"Kenapa? Dia suami lu, dia wajib tau dimana keberadaan lu" Tegas Nathan

"Gue lagi gamau ketemu sama dia kak"

"Kalo emang Kak Nathan ngasih tau gue disini, gue bakal kabur lagi dari sini. Gue gamau ketemu Mas Lian atau pun elu kak" Ancam Meera

Nathan nampak berpikir dengan ancaman Meera. Dia juga takut, jika adik nya ini pergi dari nya maka akan lebih bahaya lagi untuk hidup Meera kedepannya. Tidak ada yang mengawasinya, atau bahkan takutnya ada yang nekat berbuat jahat padanya.

Apalagi setelah dokter mengatakan pada Nathan, jika Meera terlalu banyak pikiran akan berpengaruh pada kandungannya. Nathan memang memanggil dokter kandungan untuk memeriksa Meera yang sedang pingsan tadi. Nathan sangat khawatir jika ia ikut mendesak Meera bertemu Lian. Itu malah memperburuk keadaan. Jadilah Nathan menuruti Meera.

"Yaudah Oke, gue gak bakal hubungin Lian. Asal lu istirahat dan gausah banyak pikiran ya. Lu tinggal disini aja bareng gue, lu di kamar ini. Gue di kamar sebelah. Kalo laper atau apa, lu masak sendiri bisa kan? Gue udah penuhin tuh kulkas bahan masakan, jadi bisa lu masak sendiri"

"Gue harus balik ke kantor, lu gue tinggal udah aman kan Meer? Tuh udah gue beliin makanan, lu makan. Jangan egois, anak lu butuh makan. Kalo lu kesel sama bapaknya, jangan lampiasin ke anak lu. Dia gak salah apa-apa. Oh iya, Habis makan baru lu minum obat lu. Oke" Ucap Nathan

"Iya kak makasih ya kak" Balas Meera

Flashback Off

Sudah hampir satu bulan juga, Meera merenungi masalah dalam hidupnya. Meera sangat rindu dengan suaminya, namun saat mengingat Lian. Meera juga mengingat semua yang di tunjukkan Jasmine padanya. Itu kembali membuat Meera sakit hati.

Hari ini, ia pun kembali memeriksa kan kandungan nya di rumah sakit di Surabaya. Namun kali ini berbeda, Meera justru di temani oleh Nathan. Nathan yang memaksa untuk menemani adik iparnya, karena ia juga khawatir jika Meera harus pergi sendiri di kota orang. Ya walaupun Surabaya tak sebesar Jakarta, tapi tetap saja namanya sial bisa terjadi kapan saja.

Selesai memeriksakan kandungannya dan mendengarkan dokter yang mengatakan  bahwa bayi di dalam perut Meera sangat aktif dan sehat. Meera dan Nathan bisa bernafas dengan lega. Pasalnya sebulan ini cukup menguras batin dan pikiran Meera, ia takut saja jika ini akan berdampak pada Kandungan nya. Namun, pikirannya salah. Lian benar, Lian selalu mengatakan bahwa anaknya hebat dan kuat, dan hari ini terbukti. Meera tersenyum, ia rindu dengan suaminya ia benar-benar merindukan Lian.

"Udah sebulan, mau sampe kapan lari dari masalah?" Tanya Nathan

"Entah lah kak, gue masih ngerasa gak siap buat ketemu Mas Lian" Balas Meera

"Lu harus segera selesaikan masalah lu Meer, kandungan lu udah enam bulan lebih. Kurang dari tiga bulan lagi lu lahiran, emang gamau di temenin Abi lahirannya?"

"Ayah sering telpon gue Meer, Lian sama hancurnya sama lu. Tiap hari dia gak pernah ke kantor. Dia selalu ngurung diri di kamar, dia jarang makan dan hidup nya gak keurus. Dia makan cuma karena ayah yang maksa, selebihnya dia gak bakal mau makan"

"Tiap tidur selalu ngigo nama lu, dia juga sering nangis tengah malem kata ayah. Dia bener-bener kehilangan lu Meer"

"Bukan hanya Abi, tapi Qeela dan Varro sama hancurnya karena kehilangan kabar tentang lu. Qeela bahkan sempat sakit dan di rawat karena kepikiran elu. Apa lu gak kasian sama semua orang yang sayang sama lu? Hmm?"

"Selesaikan masalahnya, dengerin penjelasan suami lu. Walaupun gue gatau masalah lu sama Abi gimana, tapi gue tau adik gue gimana Meer, walaupun kita gak pernah akrab. Gue udah kenal dia dari kecil dan gue tau karakter Abi gimana"

LenteraWhere stories live. Discover now