Dreamscape: Emulasi Otak Utuh

18 3 0
                                    

Jordan levyy, si miliarder jahanam abad ini, akhirnya terbaring di ranjang putih. Tubuh tuanya terlihat rentan dan lemah, menanti sisa-sisa kehidupan dalam kuasa alat bantu pernapasan.

"Kupikir kau akan menyelamatkanku, dr. Glen."

"Saya hanya melakukan apa yang saya bisa, Tn. Levyy."

"Seharusnya aku membunuhmu saja daripada membiarkan si brengsek Da Vinci itu memotong kepalaku waktu itu."

"Dr. Da Vinci hanya melakukan hal yang dia percaya benar, Tn. Levyy."

"Dan membuat kondisiku hingga seperti ini?"

"Transplantasi kepala juga memiliki resikonya meskipun dengan tubuh kloning diri Anda sendiri, sedangkan emulasi pikiran tidak. Itu akan membantu Anda mencapai keabadian sejati, dan Anda membutuhkan saya hidup demi keberhasilan proyek ini."

"Kau tidak perlu mengatakannya. Yang perlu kau khawatirkan adalah apa yang akan terjadi jika kau gagal."

"Tn. Levyy, Anda seharusnya menyadari kalau saya bergabung dengan proyek Dreamscape secara sukarela. Terima kasih berkatmu, saya bisa mempelajari misteri kesadaran manusia."

"Dasar kau, ilmuan sinting."

"Perlu Anda ketahui, preservasi memori RNA Subyek-271 mengalami perkembangan yang signifikan. Dia akan mendapatkan kembali kesadarannya minggu depan."

"Minggu depan? Kurasa aku tidak punya waktu sampai minggu depan, dr. Glen."

"Tidak ada jaminan bahwa kesadaran Anda akan bertahan dari proses kalibrasi dimensi. Namun, kita berada dalam fase penting untuk menemukan obat alzheimer, dan jika itu berhasil, mungkin kita juga akan menemukan kunci dari mencapai keabadian."

"Aku tidak ingin mati konyol, dr. Glen. Setidaknya, belum saatnya. Sekarang lakukan saja apa yang harus kau lakukan."

"Baiklah, mari kita mulai." Dengan gerakan tangan yang mantap, dr. Glen menekan tombol di konsol kontrol, dan mesin mulai berputar dan berdering hidup.

Saat mesin mencapai puncaknya, ruangan di sekitarnya dipenuhi dengan sinar berkilauan dan suara berdengung yang menggetarkan udara.

Jordan Levyy merasakan detak jantungnya berdegup kencang di dadanya saat kesadarannya mulai terlempar ke dalam alam mimpi buruk yang belum pernah ia bayangkan.

Saat ia merosot ke dalam gelombang kesadaran yang gelap, dunia nyata mulai memudar menjadi bayangan, dan dia merasa dirinya terpisah dari tubuhnya yang nyata. Segala sesuatu menjadi kabur dan tidak pasti, dan dia menemukan dirinya terperangkap dalam alam mimpi buruk yang menakutkan, menciptakan dunia yang gelap dan penuh dengan ketakutan dari pikirannya sendiri.

Jordan tersesat dalam alam mimpi buruk yang gelap dan mencekam, di mana keheningan yang mengganggu ditambah dengan desiran angin yang menusuk tulang. Bayangan-bayangan yang menakutkan bergema di sekelilingnya, menciptakan atmosfer yang penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Dia melangkah maju dengan hati-hati, langkahnya berat di atas tanah yang lembab dan berlumpur.

"Di mana aku?" gumam Jordan, suaranya terdengar gemetar di antara keheningan yang menggema. Dia menatap ke sekitarnya dengan mata yang dipenuhi kegelapan, mencari petunjuk tentang bagaimana dia bisa keluar dari alam mimpi buruk yang mencekam ini.

"Tuan Levyy ...."Suara lemah yang muncul dari kegelapan membuat Jordan menoleh dengan cepat. Dia melihat sosok bayangan yang melayang-layang di kejauhan, dengan cahaya redup yang menyala di baliknya.

