Kisah nya kembali di buka setelah di selesaikan oleh ingatannya yang telah lenyap.
- story to Hana
Kesabaran menunggu adalah cara terbaik untuk mencintai.
- story to Faiz
Menikah bukan karena cinta, namun karena paksaan orang tua.
- story to Shof...
Memang, setelah ingatan Hana kembali. Sore itu, Abi, Ummi, Nina, dan Zainal pamit pulang. Namun mereka akan tetap siap siaga jika ada yang harus di bantu.
"Belum ngantuk?" tanya Zayn.
"Belum, gus." jawab Shofiya.
"Mikirin apa?"
"Mikirin rumah saya yang udah pergi."
Zayn diam. Dia menghela nafas perlahan, kemudian menggenggam tangan Shofiya yang mulai dingin karena hembusan angin.
"Rindu, ya?"
"Sangat.. Sangat rindu." jawab Shofiya semakin menggigit bawah bibir nya.
"Rindu boleh, tapi jangan terus-terusan sedih.. Jangan berlarut dalam semua itu, papa sama mama udah bahagia di sana.. Mereka juga pasti mau lihat kamu bahagia di sini." kata Zayn.
"Gimana saya mau bahagia, gus.. Kalau orang tercinta saya, orang yang selalu jadi penyemangat hidup saya.. Udah pergi." kata Shofiya.
"Mereka memang pergi, tapi tidak untuk semalanya."
"Kita akan bertemu dengan mereka lagi di syurga nanti, insya allah." lanjut Zayn.
"Kemana habibah saya yang ceria? Kemana habibah saya yang selalu tegar dan kuat? Kemana habibah saya yang senyuman nya selalu jadi penyemangat saya? Kemana habibah saya yang menyebalkan? Kemana?" tanya Zayn yang membuat Shofiya menatap nya.
"Saya menyebalkan, gus?" tanya Shofiya.
"Sangat." jujur Zayn.
"Gus lebih menyebalkan dari saya." balas Shofiya cemberut.
"Kamu itu cantik-cantik tapi sering bikin saya geleng-geleng sabar." kata Zayn.