WF : APARTEMEN KING

54 8 0
                                    

Menunggu waktu pulang setengah jam lagi bagai menunggu waktu 10 tahun, itulah perasaan Jia sekarang.

Dia kelusuh-kelasah di tempat duduknya, tidak santai.

Khawatir terjadi sesuatu pada Nala membuat ia benar-benar kehilangan kendali atas tubuhnya.

Menggigit kuku jari-jari tangan. Kaki kanannya ikut terus bergetar risau. Matanya pun tak henti menyorot pada jam dinding kantor di depan.

Padahal dia sudah menyelesaikan semua tugas, ia membuat laporan secepatnya agar bisa tenang tak kepikiran saat pulang nanti.

Dan sudah membereskan semua barang pentingnya ke dalam tas.

Ketika angka itu sudah pas diangka 15.00 Jia segera bangkit. Teman sebelahnya pun terheran melihat Jia mendahului dan melesat pulang.

Melihat nomor di kunci apartemen, Jia mengakuratkan dengan pintu di hadapannya.

Ckleekkk..

Jia menyusuri tempat itu sampai menemukan sosok yang sedari kantor tadi mengambil alih perhatiannya.

Nala menyadari kedatangan seseorang di apartemen, kemudian melihat kearah Jia yang menenteng wadah makanan.

"Mayleen, Kenapa kamu bisa disini ?" Nala bangun dan mengambil posisi duduk.

"Kak Nala memberikan kunci Apartemen padaku."

Nala hampir lupa dengan yang satu ini, dia sendiri yang menyerahkan kuncinya pada Jia.

Wajahnya masih pucat, Jia menghampiri ikut duduk di sofa, meraba kening Nala yang sudah agak mendingin tidak panas seperti semula.

"Kak Nala sudah minum obat ?"

"Sudah oleh Xia He tadi."

"Syukurlah, aku membawa bubur untuk makan malam Kak Nala."

"Ada titipan dari Bibi Ling untukmu Kak, Ayam Goreng. Aku tadi ke kedainya beli makanan untuk makan malam juga."

"Terimakasih, May."

"Jangan lupa minum vitamin, Kak Nala terlalu sibuk karena ikut menyiapkan perpindahan Manajer Zhan."

Jia menyodorkan bungkusan, "Ini vitamin yang suka ku minum sekalian beli dari apotek."

"Kenapa kamu begitu peduli ?" Nala bertanya heran.

"Kak Nala juga sudah berbuat baik, karena dua kali mentraktirku makan dan mengantarku pas malam hujan tempo lalu."

"Jangan jadikan beban, apa semua orang yang mentraktir kamu juga membalas mereka ?"

"Kadang kita lupa, untuk sekedar berterimakasih walaupun tidak banyak. Jadi, jika orang itu baik maka aku harus membalas kebaikannya lagi tidak peduli apakah dia akan menerima atau tidak, dan aku juga tidak merasa terbebani sedikitpun."

"Prinsip yang bagus, kamu menjaga martabat dan harga dirimu."

"Kak Nala siapa foto pria itu ?"

"Dia sahabatku."

"Sahabat Kak Nala ? Tampan."

Jia menatap curiga kearah Nala, "kenapa May ? Tidak percaya ?"

"Tidak, aneh saja hubungan persahabatan kalian."

"Dimana letak anehnya ini ?"

"Kak Nala tidak sedang pacaran kan ? Pose kalian sangat mesra."

Jia menyelidik, Nala sedang digendong oleh punggung sahabatnya, mereka berdua tersenyum lebar menampilkan giginya, seperti orang yang tengah bahagia.

"Dia sahabatku, Arga, ini foto kami saat jaman SMA. Sekarang dia sudah hidup bahagia dan memiliki Putri yang cantik."

"Jangan bilang kalau laki-laki inilah mantan pacarmu."

"Aku dan dia itu sudah kenal dari bayi, kami bersahabat dari kecil sampai kuliah bersama-sama. Dia sudah memiliki kekasih, dan aku pun begitu. Hubungan Arga dengan pacarnya berlangsung sampai menikah, sedangkan aku di putuskan pacarku." Jelasnya dengan raut mengeruh.

Jia hanya mengangguk, tidak bertanya lebih lanjut. "Kamu wakil Manajer yang baik dan keren."

Nala menoleh, "Kamu tiba-tiba memujiku ?"

"Memangnya kenapa ? Aku hanya baru menyadari jika Kamu sangat keren."

"Ya berhenti, aku tidak suka dipuji. Tapi kamu juga sangat manis, cerdas, baik, setia, dan cantik." Imla Kak Nala.

Jia terkekeh dan tersenyum amat manis pada atasannya. Nala cukup terhibur dengan kedatangan Jia.

******

|[}{]•°WRONG FEELING°•[}{]|Where stories live. Discover now