WF : RENCANA BATAL

71 7 0
                                    

Suasana kantor tampak seperti biasanya, semua pegawai berkumpul di kantin kantor menyantap makan siang.

"Ini Kak, satu kopi americano dan ada makan siang juga yang kubawakan untukmu."

"Kenapa repot-repot membawanya untukku. Aku bisa bawa sendiri nanti."

"Kak Nala sering telat makan dibanding kami. Jadi sekalian aku membawa makan siang kesini."

"Kakak, selalu sendirian di kantor padahal semua orang sedang sibuk mencari makan siang diluar. Besok aku akan menemanimu disini." Gadis itu tersenyum.

Nala membalas senyuman Jia.

"Kamu tidak perlu berhutang budi padaku May, terimakasih untuk makanan dan kopinya."

"Makanlah sekarang, jangan dinanti-nanti. Aku sudah mengantri demi makanan ini, Kak."

Nala melihat Jia merajuk, ia menyingkirkan kertas-kertas yang berserakan diatas meja kerja, memindahkan nampan ke hadapannya.

"Aku akan makan sekarang, May." Nala minum air putih dulu, lalu menyuapkan sendok demi sendok makanan.

Jia kemudian melangkah ke meja kerjanya. Di ruangan kantor itu hanya ada mereka berdua saja. Sedangkan yang lain masih betah di kantin.

Nala tersenyum melihat kearah Jia yang sudah perhatian padanya untuk pertama kali. Selama kurang-lebih 3 tahun mereka mejadi rekan kerja.

•••••••

Hong Mingyu merasa aneh bahwa beberapa hari belakangan Jia terlihat berbeda, dia acuh tak acuh.

Kebiasaan wanita itu akan menempel dan mencari muka padanya, walau direspon dengan ucapan sinis dan wajah muak olehnya.

Manajer Zhan secara mendadak mengumumkan makan malam bersama atas bonus dari kinerja kami yang akhir-akhir ini meningkat baik.

Semua setuju untuk ikut, Jia bingung dan memberi jawaban ganda pada Manajer, karena dia akan pergi bersama Kak Nala.

"Wakil Manajer, aku tidak mau kamu tidak ikut lagi merayakan kemenangan tim kita di Restoran Flavors."

Manajer Zhan menghampiri Nala, "Aku sedang memiliki janji lain, tapi jika bisa aku akan datang."

"Aku tunggu kehadiranmu." Manajer Zhan, lelaki ini, berlalu kembali ke dalam ruangan.

Nala segera menoleh ke meja Jia, keduanya saling berpandangan.

Dengan bahasa isyarat ia mengajak Jia bicara di luar.

Nala berjalan lebih dulu dan diikuti Jia dibelakang, selisih berapa menit.

Mereka berjalan kearah tangga darurat naik satu lantai.

"Mayleen, sepertinya kita harus batalkan rencana malam ini, kamu mau ikut ke Flavors juga kan ?"

"Ya, sepertinya aku harus ikut, tidak enak juga kalau Manajer yang mengajak."

"Kita bertemu di Flavors nanti, dan yah anggap saja hutang budimu lunas."

"Tidak itu beda, kita akan makan besok malam, kebetulan lusanya kan hari libur."

"Aku setuju jika kamu tetap ingin pergi ke restoran kesukaanmu, May."

Jia mengangguk. Nala kemudian mendekat, tangannya menggapai rambut atas Jia.

"Ada debu di rambutmu." Kata Nala.

Tinggi mereka hampir sepantar. Mungkin Nala sedikit lebih tinggi beberapa centimeter.

Mengukur tinggi badan Jia, pas segaris mata bawah Nala.

Dengan sedikit merapikan pakaian yang Jia kenakan.

"Kamu harus terlihat rapi dan wangi, aku yakin Kekasihmu akan menyukainya, May. Itu hanya pendapatku saja."

Jia yang merasakan Nala merapikan tampilannya sedikit canggung. Jarak mereka sedekat itu.

Bahkan wangi parfum milik seniornya ini menguar harum maskulin. Tidak lembut dan tidak menyengat.

Sangat enak di penciuman Jia. Wajah Nala sangat dekat dengan wajahnya.

Kontur halus muka yang bersih lalu bibirnya yang merah alami. Hidung mancung. Bola mata coklat dan alis tebal.

Bulu mata lentik, wajah cantik dan penampilan boyish Nala yang selalu enak dipandang.

Jia tersenyum melihat sorot jernih dari mata milik Kak Nala.

Kenapa dirinya baru menyadari jika wakil manajer begitu menawan ?!

"Sudah rapi." Tukas Nala kearah Jia yang sudah senyam-senyum dari tadi.

"Kak Nala, sangat wangi." Ucapnya kecil.

"Apa ?"

"Tidak, A-ayo kita masuk lagi ke kantor. Aku duluan, Kak.."

Jia melangkah lebih dulu sedangkan Nala mengekori dari belakang.

Saat mereka kembali, semua orang sudah bersiap untuk pulang. Jia dan Nala pun segera menbereskan barang-barang ke dalam tas.

"Jia, kamu naik mobilku saja." Ajak Yushi.

"Kita berdua ?" Yushi mengangguk.

"Yang lain ikut mobil Mingyu, Tao, dan Anchi. Hanya kamu yang tersisa."

"Wakil Manajer, kami duluan." Yushi pamit saat diruangan yang tersisa hanyalah Nala seorang.

"Ya, Yushi. Kalian hati-hati dijalan."

Yushi dan Jia melenggang pergi dari perusahaan.

Nala duduk di atas mejanya sendiri melihat kepergian Jia.

"Kamu sangat manis Mayleen, beruntung jika Mingyu mendapatkanmu. Kalian akan menjadi pasangan yang serasi."

10 menit berlalu, Jia tergesa menuju ruangan kantor Nala.

"Kenapa kamu masih disini May ? Apa ada yang lupa ?"

Nala terkejut. "Tidak, Ayo berangkat bersama naik mobilmu wakil manajer."

"Apa ? Lalu Yushi ?".

"Mobil Anchi mogok dan Yushi mengambil alih membawa yang lain juga."

"Begitukah ?"

"Iya, Ayo Kak Nala mereka sudah berangkat."

Jia menggenggam tangan Nala. Satu yang ada dipikiran Jia. Bagaimana tangan Nala begitu lembut dan ringan saat ia genggam.

Jia dan Nala berangkat bersama-sama menyusul.

*****
Author pusing ngeditnya 😭

*****

|[}{]•°WRONG FEELING°•[}{]|Where stories live. Discover now