Memanfaatkan Kesempatan

44 4 0
                                    

Sudah sebulan Blaire terjebak di masa yang bahkan sampai saat ini dia tidak tahu. Jaman kerajaan apa? Tahun berapa dan bisakah ia pulang sekarang?

"Hai, Louis... apa kau melihat si pria silver?" Tanya Blaire karena dari pagi tak mendapati Hegger di mana pun. Bahkan pagi tadi ia juga tak melihat pria itu sarapan. Karena bosan, Blaire memutuskan jalan-jalan, berkeliling halaman kediaman Hegger Aldrich lalu tak sengaja melihat Louis sedang membersihkan kandang kuda.

"Yang Mulia sedang pergi menemui Yang Mulia Raja Mazzellius, Nona" jawab Louis menghentikan aktivitasnya sejenak. Sudah terbiasa mendapati Blaire yang menyebut Tuannya dengan sebutan 'Si Pria silver' dan Louis sudah bosan untuk sekadar menegur maupun mengingatkannya.

Raja Mazzellius? Ah, itu berarti Raja yang sedang memimpin di masa ini maksudnya kan? -Blaire membatin.

Sebenarnya Blaire merasa bingung. Kerajaan Mazellius? Sepanjang Blaire bersekolah, ia tidak pernah mendengar pelajaran sejarah menyebut nama kerajaan tersebut. Jadi, sebenarnya dirinya sedang berada di mana? Terlempar ke masa lalu? Atau masuk ke dunia novel? Atau... masuk ke dunia monster? Entahlah... Blaire jadi pusing sendiri.

Lalu kembali bertanya pada Louis. "Apakah itu jauh?"

"Tentu saja jauh, Nona. Kita kan berada di ujung Selatan. Bisa dibilang pelosok. Sedangkan Kerajaan berada di pusat kota. Membutuhkan waktu setengah hari untuk sampai ke sana dengan menunggangi kuda" jelas Louis si anak buah Hegger yang terkenal paling ramah.

"Kenapa, Nona? Apakah Nona sudah merindukan Yang Mulia?" Louis tersenyum jahil.

"Kau benar, Louis. Aku sudah sangat merindukannya. Padahal baru pagi ini aku tidak melihatnya" Blaire memasang wajah seperti pujangga yang sedang merindukan kekasihnya. Tentu saja itu akting.

Louis terkekeh pelan. "Bersabarlah, Nona. Karena setahu saya Yang Mulia akan kembali tiga hari lagi. Itu yang saya dengar tadi pagi saat menyiapkan kuda untuk Yang Mulia"

"Tiga hari?!" Blaire memasang wajah terkejut, bergaya tak suka. Padahal dalam hatinya... 'wah, aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur'

"Kenapa lama sekali ya, Louis? Memangnya apa yang dia lakukan di sana?" Blaire melanjutkan dramanya dengan memasang raut sedih.

"Saya tidak tahu, Nona. Mungkin Nona bisa menanyakan hal itu kepada Kapten"

"Kapten? Maksudmu Albert?"

Louis mengangguk. "Kapten di sini hanya Kapten Albert saja, Nona. Tidak ada yang lain"

Blaire ikut terkekeh. Sebenarnya merasa gemas dengan Louis, pemuda berwajah bocil itu sungguh menggemaskan. Apalagi sifat polos dan tanpa prasangkanya itu. Blaire sungguh suka. Bolehkah dia membawanya pulang dan memamerkannya pada Eugene?

Aish! Alih-alih pulang, mencari jalan keluar saja belum berhasil sampai detik ini.

"Dengar-dengar malam ini akan ada perayaan panen. Apa karena itu Nona mencari Yang Mulia? Ingin pergi ke sana bersama Yang Mulia? Seperti... apa itu namanya??? Kencan?"

Blaire tersentak. "Wah, Louis... aku kira kau bocah polos. Ternyata tau juga yang seperti itu yaaa" Blaire tersenyum jahil membuat Louis seketika tersipu.

"Itu... kemarin saya tak sengaja membaca novel romantis, Nona. Dan menemukan kosa kata baru. Kencan. Hehe... jadi saya terngiang"

"Wah wah... ternyata kau hobi membaca yang begituan juga yaaa"

Wajah Louis semakin memerah.

"Perayaan panen, itu maksudnya semacam pesta kah?"

Louis yang sudah menyelesaikan membersihkan kandang kuda kini mengangguk semangat.

RUNAWAYWhere stories live. Discover now