30

6.1K 613 18
                                    

"Dad?"

Suara lembut putrinya membangunka Zio dari lamunannya. Entah telah berapa lama ia melamun di ruang kerja miliknya.

Zio tersenyum kepada putrinya yang kini berdiri di samping kursi kerjanya. Menatap mata putrinya yang tersirat banyak kekhawatiran.

"Daddy okay?" Lirihnya

Lidahnya terasa kelu hanya untuk menjawab pertanyaan tersebut, tanpa menjawab ia meraih tubuh putrinya dan memeluknya erat, berjongkok mensejajarkan tubuhnya agar mudah dalam memeluk Ziana.

Zia menepuk pelan punggung Daddynya itu, terkadang tidak harus dengan perkataan untuk mengungkap sebuah perasaan.

Dirinya mengerti, beban yang di rasakan Daddynya ini pasti sangat berat. Rasa penyesalan, keputus asaan, dan ketidak mampuan dirinya pasti membuat daddynya sangat tertekan..

"Daddy bisa menangis jika ingin menangis, satu hal yang harus Daddy ketahui. Zia adalah penjaga rahasia terbaik" lirihnya sambil mengelus punggung Daddynya penuh kasih sayang.

"Daddy adalah pria, malu jika harus menangis di depan putri Daddy" gumamnya dalam

"Lalu? Tak ada peraturan yang mengatakan jika yang boleh menangis hanya wanita dan anak-anak" lirihnya

Hening menyelimuti ruangan tersebut hingga dapat Zia rasakan tubuh kekar Daddynya bergetar dengan isakan-isakan kecil yang terdengar.

Zia hanya mampu diam sambil menepuk punggung Daddynya, membiarkan pria besar yang selalu terlihat kuat itu kini terlihat sangat rapuh.

••••••••

"Kadang daddy berfikir, jika seandainya daddy hanyalah seorang pengusaha biasa, mungkin keluarga kita akan tetap bahagia kan dari dulu? Mommymu masih di sini bersama kita,dan putri Daddy ini tidak akan pernah merasakan kehidupan menyedihkan selama bertahun-tahun" gumamnya

"Banyak yang Daddy sesali dalam hidup ini, menyesali kepergian wanita yang Daddy cintai, menyesali penderitaan putri Daddy satu-satunya dan juga menyesali ketidak mampuan Daddy dalam menangkap dalang semua ini"

"Daddy menyesali diri Daddy yang memiliki banyak sekali musuh, sehingga mencari siapa yang sekiranya menjadi sumber kehancuran keluarga kita pun terasa sulit"

"Bahkan sebuah fakta, banyak pengikut Daddy yang berkhianat sangat menyakiti Daddy. Apa yang membuat mereka semua mengkhianati keluarga kita? Daddy mungkin kejam dan jahat, namun setidaknya Daddy selalu menghargai seluruh pekerja Daddy" gumamnya lirih

Zia hanya diam mendengarkan, saat ini Daddynya hanya membutuhkan pendengar yang baik untuk segala keluh kesahnya.

"Bertahun-tahun Daddy hidup tanpa jiwa, kehilangan Aleena, kehilangan Zia, mampu membuat Daddy merasa, mati mungkin lebih baik. Ingin rasanya Daddy menyusul wanita yang sangat Daddy cintai, namun memikirkan putri kecil Daddy kedinginan diluar sana, yang entah sudah makan atau belum, tinggal dimana? Dan bagaimana mampu membuat Daddy tersiksa. Bagaimana jika putri Daddy menunggu kedatangan Daddy? Bagaimana jika putri Daddy sangat mengharapakan Daddy Agar segera menjemputnya? Jika Daddy mati, putri Daddy akan sendirian di dunia yang entah bagaimana" seraknya

Zia mendongak menahan air matanya agar tak menetes. Ia memeluk erat Daddynya menyalurkan perasaan yang ia rasakan.

"Pemikiran itu yang membuat Daddy bertahan selama ini. Mencari putru Daddy adalah yang utama, mengesampingkan musuh yang belum Daddy temukan. Mengesampingkan segala urusan di sekitar Daddy. Bagi Daddy, yang terpenting adalah menemukan baby terlebih dahulu"

"Namun, sepertinya Daddy salah. Seharusnya Daddy mencari semua dalang di balik ini semua sebelum menjemput baby, Daddy seharusnya menciptakan lingkungan kehidupan yang nyaman dulu untuk baby, agar ketika baby kembali nanti, sudah tak ada yang membahayakan baby lagi"

Ziana Second Life  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang