26. My heart will go on

108 13 2
                                    

H-2 sebelum pernikahan mereka berdua terlaksana. Malam ini, rumah Naya diisi dengan suara-suara ricuh karena Jenna dan Naya sedang beres-beres satu rumah. Meskipun h-2, tapi tetap saja Jenna tidak tenang jika barang-barang yang selanjutnya akan menjadi hak milik Naya tidak di packing dari sekarang. Mereka berdua mendadak menjadi saling perhatian satu sama lain. Jenna menyuruh sebagian barang untuk dibawa ke rumah baru Naya nantinya, namun gadis itu menolak dengan alasan harus dibuat kenang-kenangan oleh mamanya juga.

"Nay, ini ada foto album waktu kamu kecil. Mau dibawa aja atau ditinggal disini??" tanya Jenna kepada anak perempuannya.

"Ditinggal disini aja, ma. Nanti kalau Naya butuh, akan Naya ambil," jawab Naya. Jenna mengangguk pelan, akhirnya ia meletakkan kembali album foto mengenai anaknya itu.

"Gak terasa, anak mama sebentar lagi menikah." Jenna tersenyum kepada anak perempuannya. "Nanti kalau udah nikah, nurut apa kata Jendral ya?? Dia akan berhak mengatur kamu karena kamu akan jadi istrinya. Kalau perlu bantuan, kamu telepon mama aja."

Naya memeluk Jenna dari samping. Masih ada perasaan tidak rela jika ia harus meninggalkan mamanya itu tak lama lagi.

"Mama, makasih ya," ucap Naya sembari menatap Jenna dengan dalam. Ibunya membalas dengan senyuman hangat.

Tok.. tok..

Aktivitas ibu dan anak itu terganggu ketika mendengar suara ketukan pintu. Naya memilih untuk beranjak dari duduknya dan membukakan pintu entah untuk siapa diluar sana.

Cklekk..

"Eh, hai." Naya tersenyum, ia menyapa tamu tersebut yang ternyata pujaan hatinya.

"Lagi sibuk ya?" tanya Jendral kepada Naya.

Naya mengangguk pelan. "Sedikit."

"Lagi ngapain emang?"

"Mama lagi beres-beres, aku mau bantuin."

Jendral mengangguk paham. Dia mengacak rambut Naya yang sudah menggunakan pajama kuning nya.

"Mau masuk dulu gak?" tanya Naya. Jendral mengangguk pelan, ia hanya akan mampir sebentar karena sejujurnya ia juga perlu membereskan barang-barangnya sebelum keluar dari rumahnya.

"Eh, ada Jendral..," sapa Jenna. Jendral menyalimi tangan Jenna yang masih terduduk di lantai.

"Sibuk banget ma, mau dibantu?" tawar Jendral. Namun Jenna secepat mungkin menggeleng.

"Gak usah, Jen. Udah mau selesai kok ini, tinggal ditaro ke posisi awalnya aja." Jenna beranjak dari duduknya. Jendral hanya mengangguk menanggapinya.

"Nay, mama ke kamar dulu ya, mau cek lagi apa masih ada barang yang bisa mama kasih ke kamu," ucap Jenna mengusap surai kecokelatan milik anaknya, sedangkan Naya hanya mengangguk. Naya menyuruh Jendral duduk diatas sofa, oleh karenanya ia bisa duduk disebelah Jendral sembari memberikan pria itu minum.

"Makasih, istri." Jendral tersenyum, menerima segelas sirup yang disiapkan oleh Naya. Naya terkikik geli, bagaimana bisa Jendral sudah berani memakai sebutan itu padahal mereka belum menikah?

Angrybao || ENGAGEMENT RINGS {End}Where stories live. Discover now