16. Not you

22.2K 1.1K 54
                                    

Hello yorobun..
Selamat hari Senin untuk kita semua...

08/01/24

Jolie melebarkan matanya saat melihat Bella keluar dari kamar sang kakak. Niatnya datang ke rumah Gabriel untuk mengajak Bella jalan-jalan karena ini hari Minggu. Tapi ia tidak menyangka jika akan mendapati fakta bahwa kakaknya dan kakak ipar kesayangannya akan tidur bersama. Karena tidak mau ketinggalan informasi, Jolie segera berjalan mendekati Bella yang akan kembali ke kamarnya sendiri.

"Kakak Bella," panggil Jolie sambil berbisik, ia merangkul pinggang Bella dan ikut masuk ke dalam kamar pribadi kakak iparnya.

"Astaga, kenapa kamu bisa ada di sini pagi-pagi sekali?" Tanya Bella bingung.

"Ini sudah jam 09.00 pagi, Jadi bukan pagi-pagi sekali. Tapi aku membutuhkan informasi tentang hubunganmu dan Gabriel.

"Oh, benarkah?" Bella tampak cuek, lalu segera pergi ke dalam kamar mandi untuk menghindari Jolie.

Jujur saja Bella sangat malu karena kepergok oleh adik iparnya keluar dari kamar Gabriel. Ia sengaja bersikap cuek karena tidak ingin Jolie bertanya, apa yang dia lakukan di dalam kamar kakak gadis itu.

Selesai membersihkan dirinya, dan mengganti pakaian santai. Bella menemui Jolie yang tengah menunggu dirinya di taman belakang. Di sana sudah ada Jolie dan juga Melly, kedua gadis sebaya itu tengah asyik bercerita. Sampai tidak sadar jika bela sudah duduk di kursi tunggal.

"Jangan pernah main-main dengan hati, kamu harus fokus pada kuliahmu dulu dan raila impianmu. Jangan menjadi bodoh hanya karena cinta, atau kamu akan merasakan apa yang aku alami sekarang ini. Intinya untuk kalian para gadis kecil, fokus memperkaya diri dulu. Urusan cinta, nanti saja, jika kalian sudah kaya." Nasehat Bella, dia tidak mau melihat dua gadis di depannya ini mengalami rasa sakit yang sama seperti dirinya.

Jika dirinya kuat, bukan berarti orang lain juga akan bisa kuat dengan apa yang terjadi pada hidupnya. Jadi Bella akan berusaha membuat Jolie dan juga Melly menikmati masa muda mereka lebih dulu.

"Baiklah senior cinta," kata Jolie dan Melly bersamaan.

"Aku ingin ke mall, ada yang mau ikut?" Tawar Bella, sudah lama sekali dia tidak berbelanja, karena terlalu sibuk bekerja dan mengumpulkan banyak uang.

"Ayo, aku juga sudah lama tidak pergi ke mall." Sorak Jolie, penuh semangat.

Berbeda dengan Melly yang hanya diam saja dengan tersenyum. Dia tidak akan ikut, karena uangnya tidak akan cukup, apalagi semua uang yang dimilikinya untuk menghidupi keluarganya.

" Melly, ayo ikut dengan kami." Ajak Jolie, membuat Melly langsung menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku tidak punya banyak uang untuk ikut," beritahu Melly jujur.

"Aku yang akan membayar semuanya, ayo sana, segera ganti bajumu." Jolie mendorong pelan pundak Melly.

Bella menatap Melly dan mengangguk, membuat gadis itu segera pergi untuk mengganti pakaian.

Bella berjalan dengan digandeng oleh dua gadis. Seperti biasa, semua orang pasti akan memperhatikan keberadaan Bella. Apalagi akhir-akhir ini Bella tidak pernah muncul di publik.

Ketiganya asik mengelilingi mall dan membeli beberapa barang, Bella dan Jolie tak lupa juga membayar apa yang ingin Melly beli. Bella yang akhir-akhir ini jarang tersenyum, kini tak bisa menghilangkan senyumnya. Melihat tingkah Jolie yang konyol dan diikuti oleh Melly, kedua gadis ini membuat Bella melupakan sejenak kesedihan yang selalu dirasakan setiap saat.

Senyum yang sejak tadi to hilang dari bibir Bella, perlahan memudar, berganti menjadi senyum sinis. Di depan sana, ia melihat sosok Gabriel masuk dalam ke dalam toko baju bersama seseorang yang sangat Bella kenal. Wanita itu terlihat sangat bahagia dan bercanda dengan Gabriel yang terlihat memilih baju bayi.

