Bab 11 : Bayang-Bayang Identitas

7 2 0
                                    

Rene melangkah keluar dari motornya dengan langkah mantap, menarik helm hitamnya dan memperbaiki posisi kacamata hitamnya. Dia melangkah menuju pom bensin dengan langkah panjang, melewatkan mobil-mobil yang sedang antrian.

Sampai di pom bensin, dia mengambil nosel bensin dengan gesit, tangannya bergerak dengan keahlian yang sudah terlatih. Dia memilih bensin tertentu dengan cepat, kemudian memasukkan nosel ke tangki motor dengan mantap. Suara bensin memenuhi udara saat dia mulai mengisi tangki, sementara sinar matahari sore membuat bodi besi motornya berkilauan.

Di sekitarnya, terdapat berbagai kendaraan lain yang sedang mengisi bensin, beberapa di antaranya sedang diparkir, dan orang-orang berjalan keluar masuk dari toko serba ada di pom bensin itu. Suasana terasa riuh rendah namun teratur, dengan mesin kendaraan yang berbunyi dan suara langkah kaki orang-orang yang lewat.

Rene memperhatikan sekelilingnya dengan cepat, tetap waspada terhadap segala kemungkinan. Setelah selesai mengisi bensin, dia menutup tangki dan membayar di kasir sebelum kembali ke motornya. Dengan gerakan yang sama gesitnya, dia kembali melanjutkan perjalanan, siap menghadapi apa pun yang ada di depannya.

Tiba-tiba, tim Camille sudah siap mengepung tak jauh dari pom bensin tersebut. Mereka bergerak cepat, menyusuri lorong-lorong kecil di sekitar pom bensin untuk mendapatkan posisi yang strategis. Setiap anggota tim bersembunyi di balik mobil-mobil yang terparkir atau di balik sudut bangunan, siap untuk bertindak.

Camille memimpin operasi dari posisi terdepan, matanya fokus memantau setiap gerakan Rene. Dia memberikan isyarat kepada timnya dengan gerakan tangan yang cepat dan ringan, memberikan instruksi tanpa suara. Tim tersebut menyesuaikan posisi mereka, menutup setiap kemungkinan pelarian bagi Rene.

Sementara itu, Rene tidak menyadari bahwa dia sudah dikepung. Dia melanjutkan perjalanannya dengan tenang, masih terjebak dalam pikiran-pikirannya sendiri. Namun, ketika dia mulai melaju dari pom bensin, dia sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Saat dia melintasi persimpangan di depan pom bensin, dia melihat bayangan-bayangan yang mencurigakan di sekitarnya. Dia mengencangkan pegangan motornya, siap untuk beraksi jika diperlukan. Tanpa diduga, tim Camille mulai muncul dari persembunyian mereka, mengepung Rene dari berbagai arah.

Rene merasakan tekanan dari pengepungan tim Camille. Tanpa ragu, dia menggenggam erat pegangan motornya, memutar gas dengan kuat, dan memutar motornya dalam gerakan yang lincah dan terampil. Motor sportnya meluncur dengan gesit, melewati celah-celah sempit di antara mobil-mobil yang terparkir di belakang para polisi yang menodongkan pistol.

Saat Rene melarikan diri dengan kecepatan tinggi, polisi yang mengepungnya merasa terdesak. Dengan cepat, mereka mengambil posisi dan melepaskan tembakan peringatan ke udara untuk mencoba menghentikannya. Suara letusan peluru memecah keheningan, menciptakan atmosfer tegang di sekitar pom bensin yang sebelumnya ramai. Namun ia berhasil menjauh dari kepungan dalam hitungan detik.

Rene mengebut dengan motor sportnya di tengah kota yang ramai pada siang hari. Dengan helm hitam yang memantulkan cahaya matahari, dia melaju dengan kecepatan tinggi di antara mobil-mobil dan bus-bus yang berhenti di lampu merah. Suara knalpotnya menggelegar di tengah keramaian, menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

Dia dengan cekatan melewati mobil-mobil yang bergerak lambat, meliuk di antara celah-celah sempit dengan keahlian yang memukau. Tindakan cepat dan refleks yang tajam memungkinkannya menghindari tabrakan dengan kendaraan lain, menjadikannya seperti seorang akrobat di atas motor.

Para pejalan kaki yang melintas harus melompat ke trotoar untuk menghindari motor yang melaju dengan cepat itu. Beberapa orang menoleh ke arah suara knalpot yang berderu, mencoba mencari sumber kebisingan yang mendadak itu.

Énigme : Le Voleur de Mémoire.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang