16 || Siapa dia?

Beginne am Anfang
                                    

Malam memang sudah larut, bahkan mencari kendaraan juga mungkin sudah sulit apalagi gadis itu lupa mengambil handphone nya di rumah sakit. Tapi, kalau dia menerima tawaran Taehyung dia juga merasa tidak enak.

"Hello! Mau atau tidak?"

Aeri menggeleng, "Tidak usah. Aku bisa pergi sendirian." Ucapnya kemudian beranjak pergi dari sana setelah kembali mengambil alih tas yang semula dibawa Taehyung.

Sebenarnya dia tidak berani, bahkan sudah memikirkan bagaimana kalau ada penjahat yang akan menghadangnya dijalan ataupun pria yang mabuk, ditambah dengan tas yang ia bawa itu juga cukup berat. Tapi Aeri juga gengsi, apalagi saat melihat tampang Taehyung yang sungguh songong, bisa-bisa kebaikannya itu akan pemuda tersebut ungkit sampai Aeri nenek-nenek.

Biip!

Belum jauh berjalan dari jarak rumah Jimin, suara klakson mobil dari arah belakang mengagetkan Aeri yang sedari tadi mencoba untuk tidak takut.

Mobil yang tadinya dibelakang, kini sudah melaju tepat disamping Aeri dan berhenti disana.

Kaca mobil perlahan turun, menampilkan wajah Taehyung yang matanya masih sembab akibat menangis tadi, "Naik!"

Aeri menggeleng dan melanjutkan perjalanannya, "Tidak usah!" Lagi-lagi gengsi, padahal dia sungguh ingin naik kedalam mobil tersebut.

Taehyung menghela nafas geram. Andai Aeri bukan perempuan ogah sekali dia membujuknya untuk diantar, tapi dia hanya takut perempuan itu ada apa-apa dijalan. Tidak tau juga kenapa pemuda itu ingin peduli.

"Naik!" Lagi-lagi mobil yang ditumpangi Taehyung berhenti di samping Aeri.

"Tidak usah!"

"Kau punya masalah apa sih?! Naik!"

"Sana pulang saja! Aku tidak mau!"

Entahlah perempuan itu punya masalah apa dengan mobil Taehyung sehingga sangat enggan untuk naik. Pemuda itu lalu turun dari mobil dan menggendong perempuan itu masuk kedalam mobilnya.

"Taehyung sialan! turunkan aku!"

"Diam!"

"Turunkan aku!"

Taehyung tak mengerti, mengapa dia harus melakukan hal tidak berguna seperti ini. Tapi yasudahlah. Hitung-hitung ini balasan karena Aeri sudah ingin mendengar curhatannya saat dia menangis tadi.

***

Aeri sudah sampai di rumah sakit, dia sempat menawarkan Taehyung untuk menjenguk Jimin terdahulu sebelum pulang namun pemuda itu memilih langsung melajukan  mobilnya pergi dari sana.

Sebenarnya itu sudah tidak asing lagi, begitu lah Taehyung, sepertinya tidak akan pernah habis untuk membenci Jimin.

Perempuan itu lalu masuk kedalam rumah sakit melewati koridor yang sudah mulai sepi, bahkan saat melewati koridor menuju ruang rawat Jimin dia hanya dapat mendengar suara langkah kakinya sendiri.

"Aku datang." Ucap Aeri saat masuk kedalam ruangan.

Jiwoo nampak sudah sangat nyaman dengan tidurnya, sedangkan Jimin hanya menyapa Aeri dengan senyuman. Perempuan itu hanya bisa menggeleng, sudah dia sampaikan bahwa jangan tidur sebelum dia pulang tetap saja pemuda itu tertidur.

"Nampaknya sekarang kau yang menjaga jiwoo, jim!"

Jimin hanya bisa terkekeh pelan, "Biarkan saja, pasti dia juga lelah."

"Ngomong-ngomong, tadi hasil pemeriksaan ku apa? Aku lupa bertanya."