"Siapa kamu?" tanya Jordan, suaranya penuh dengan ketidakpastian.

Sosok bayangan itu melangkah mendekat, semakin jelas di bawah cahaya redup. "Aku adalah bagian dari pikiranmu sendiri, Jordan," jawabnya dengan suara serak. "Aku adalah rasa takutmu yang terbesar, yang menjebakmu di sini."

Jordan menelan ludah, merasakan kecemasan yang menggerogoti keberaniannya. "Apa yang kamu inginkan dariku?" tanyanya, mencoba menahan rasa takut yang melonjak-lonjak di dadanya.

"Kau tidak bisa melarikan diri dari dirimu sendiri, Jordan," sahut sosok bayangan itu, suaranya bergema di antara keheningan. "Kau harus menghadapi ketakutanmu, atau kau akan terjebak di sini selamanya."

Dengan perasaan yang berat di dalam dadanya, Jordan menyadari bahwa dia harus mengatasi rasa takutnya sendiri jika ingin menemukan jalan keluar dari alam mimpi buruk yang menakutkan ini. Dengan hati yang gemetar, dia melangkah maju, siap untuk menghadapi konflik batin yang menghantuinya di dalam gelap yang menyeramkan ini.

Jordan terus berjuang melalui alam mimpi buruk yang gelap dan menakutkan, memperjuangkan keberaniannya saat dia mendekati jalan keluar yang kabur di kejauhan. Setiap langkah yang dia ambil terasa seperti menarik dirinya ke dalam kegelapan yang lebih dalam, tetapi dia menolak untuk menyerah.

Sementara itu, di dunia nyata, tubuh Jordan terbaring tak bergerak di atas tempat tidur di laboratorium. Para ilmuwan dan teknisi berusaha sekuat tenaga untuk mencari tahu apa yang terjadi dan bagaimana mereka bisa membantu Jordan kembali.

"Kita harus melakukan sesuatu!" seru dr. Glen dengan nada yang penuh kegelisahan, matanya terus memantau layar monitor yang menampilkan aktivitas otak Jordan.

Tiba-tiba, layar monitor berkedip dan mengeluarkan bunyi berdering. Para ilmuwan mengelilingi layar tersebut dengan cepat, mencoba memahami apa yang terjadi.

"Ada aktivitas yang tidak biasa di sini!" teriak salah satu teknisi, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard.Kembali ke dalam alam mimpi buruk, Jordan merasakan keberhasilan yang mendekat ketika dia akhirnya mencapai jalan keluar. Namun, ketika dia memasuki cahaya terang di ujung terowongan gelap, dia merasakan perasaan yang ajaib dan mengerikan melanda tubuhnya.

Seketika, dia diseret kembali ke dunia nyata, terlempar dari alam mimpi buruknya yang gelap ke tubuhnya yang terbaring di atas tempat tidur. Matanya terbuka lebar saat kesadarannya kembali ke kenyataan.

Di sekelilingnya, para ilmuwan dan teknisi bersorak gembira saat layar monitor menunjukkan aktivitas otak Jordan yang kembali normal.

"Anda berhasil, Tn. Levyy!" seru dr. Glen dengan senyum lega di wajahnya. "Anda kembali!"

Jordan menatap sekelilingnya dengan mata yang dipenuhi kebingungan. Meskipun dia telah kembali ke dunia nyata, dia menyadari bahwa dia harus menghadapi kenyataan yang tak terelakkan: kematian.

Dengan hati yang berat, dia berbicara dengan suara yang lemah namun mantap. "Hentikan proyek ini," ucapnya, "Aku telah memahami makna sejati dari hidup dan kematian. Tidak ada yang bisa melarikan diri dari takdir alamiah kita."

Dengan keputusan terakhirnya, Jordan Levyy menemukan kedamaian di dalam dirinya sendiri. Meskipun akhirnya menghadapi kematian, dia menerima takdir alamiah kehidupan dengan damai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jurnal RambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang