"Setelah gak berhasil ngerayu Pak Lian, eh malah jadi jalang sekarang"

"Pasti bapaknya gamau tanggung jawab kan itu? Oh atau jangan-jangan anak itu hasil bersama yaa? Siapa aja tuh? Bapaknya lebih dari satu ya? Dasar anak haram!!" Ucap Reva menghina Meera

Meera hanya bisa menangis mendengar ucapan jahat dari mulut Reva

Plakkkkkkk

Lian masuk ke dalam ruangan dan langsung menampar Reva di depan semua karyawan nya yang masih ada di dalam ruangan.

Lian memang awalnya pamit untuk kembali ke ruangannya, namun saat baru baru saja tiba di ruangannya bersama Varro. Lian baru sadar jika ponselnya ia titipkan pada Meera tadi. Padahal ia ingin membahas project dengan Varro yang materi nya kebetulan ada di ponselnya.

Akhirnya Lian memutuskan kembali ke ruang meeting, dan saat baru sampai di pintu. Lian bisa mendengar keributan di dalam ruang meeting. Lian mencoba menguping semua pembicaraan di dalam. Seketika tangannya mengepal dan emosinya memuncak mendengar semua hinaan pada istrinya.

"Jaga bicara kamu! Siapa kamu bisa menghina istri saya sembarangan? Hah? Jawab!! Siapa kamu bisa bisanya menghina istri dan anak saya!!!"

"Kamu bilang istri saya jalang dan simpanan om-om? Itu istri saya atau kamu?"

"Yang kamu bilang jalang dan simpanan om-om itu istri saya! Istri tercinta saya! Tau kamu!!!"

"Dan anak yang kamu bilang anak haram itu anak saya! Dia anak saya!!! Berani sekali kamu menghina anak saya! Dia bukan anak haram atau pun anak di luar nikah! Saya dan Almeera sudah menikah 7 bulan yang lalu! Dan anak yang di kandung Almeera itu anak saya!!!"

"Jangan mentang-mentang kamu perempuan, saya tidak akan kasar dengan kamu! Kamu tau saya kan? Saya tidak akan segan-segan melakukan apapun jika kalian semua berani macam-macam dengan keluarga saya! Termasuk kamu! Kamu sudah dengan lancang menghina dan memaki istri dan anak saya! Saya pastikan hidup kamu setelah ini tidak akan tenang! Camkan itu!" Bentak Lian di depan semua karyawan

Meera yang melihat Lian sangat emosi pun menghampiri Lian dan mencoba menenangkan suaminya.

"Mas tenang ya mas, tenang dulu. Jangan emosi" Ucap Meera lembut

"Gimana mas bisa tenang? Hah? Kamu dan anak kita di hina habis-habisan disini oleh mereka! Mereka semua yang sok suci dan dengan berani ngehina anak kita!" Balas Lian emosi sembari menunjuk semua karyawannya

Meera akhirnya menyerah, ia sangat paham jika Lian sudah emosi. Lian tidak akan mau mendengarkan ucapan orang lain, namun saat ia sudah mulai tenang baru Lian akan mendengarkan ucapan orang lain.

Reva yang sudah sangat ketakutan pun akhirnya bersujud di kaki Lian. Dia benar-benar takut akan ancaman Lian padanya, karena dia sendiri tau jika Lian tidak pernah main-main dengan ucapan nya. Lian tidak pernah memandang mau perempuan sekalipun dia tetap tega.

"Bapak, maafin saya pak. Maafin saya sudah lancang menghina istri dan anak bapak. Saya menyesal pak, saya nyesel hiks hiks. Tolong maafin saya pak" Ucap Reva bersujud di depan Lian

Lian tersenyum sinis melihat Reva yang sedang bersujud di hadapannya.

"Bangun atau saya tendang kamu! Bangun!" Ucap Lian kasar

"Mas" Ucap Meera

"Diem!" Balas Lian pada Meera

"Bangun Reva!! Kamu beneran mau saya tendang iya?" Bentak Lian

Reva akhirnya bangun dan berdiri sembari menunduk di hadapan Lian. Dirinya juga sudah terisak karena takut dengan kemarahan Lian.

"Kenapa nunduk? Kemana Reva yang sok dan sombong tadi hah? Kemana wajah angkuh kamu seperti saat kamu menghina istri saya? Coba tunjukkan wajah angkuh kamu ketika bilang wanita yang saya cintai ini seorang jalang dan simpanan om-om! Tunjukkan!!" Bentak Lian

LenteraWhere stories live. Discover now