YANG MEMELUK JIWA KECILKU

2K 246 29
                                    

“Terkadang seorang pembullying melakukan tindakan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, dia melakukan semudah melemparkan batu ke lautan tanpa tahu sedalam apa batu itu tenggelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Terkadang seorang pembullying melakukan tindakan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, dia melakukan semudah melemparkan batu ke lautan tanpa tahu sedalam apa batu itu tenggelam.”---Ida Ayu Arunika Wiratama.

☔☁️

Januarta dan Arunika duduk di ayunan dekat taman yang berada di depan kontrakan. Tatapan keduanya terpaku pada cahaya senja yang mulai tenggelam di permukaan Bumi. Cantik sekali, senja mengajarkan banyak hal pada umat manusia bahwa tidak selamanya keindahan abadi, mereka akan meredup seiring berjalannya waktu.

Pandangan Arunika  teralihkan ke arah Januarta yang sejak tadi hanya membatu menatap ke arah langit sembari tersenyum tipis. Wajahnya benar-benar tenang. Tunggu sebentar, ia baru menyadari bahwa ini untuk kedua kalinya cowok itu tersenyum. Yang pertama saat makan bersama tadi, dan sekarang.

“Lo tahu enggak Run? setelah bertahun-tahun gue bisa tinggal bareng lagi sama ibu.” Januarta mulai membuka suara membuat si lawan bicara berdehem. Entahlah, mengapa dia ingin menuangkan perasaanya padahal seharusnya Januarta tidak boleh menceritakan ini pada orang lain, karena bagi dia ini merupakan aib. Akan tetapi dengan Arunika, ia ingin memberitahu kehidupannya?

“Dulu gue punya keluarga yang lengkap, Ayah dan ibu masih bersama tapi selalu bertengkar karena masalah yang sepele, Gue suka main sendirian atau di titipin sama pembantu karena mereka jarang pulang.” lirih Januarta menatap Arunika yang tampak setia mendengarkan curhatannya.

“Gue selalu iri sama anak yang setiap pulang dari luar langsung di tanya  ‘Gimana hari ini? ada cerita apa?’ dan gue enggak pernah ngerasain itu semua. Andai aja waktu kecil gue cukup kasih sayang,  enggak di pukul dan di tinggal mungkin sekarang gue enggak akan kayak gini. Waktu SD gue punya  teman namanya Biru---keluarga dia harmonis dan gue iri, kenapa dia bisa dan  kenapa gue enggak? Biru anaknya baik, di selalu dengerin gue cerita banyak hal dan kita selalu main bareng.”

“Lalu kenapa kakak bullying Biru bukankah dia sahabat kakak?”

Januarta tersenyum getir raut wajah cowok itu nampak menyesali perbuatannya selama ini,“Ayah selalu banding-bandingin gue sama Biru. Saat ulangan nilai matematika gue di bawah tujuh puluh, sedangkan Biru nilainya selalu sempurna. Padahal, waktu itu Biru yang ngajarin gue tapi materinya cuma keluar separuh. Dan saat ayah tahu nilai gue anjlok dia pukul gue Run, dia bilang nyesel punya anak kayak gue dan selalu bawa-bawa nama Biru.” tutur Januarta menundukkan kepalanya dalam.

“Keluarga itu bukan rumah. Gue paling enggak suka dibanding-bandingkan sama orang lain, karena gue punya kelebihan dan kekurangan sendiri...,karena itu gue bullying Biru dan melampiaskan semua rasa sakit hati yang udah gue pendam selama ini. Waktu SMA kita ketemu lagi karena dia anak beasiswa dan gue kembali bullying Biru tanpa jera, apalagi waktu tahu dia dekat sama tunangan gue Ayunda. Sakit Run, dan pada akhirnya Ayunda lebih milih Biru daripada gue.” Ketika Januarta bercerita tentang seseorang yang dia sukai detik itu juga dada Arunika terasa sesak.

Mendengar seseorang yang kita cintai membahas tentang masa lalunya adalah hal paling menyakitkan. Dan kita tidak bisa berbuat apapun.

“Tunangan?” tanya Arunika di balas anggukan kepala.

“Setelah dia pilih Biru gue enggak lagi ngejar bahkan cari tahu tentang kehidupan Ayunda. Dan karena kejadian itu juga bikin gue takut untuk  jatuh cinta sama orang lain.”

Kamu bukannya takut untuk jatuh cinta kak, tapi kamu takut tidak dicintai oleh seseorang yang kamu sukai. “Itu adalah Resiko dari jatuh cinta dan kita harus siap untuk patah hati. Mungkin kamu bisa mencintai dia sedalam-dalamnya. Namun, kak Arta tidak boleh memaksanya untuk membalas perasaan kakak.”

“Iya, maka dari itu gue udah iklasin dia. Orang kayak gue mah mana pantas di cintai, Run. Hidup aja masih luntang-lantung enggak jelas.”

Arunika menggelengkan kepala cepat. Dia langsung membantah ucapan cowok itu, “Pantas. Kakak pantas untuk di cintai. Semua manusia pantas untuk di cintai dan mencintai. Kak Kodok itu manusia yang istimewa dengan segala kelebihan dan kekurangan. Mau bagaimanpun kakak memandang buruk diri kakak sendiri, kak kodok tetaplah karya indah yang diciptakan oleh Tuhan..., dilukis dengan penuh cinta dan kasih sayang-nya dan diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.” kata Arunika lalu mulai melanjutkan ucapannya sembari tersenyum.

“Terima kasih sudah terlahir di Dunia ini, kak. Aku senang mengenal kakak, senang sekali. Dan senang bisa jatuh cinta pada laki-laki seindah kakak.” tawa gadis itu sangat indah, kedua matanya ikut tersenyum terlebih lagi kalimat yang di lontarkan Arunika  berhasil membuat jantung Januarta berdetak tak karuan. Perasaan aneh muncul. Ada apa dengan dirinya?
.
.
.
.

Next? Spam emot 💚
Jangan lupa follow dan komen!

Btw asal kalian darimana aja nih?

Umur berapa?

Pelajaran yang bisa di ambil dari cerita Semicolon?

SEMICOLON [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang