikan celemek itu pada Arthur agar bisa membantunya memasak. Sedangkan Isshana sibuk membantu beberapa pelayan yang sedang meletakkan tisu di meja.

Restoran kecil itu selalu ramai pengunjung, bahkan ada beberapa orang kaya yang mampir untuk makan di restoran itu. Jadi lis sebisa mungkin menyiapkan restorannya sebersih dan senyaman mungkin. Biasanya di meja akan ada dua tisu, Tisu basah dan tisu kering. tak lupa, lis juga menyiapkan tisu untuk bayi, seperti saran Bella, karena sering ada pelanggan yang membawa anaknya.

Restoran sudah mulai di buka, satu persatu pelanggan berdatangan untuk mengisi perut, atau hanya sekedar meminum kopi dan makan kue. Isshana, si kecil memilih untuk membantu di dapur, dia bagian mencicipi apa yang Arthur dan Lis buat. Sedabgkan Bella membantu mengantarkan pesanan. Lis memiliki empat karyawan, satu bagian kasir, satu untuk bagian brsih-bersih, dan yang dua bagian memasak bersama dirinya dan mengantarkan makanan.

"Saya ingin memesan waktu anda sebentar, bisa?" Bella menoleh ke belakang saat mendengar suara seseorang yang sudah lama dia hindari.

Bella menelan ludahnya pelan, tubuhnya menjadi kaku saat melihat sosok laki-laki dengan tubuh tinggi berdiri di depannya dengan tatapan tenang. Melihat sekitar yang cukup ramai pelanggan, membuat Bella membawa Gabriel keluar dari restoran. Dia tidak mau membuat keributan di sana dan membuat usaha temannya menjadi berantakan.

"Pergi dari sini, kau-"

Ucapan Bella terhenti saat Gabriel tiba-tiba memeluk dirinya dengan erat. Bella hanya diam tidak berniat membalas pelukan laki-laki yang sudah dianggapnya tidak pernah ada di dalam hidupnya. Ketika akan memberontak dari pelukan Gabriel, alangkah terkejutnya Bella saat mendengar laki-laki itu terisak.

"Hiks, aku sangat senang kau baik-baik saja bersama kedua anak kita." Bella langsung melepaskan pelukannya dengan Gabriel, saat mendengar perkataan laki-laki itu.

"Mereka anak-anak ku, bukan anak kita. Dan kenapa kau lancang sekali, menguntit kehidupan ku yang sudah damai ini?" Bella menatap marah, pada Gabriel yang berderai air mata.

"Maafkan aku," ucap Gabriel dengan suara pelan.

"Maaf? kata mu? kau-"

"Ibuuuu!" Bella menghentikan ucapannya saat merasakan pelukan dari seorang bocah laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Ibu, kenapa ibu pergi lama sekali? Apakah kesalahan ayah sangat besar, sehingga ibu tidak mau kembali lagi pada kami?" Bella menegang dengan panggilan anak itu, dengan tangan bergetar, dia meraih wajah anak laki-laki yang tengah memeluknya dengan erat.

Bella mengigit bibir dalamnya saat melihat bocah tampan di depannya ini, dadanya berdegup kencang. Matanya memanas, siap mengeluarkan air mata.

"Noah sangat merindukan ibunya, dia selalu bertanya apa yang sudah ku lakukan, sehingga kau tidak mau kembali." Suara Gabriel membuat Bella menatap laki-laki itu. Dia membutuhkan jawaban yang valid, atas anak yang memanggilnya ibu.

"Noah, putra pertama kita, yang belum sempat bertemu dengan dirimu sejak lahir, karena kesalahan ku. Kini dia sudah menemukan kebahagiaan utamanya, yaitu dirimu dan kedua adiknya." Jelas Gabriel, membuat Bella tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia langsung memeluk Noah dengan erat. Menyalurkan kerinduannya pada sang putra, yang selama ini dianggap sudah meninggal. 

"Hei, balok es? kenapa kau memeluk ibuku yang cantik?"



Jangan lupa vote dan komen kalian yaah

sampai bertemu di bab selanjutnya, dan kita lanjut pertemuan ibu dan anak, juga ayah dan dua anaknya.

 Tunggu BelGab kembali untuk melanjutkan kisah mereka yang cukup rumit ini yaaap

because of my stupidityWhere stories live. Discover now