9. Payung Teduh Yang Sendu

41 3 0
                                    

(Bab 9. Bukan Dosa tapi Keharusan)

"Apapun, asal jangan patah hati!!" -Bagas Putra Akbar -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apapun, asal jangan patah hati!!"
-Bagas Putra Akbar -

.....

Jika di tanya apa yang paling melelahkan bagi seorang Bagas, maka jawabannya melihat tingkah Adhil yang sedang mode silent treatment!

Sejak Adhil sampai di kontrakan satu jam lalu, wajahnya sudah terlihat datar dengan alis mengerut, jangan di tanya alasannya, biar ia tebak berdasarkan pengalamannya selama hampir 10 tahun menjadi sahabat Adhil. Bahwa perasaan Adhil saat ini pasti sedang kacau entah karena apa, yang jelas pria itu sedang kesal tapi berusaha tenang, pria itu kebingungan tapi tidak tau harus bercerita dari mana.

Bagas mengembuskan nafas berat, kalau sudah seperti ini satu-satunya cara adalah membuat Adhil berbicara "Jadi, mau sampai kapan lo bersihin ruangan ini? Jangan bikin kecoa jadi sungkan buat lewat sini, deh. Bayangin ruang tamu kita yang kecil ini jadi jalan satu-satunya kecoa buat ngapelin pacarannya di ujung ruangan, tapi gara-gara lo dia gak jadi lewat karena jalannya terlalu mulus. Kecoa itu gak suka sama jalan bersih dan mulus" Ucap Bagas ngaco.

Biar Bagas perjelas lagi, Adhil sudah bersih-bersih sejak satu jam lalu, mulai dari mengelap meja belajar, lemari kaca, menyapu setiap sudut ruangan, ngepel, menatata modul yang sudah rapi, melipat baju yang sudah terlipat. Jadi orang gila mana yang saat galau justru bersih-bersih di jam 11 malam?! Ya hanya Adhil.

"Mending lo cerita ke gue, kenapa dan ada apa? Gue pusing lihatnya!" Ucap Bagas sambil menggeser duduknya saat Adhil mencoba membersihkan kursinya tanpa mengatakan apapun.

Dengan sabar Bagas terkekeh garing dengan aktivitas Adhil, menggaruk kepalanya yang tak gatal saat melihat Adhil ke arah kamar mandi tanpa mengatakan apapun.

"Okeee, sekarang lo mau nyuci baju malam-malam? Gak sekalian kita buka laundry?" Sindir Bagas sambil bersandar di tembok ruang tengah.

Dengan malas Bagas meninggalkan Adhil, dan berjalan ke arah ruang tamu untuk bermain game. Jika saja ke tiga temannya yang lain sedang tidak melakukan PKL mungkin ia tidak akan kesepian di rumah yang lumayan besar ini. Rumah yang ia kontra bersama Adhil 2 tahun lalu, dengan pertimbangan lebih murah dari pada ngekost.

"Mau makan?" Tanya Adhil datar, membuat Bagas mengangkat wajahnya, akhirnya, Adhil berbicara.

"Boleh, ayo" Bagas mengclose gamenya dan berdiri untuk siap-siap.

"Gue yang masak" mendengar ucapan Adhil membuat tubuh Bagas terpaku dengan senyum kaku.

"Gak usah, kita beli aja" tolak Bagas cepat.

Namun, Adhil tidak mengatakan apapun dan berjalan ke arah dapur "Mau makan apa?"

"Apapun, asal besok pagi gue masih hidup" jawab Bagas meringis.

Payung Teduh Yang Sendu || On going Where stories live. Discover now