Kerajaan Mazzellius

31 3 0
                                    

Hegger membuka gulungan yang baru saja diberikan Albert. Entah apa yang lucu, selesai membaca isi dari gulungan tersebut, Hegger malah terbahak.

"Sepertinya bedebah itu sudah mulai sekarat, Albert"

"Benarkah, Yang Mulia?" Albert yang paham siapa yang dimaksud Hegger bertanya dengan antusias.

Hegger mengangguk dengan senyum puasnya, mengulurkan gulungan tersebut kepada Albert, menyuruh pria itu untuk membacanya sendiri.

"Wah, secepat ini?" Komentar Albert. Dia memang pernah mendengar kabar Sang Raja Mazzellius jatuh sakit. Tapi dia tidak menduga kalau penyakitnya separah itu sampai mengundang Hegger untuk datang berkunjung. Katanya hendak mengatakan sesuatu. Apa itu mungkin pesan terakhir?

"Aish, benar-benar tidak seru. Padahal aku berencana meratakan istana itu dalam waktu dekat ini"

"Apa sekarang saja, Yang Mulia? Tangan saya juga sudah sangat gatal ingin melakukannya"

Hegger menggeleng pelan. "Tidak. Aku malas meladeni orang yang penyakitan. Mungkin nanti, saat penobatan Raja selanjutnya" kata Hegger dengan seringaian.

Albert kembali menggulung gulungan tadi, meletakkannya di atas meja Hegger.

"Lalu, apa Yang Mulia akan memenuhi undangan tersebut?"

"Entahlah. Tapi aku merasa itu permintaan terakhirnya" Hegger menautkan kedua tangannya, menggunakannya untuk memangku dagunya, lalu melirik ke Albert dengan seringaian. "Haruskah aku pergi, Albert?"

"Menurut saya tidak ada salahnya"

Hegger kembali menatap gulungan di depannya. Seketika air mukanya berubah menjadi datar.

°°°°°°

Pagi itu, Hegger mengetuk pintu kamar Blaire. Tak ada jawaban dan Hegger bukanlah tipe orang sabar yang mau meluangkan waktu untuk menunggu. Begitu tidak ada jawaban setelah tiga kali ketukan, Hegger membuka pintu kamar di depannya.

Hegger menatap sebal pada Blaire yang masih terlelap di ranjang itu dengan gaya yang jauh dari kata anggun.

Wanita itu terbaring telentang dengan posisi menyilang, kepalanya berada di pojok ranjang dekat dinding, kakinya berada di pojok luar ranjang, terlihat seperti membentuk garis miring. Tangan kanannya memeluk guling, sedangkan tangan kirinya terjulur di atas kepala. Jangan lupakan dengkuran yang lumayan keras keluar dari mulut mungil Blaire yang terbuka.

Selain suka tidur, wanita itu memang hobi makan.

"Benar-benar seperti babi"

Lalu Hegger keluar dari kamar Blaire, menuruni anak tangga, berjalan menuju pintu utama.

"Selamat pagi, Tuan Aldrich" sapa Louis seraya membungkuk, tanpa melepas tali kekang kuda hitam yang sudah ia siapkan untuk Tuannya dalam perjalanan menuju Kerajaan Mazzellius.

Hegger hanya mengangguk, mengambil tali kekang kuda dari tangan Louis.

Sebenarnya Albert sudah menyarankan untuk naik kereta kuda dan dia sendiri yang akan mengantarnya, namun Hegger menolak. Pria itu lebih suka pergi sendiri. Lagi pula jika Albert ikut serta, siapa yang akan mengawasi Blaire nantinya?

"Selamat pagi, Yang Mulia" Albert yang baru datang langsung menyapa.

Para pekerja maupun prajurit yang ada di kediaman Aldrich memang memanggil Hegger dengan sebutan Tuan. Hanya Albert saja yang memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia. Hegger sudah lelah untuk sekadar menegur atau memarahi Albert. Jadi, ya sudahlah...

"Jangan katakan itu bekal untukku" Hegger memicingkan matanya saat melihat sesuatu di tangan kanan Albert.

"Benar, Yang Mulia. Saya yang membuatnya sendiri, menumpang memasak di rumah Carlos" jelas Albert seraya mengulurkan bekal yang sudah ia balut menggunakan kain yang diikat di ujungnya.

RUNAWAYWhere stories live. Discover now