Abu Rindu dari Galaksi

60 5 0
                                    

Tak menyesal kusampaikan.

Seperti yang kau lihat, setiap hari aku semakin mencintaimu. Hari ini lebih dari kemarin. Kau dan aku, seolah-olah kita diajarkan untuk berciuman di taman surga dan diturunkan ke Bumi bersama-sama. Tuk diuji, akankah kita mampu melewati kehidupan, membeku dalam waktu, terekam dalam kenangan, penuh gairah, luluh dalam cinta di peraduan.

Layaknya gelap dan terang dikala senja, pertemuan kita yang singkat namun indah itu takkan pernah ku lupa. Privasi intim, menyelinap diam di bawah purnama temaram. Dua kerlip lilin menjadi saksi dan botol tua. Anggur, akhirnya sunyi dalam pelukan satu sama lain. Malam seperti tak terbatas bagaikan dimensi yang tak terhitung banyaknya.

Salam-salam kukirimkan dari sudut kota, untukmu, makhluk berwajah dingin namun menghangatkan. Yang kuinginkan kini bukanlah senyumanmu, tetapi sekedar menghapus rindu bersama waktu tak menentu, raga hati yang telah kau miliki. Maaf, perihal melupakanmu, aku tak sanggup. Karena ingatan tentangmu serupa sang mentari, walau ia terbenam hari ini, ia akan datang lagi keesokan harinya.

"India, putriku, kemarilah, Nak ...."

Ibu? Tak kulihat wajahnya, tetapi suaranya yang lembut membuatku sadar. "Dia akan kembali, kan, Bu?" sahutku, tanpa menoleh ke belakang.

"Ayolah, Nak, mengobrolnya di dalam saja. Di luar sangat dingin."

"Ibu, aku sangat rindu padanya ... kenapa dia tak kunjung menjemputku?"

"Mundurlah dulu dari pagar itu, Nak. Jangan membuat ibu khawatir." Suaranya mendekat.

"Tidak. Aku akan melompat. Ikutlah denganku, Bu ..."

"Ibu tidak akan ikut, Nak." Suaranya terdengar gelisah. Aku tahu. Mungkin, ibu sedang mengatakan ini sambil menggeleng. "Sekarang dengarkan Ibu ... jika kau melompat, kau tidak akan pernah terbangun lagi, Putriku. Makhluk itu sudah menanamkan sesuatu ke dalam pikiranmu, apa kau tak ingat?"

"Aku menyayangi kalian," Kubalas perkataan Ibu sambil tersenyum, "tetapi dia bilang padaku kalau kehidupan manusia Bumi hanyalah simulasi realitas. Dan, aku sangat ingin bertemu dengannya—alam abadi." Kupalingkan wajah tanpa penyesalan pada Ibu untuk terakhir kalinya. "Kematian cuma ilusi, Bu, satu-satunya cara menuju ke sana."

"India ... pikirkanlah sejenak." Ucapan Ibu semakin cepat dan terengah-engah. "Pikirkan tentang anak-anakmu, pikirkan Jaxon, pikirkan Felifa saat ini. Makhluk itu hanya menipumu ...."

Kutanggalkan high heels hitamku dari ketinggian jendela lantai ke-31, angka ironi memang, bukan tak sengaja kupilih karena bertepatan dengan usiaku yang sekarang, tetapi karena letak balkonnya berseberangan menghadap apartemen di mana Ayah dan Ibu tinggal. Sebulan yang lalu, mereka berdua sudah menemaniku untuk bertemu tiga psikiater yang berbeda walaupun dinyatakan waras. Akan tetapi, tak satupun dari mereka yang percaya ceritaku kalau para ekstraterestrial telah menemukan Bumi sejak 29 tahun yang lalu. Mereka semua mengiraku sangat terguncang setelah kematian suamiku, Sagan, makhluk tampan dari konstelasi Virgo. Dan, malam ini merupakan waktu yang tepat bagiku untuk melakukan ritual ini, atau aku harus menunggu siklus 1.642 tahun jika ingin bersatu lagi dengannya.

"India, anakku ... ibu mohon, mundurlah!"

"Sampai jumpa, Ibu ...."




Aequitas—05062023
"Prompt: Aku jatuh cinta dengan alien"
ᴅᴇᴅɪᴄᴀᴛᴇᴅ ᴛᴏ Blackpandora_Club

Jurnal RambangWhere stories live. Discover now