🪶 00. Prolog

271 34 14
                                    

Tetesan salju turun dengan cukup lebat malam itu, mengguyur kota Seoul yang semakin sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tetesan salju turun dengan cukup lebat malam itu, mengguyur kota Seoul yang semakin sepi. Hembusan angin pun terasa begitu kuat hingga bisa menggoyangkan ranting pohon yang kering akibat cuaca musim dingin. Lapisan salju tebal ikut menyelimuti jalanan menuju gedung utama sebuah Rumah Sakit. Suara sirine ambulan tidak berhenti meski cuaca tidak begitu baik di malam tersebut.

Suasana ini membuat siapapun merasakan ketegangan yang tidak berujung. Rasa takut dan khawatir bercampur menjadi satu, menyesakkan dada yang dipenuhi kecemasan. Orang-orang yang bertugas hilir mudik untuk melakukan pertolongan pertama sebelum terlambat. Mereka terpacu oleh waktu yang terus berjalan di setiap detiknya.

Sungguh suasana yang tidak diharapkan dan tidak diinginkan.

Itulah yang dipikirkan oleh seorang wanita yang tampak ketakutan. Sebisa mungkin dia berlari meski dengan langkah yang terseok dan napas pendeknya. Ia tidak peduli jika rambut panjangnya basah karena tetesan salju yang mencair. Ia tidak peduli meski kakinya terasa sakit karena sepatu heels yang dikenakannya. Ia juga tidak peduli jika dinginnya salju mulai menusuk hingga ke kulit. Ia benar-benar tidak peduli dengan itu semua. Dan ia tidak memiliki waktu untuk mengkhawatirkan dirinya sendiri.

Langkah kakinya yang terasa berat membawa wanita itu pada sebuah lorong yang sepi dan amat panjang. Tidak ada siapapun. Ia hanya melihat beberapa perawat berseragam tengah berjaga di tempatnya masing-masing. Sementara di ujung lorong, wanita itu melihat seseorang yang amat dikenalnya tengah terduduk di lantai dengan kaku. Tangannya penuh noda darah, begitupun pakaian yang dikenakannya.

Dengan kaki yang gemetar hebat, wanita itu berusaha untuk mendekati orang tersebut. Ia melangkah pelan, berharap sesuatu yang baik akan terjadi pada mereka. Tapi ternyata... harapan itu pupus begitu saja. Orang itu menatap sang wanita dengan sendu. Orang tersebut sangat kacau. Tidak jauh berbeda dengan dirinya sekarang. Sorot mata ketakutan, kekhawatiran, kecemasan, keputusasaan dan rasa bersalah bertumpuk menjadi satu. Seolah memang tidak ada lagi harapan yang tersisa.

Wanita itu langsung terdiam. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas dan kepalanya menjadi sangat ringan. Ia bahkan tidak bisa menopang dirinya sendiri dalam kondisi seperti ini. Dunianya semakin runtuh dan gelap.

Pada saat itulah ia menyadari satu hal. Sekarang dan nanti, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DILUTED HORIZONS [ON GOING]Where stories live. Discover now