Pertemuan Dua Jiwa

36 7 0
                                    

Blaire memandang sekeliling. Dia tidak tahu berada di mana ia sekarang. Tempat itu bagaikan ruang tak terbatas yang semuanya nampak putih.

"Jadi, aku benar-benar sudah mati?"

Blaire tersenyum senang. Setidaknya ini lebih baik menurutnya daripada harus tinggal bersama si monster bersurai silver itu.

"Tidak, Blaire. Kau masih hidup"

Seketika Blaire berjengit tatkala sebuah suara wanita seakan menjawab pertanyaannya.

"Di mana kau?"

Blaire menyusuri pandangannya, bergerak mencari di mana sumber suara tersebut, namun nihil. Dia tidak melihat apa pun kecuali putih.

"Blaire, aku di sini"

"Di mana? Aku tidak dapat melihatmu?"

"Lihatlah ke bawah"

Seketika Blaire melihat ke bawah di mana kakinya berpijak, terlihat kabut putih yang perlahan memudar, lalu terlihatlah seorang wanita yang sepertinya terperangkap di bawah sana.

"Siapa kau?"

Blaire berjongkok, mengusap benda yang nampak seperti kaca---yang memisahkan antara dirinya dan wanita yang wajahnya nampak buram itu.

"Aku Navier"

"Navier? Navier istrinya si rambut silver itu?"

Perlahan wajah wanita itu nampak terlihat semakin jelas. Dan benar saja, wajah wanita itu nampak sama seperti dirinya.

Dengan wajah sendu, wanita itu menganggukkan kepala.

"Apa maksudmu aku masih hidup? Bukankah sekarang aku berada di akhirat? Aku sudah mati, kan?"

Wanita yang sepertinya berada di ruang berbeda itu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau belum mati, Blaire. Dan mungkin tak lama lagi kau akan kembali bertemu dengan Hegger"

"Navier, kembalilah! Aku tidak mau menggantikan dirimu hidup bersama si brengsek itu. Aku ingin kembali ke kehidupan awalku. Aku ingin bertemu Eugene. Aku tidak mau di sini. Lebih baik aku mati saja daripada harus menggantikan posisimu. Jadi, kembalilah, oke?!"

"Maaf, Blaire. Aku tidak bisa. Aku juga tidak ingin kembali. Aku sudah memiliki kehidupan lebih baik di sini. Eugene... dia memang pria yang baik. Meski wajahnya terlihat sama dengan Albert, tetapi sifat mereka berbeda. Eugene benar-benar memperlakukanku dengan baik"

"Wah, apa kau sedang pamer padaku? Eugene-ku memang terbaik. Maka dari itu, aku menolak. Aku tidak mau menggantikan posisimu. Aku ingin kembali. Titik!"

"Sayangnya tidak bisa, Blaire. Karena aku sendiri juga tidak tahu caranya"

Mendengar itu, rasanya Blaire ingin menangis. "Lalu aku harus bagaimana? Terjebak di sini selamanya? Kau gila?! Kau bisa hidup enak di sana sementara aku di sini menderita? YAH! INI MASALAHMU! KENAPA HARUS AKU YANG KAU JADIKAN TUMBAL?!!!"

"Aku minta maaf atas itu. Tapi percayalah, Blaire. Aku dan dirimu adalah sama. Kita hanya hidup di dunia yang berbeda. Jadi, masalahku juga masalahmu juga"

"Apa kau bilang?! Masalahku juga?! Aish, yang benar saja! Selama aku hidup, aku tidak pernah merepotkan orang lain. Tapi mereka lah yang selalu membuatku repot. Dan sekarang kau?! Benar-benar merepotkan!"

"Blaire, apa kau mengenal Carlos?"

"Carlos? Siapa dia? Sebentar... sepertinya aku pernah mendengar nama itu"

"Bisa dibilang dia adalah tabib atau semacam penyihir. Ah, apa kau terluka parah sebelumnya sampai bisa berada di tempat ini?"

"Ehm...?" Blaire nampak berpikir, mencoba mengingat. "Ah, benar! Aku baru saja tertusuk pedang. Bahkan aku masih dapat mengingat rasa sakitnya sampai aku tidak kuat lagi, dan mungkin aku pingsan. Atau... sebenarnya sudah mati, mungkin?"

RUNAWAYWhere stories live. Discover now