"Laki-laki seperti dirimu memang tidak pantas untuk diperjuangkannya Gabriel." Sinis Bella.

***

Malam yang sunyi, Bella tengah duduk di depan jendela kamarnya yang masih terbuka lebar. Matanya menatap langit malam, yang terlihat indah dengan satu rembulan bersinar terang dikelilingi dengan taburan bintang. Bahkan angin malam juga tampak bahagia dengan keindahan langit malam Ini. Berkali-kali menabrak wajah Bella dengan hembusan angin lembut.

"Jika saja waktu bisa diputar kembali, Aku tidak ingin dipertemukan dengan Gabriel dan menjadi bodoh karena laki-laki itu." Bergumam pelan, sambil menggerakkan tangannya seolah akan memegang bulan di atas langit.

Selama beberapa minggu ini dia sudah memutuskan, langkah apa yang akan diambilnya untuk masa depan. Semua rencananya sudah disusun, tinggal menunggu hari di mana dirinya akan mendapatkan kebebasan itu.

"Jika waktunya sudah tiba, Aku pastikan kau tidak akan pernah bisa menemukanku kembali. Dan dengan kepergianku nanti, Aku berharap kau bisa hidup dengan sangat bahagia seperti yang sudah direncanakan bersama wanita itu." Harap Bella, ia sudah tidak merasakan sakit lagi ketika mengingat Gabriel pergi dengan wanita lain. Mungkin perasaannya yang dulu sangat menggebu-gebu, untuk memiliki Gabriel sudah menghilang.

"Aku tidak akan menganggap wanita yang kau cintai sebagai pembunuh anak ku, karena semua yang terjadi murni karena kebodohan yang kulakukan sendiri. Yang pantas disalahkan untuk semua kekacauan ini hanyalah aku!" Merelakan anaknya tentu saja hal yang sangat sulit bagi Bella. Dia tidak akan melupakan kejadian di mana dirinya kehilangan sang anak. Meskipun tidak mengetahui seperti apa wajah dari anaknya yang telah meninggal. Namun anak itu akan selalu berada di hatinya.

Tangannya meraih pecahan gelas yang tadi tidak sengaja ia jatuhkan. Dengan mata terpejam, tangan kanannya menggoreng lengan kirinya dengan pecahan gelas itu. Akhir-akhir ini, ia sangat ingin sekali melukai dirinya sendiri. Namun, selalu di tahan. Tapi malam ini, ia sangat membutuhkan rasa sakit untuk bisa tahu bahwa dia benar-benar masih hidup.

Meskipun selama ini selalu terlihat baik-baik saja, apakah hal itu bisa menjamin mental seseorang baik-baik saja? Sedangkan dia sudah merasakan begitu banyak penderita selama hidupnya. Mulai dari dikucilkan keluarga suaminya, anak yang dikandung tidak pernah di anggap, bahkan semua orang berharap anaknya tidak bisa terlahir ke dunia. Dibenci oleh keluarga besarnya sendiri, termasuk kedua orang tuanya. Anaknya juga pergi, karena tidak mau dilahirkan dari sosok ibu yang hina, lu dijadikan pelacur pribadi oleh suaminya sendiri.

Dengan semua penderita dan rasa sakit yang diterimanya selama ini, apakah dia masih bisa baik-baik saja tanpa bantuan psikologis?

Jika saja mereka sadar pada mata Bella yang semakin redup, pasti mereka bisa merasakan dan melihat betapa wanita itu sangat hancur dan tidak memiliki tujuan hidup. Betapa dia selalu merasa takut dengan hidupnya yang semakin tidak memiliki arah. Hingga membuatnya berkali-kali ingin mengakhiri hidup, untuk menghilangkan rasa sakit yang selalu dirasakan setiap saat.

"Jika aku mati, pasti aku tidak akan pernah berani menemui anakku." Membuang nafasnya pelan, mengingat bagaimana dirinya terus merasa takut jika anaknya bertanya dengan apa yang dilakukan selama masa hidupnya.

"Dia pasti akan menuntut ku di depan tuhan, karena sempat tinggal di rahim wanita yang sangat menjijikan sepertiku."

"Gabriel, my life's purpose is not you anymore. Sorry for messing up your life."



Haloooo semuaanyaaa
Apa kabar?
Oh astaga, hari Senin memang hari yang sangat melelahkan untuk kita semua yaa😤😤

Tadi sempet takut gak bisa up, karena lagi sibuk bangeeeetttt...
Kerjaan ku sangat tidak bisa dikondisikan, tapi untung aku bisa up siang ini..

Thanks untuk 40k nya yess

Thanks untuk 40k nya yess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
because of my stupidityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang