DIALOG BERSAMA IBU

1.2K 156 11
                                    

“Jangan pernah membunuh mimpimu sendiri

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

“Jangan pernah membunuh mimpimu sendiri."--Januarta Dirgantara.

📜📜

“Ta, sarapan dulu sebelum berangkat kuliah.” panggil Senjani yang sudah selesai menyiapkan sarapan untuk putranya. Tampak Januarta yang sedang sibuk mengikat tali sepatunya di ambang pintu, tiba-tiba mencium aroma harum masakan yang sedang disuguhkan oleh sang ibu.

Aroma itu membangkitkan selera makan remaja laki-laki itu membuatnya merasa lapar dan ingin segera menikmati hidangan lezat yang sedang disiapkan oleh ibunya. Dengan tali sepatu yang sudah terikat rapat, Januarta pun bergegas masuk ke dalam rumah, siap untuk menikmati hidangan yang telah membuatnya tidak sabar.

Januarta duduk bersila sembari mengunyah makanan yang baru saja diberikan oleh sang ibu, “Hari ini ibu mau cari kerjaan?” Januarta memperhatikan dengan seksama penampilan ibu yang sangat formal berbeda dari biasanya.
“Iya doain ibu ya, Nak? Semoga dapat kerjaan dan bisa lunasi kontrakan ini.”

Januarta mengusap wajahnya mengunakan kedua tangan, “Amin. Ata pasti selalu doain yang terbaik buat ibu. Ibu semangat ya,cari kerjanya.”

Senjani mengangguk, “Ayo peluk dulu.”
Tanpa pikir panjang Januarta menghamburkan pelukannya ke dalam dekapan sang ibu, “Ibu sayang kamu, Ta.”

“Ata juga sayang ibu.”

📜📜

Januarta baru saja sampai di fakultas Pancasila. Pandangan cowok itu fokus menatap lurus ke arah depan. Tubuhnya dibalut kaos oblong putih yang terlihat sederhana namun rapi. Dengan perasaan penuh campur-aduk, ia memarkirkan motor supranya di dekat pohon mangga agar tidak kepanasan terkena cahaya matahari. Sebelum memasuki koridor yang ramai dengan aktivitas mahasiswa, ia menyapa Pak Jaya serta tukang kebun dengan sangat ramah.

"Ibu, kira-kira dapat kerjaan enggak ya?" itulah yang dipikirkan oleh Januarta semenjak tadi. Ketika melintas di depan papan pengumuman, matanya tertuju pada pendaftaran beasiswa yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah. Dengan langkah cepat namun penuh perasaan gembira, Januarta mendekati papan pengumuman tersebut. "Gue harus ikut! Lumayan dapat beasiswa sampai akhir."

Ekspresi wajah laki-laki itu penuh dengan antusiasme serta keinginan yang menggebu-gebu. Setiap narasi yang tertulis di poster tersebut, ia cermati. Dengan tekad yang bulat, Januarta segera mengambil formulir pendaftaran beasiswa tersebut lalu mulai mengetik link yang sudah tertera untuk tahu syarat apa saja yang di minta.

Di antara hiruk-pikuk koridor yang ramai, ia merenungkan impian dan harapannya untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Meskipun tantangan besar menanti di depan, “Emang lo bakal di terima untuk dapat beasiswa?” Andhika serta kedua temannya tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya kemudian merebut paksa kertas yang ada di tangan Januarta.

SEMICOLON [ Segera Terbit ]Onde histórias criam vida. Descubra agora