Inilah pertanyaan mematikan yang tidak ingin Aeri dengar. Dia bingung harus menjawab apa, dia juga rasanya tidak ingin berbohong tapi kalau jujur pasti akan membuat Jimin bisa-bisa drop.

"Hanya kecapean, kalau ada informasi lebih lanjut pasti akan aku beri tahu." Lagi-lagi berbohong. Tapi Aeri janji akan memberi tahu Jimin tapi bukan sekarang.

Perempuan itu kemudian mengeluarkan isi tas yang dia bawa satu persatu, lalu menyusunnya kedalam laci yang sudah tersedia disamping ranjang.

Ditengah aktifitasnya ponsel Aeri berdering mengalihkan perhatiannya. Segera dia raih ponsel yang berada diatas meja kemudian menatap layar yang menampilkan nama 'IBU'. Setelah dia ingat, dia sudah minta izin untuk menginap dirumah sakit tapi mengapa tiba-tiba ibunya menelpon tengah malam.

"Halo? Kenapa, bu?"

"Pulang nak, ada yang mau nyelakain ibu!"

Sontak mata Aeri membulat sempurna saat mendengar ucapan ibunya ditelpon.

"Jimin aku pergi sebentar, ini penting."

"Aeri mau kemana malam-malam begini?"

Teriakan Jimin tak di hiraukan sama sekali. Tanpa pikir panjang perempuan itu berlari sekuat tenaga dengan perasaan was-was.

Ibu adalah harta yang dia punya satu-satunya, kalau ibunya sampai terluka Aeri akan menyalahkan dirinya sendiri.

Koridor yang semula sepi langsung di penuhi suara langkah kaki Aeri yang cepat, tak dia pedulikan orang yang hampir dia tabrak dan terus berlari. Pikirannya hanya satu, dia ingin segera pulang dan menemui ibu lalu memastikan kalau dia baik-baik saja.

Jarak rumah sakit dengan rumah Aeri tak begitu jauh, kalau jalan kaki hanya sekitar 20 menit, tapi sangking takutnya terjadi apa-apa dengan ibu tak sampai 10 menit perempuan itu sudah berada didepan rumahnya dengan nafas yang terengah-engah.

"Aeri datang, bu!"

Segera dia berlari kembali masuk kedalam rumah, mendapati ibunya yang sudah duduk di ruang tamu dengan beberapa warga disampingnya.

"Astaga, hampir saja Ibu mu di bunuh Aeri!" Ucap salah satu warga yang berada disana.

Aeri langsung duduk dihadapan ibunya lalu memegangi kedua tangan wanita itu, "Ibu tidak apa-apa?"

Ibunya menggeleng lalu mengelus lembut surai putrinya, "tidak apa-apa, kau tak perlu khawatir, untung saja ada warga yang menolong ibu."

"Maafkan Aeri bu, maaf tidak bisa menjaga ibu."

"Apa yang kau katakan? Kau sudah menjaga ibu dengan baik, lagian ibu tak apa-apa seharusnya ibu tidak perlu menyuruh mu kesini sampai kau berkeringat seperti ini."

Salah satu warga yang berada disana menyerahkan satu carik kertas kepada Aeri, "Ini saya temukan membungkus batu yang dilemparkan kearah jendela rumah kalian."

Aeri dengan cepat meraih kertas tersebut. Tulisan berwarna merah itu langsung membuat perempuan tersebut merasa begitu geram.

Berhenti membantu Jimin atau kau dan ibu mu akan ku bunuh!

Tangan Aeri terkepal, rahangnya mengeras, nafasnya tak beraturan. Dia sekarang tau siapa yang ingin mencelakai ibunya, itu tak lain pelaku yang sudah membunuh orang tua Jimin.

Sekarang, Aeri tambah yakin bahwa semua ini sudah ada yang merencanakannya.

"Apa... Pria itu.. "

TBC

Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

Ending [Vmin] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt