10. Salah Tingkah

1 0 0
                                    

QILA'S POV

Dari kejauhan, aku melihat Jorji mengeluarkan sesuatu dari kantong belakang celananya. Itu dompet. Iya, itu pasti dompet. Untuk apa dia mengeluarkan─

Astaga! Kenapa ojol itu pergi? Apa Jorji memberikan uang dan meminta ojek pesananku pergi? Kenapa?

Jorji kemudian datang menghampiriku dengan senyum khasnya. Mata pria itu terus menatapku dan sepertinya kewarasanku sedikit goyah. Karena kalau boleh jujur, aku tidak pernah ditatap sedalam yang Jorji lakukan saat ini.

"Jangan bengong hey! Udah malem." Ucapan Jorji berhasil membuatku tersadar sedetik kemudian.

"Lo apain Bapak ojolnya? Kok malah pergi?" tanyaku mencoba mendapat penjelasan.

"Udah gak usah dipikirin, gue yang anter lo ke rumah. Yuk? Nanti kemaleman kalau kebanyakan bengong."

Jelas, mau tidak mau aku menuruti perkataan Jorji dan mengikuti langkahnya dari belakang.

Jorji menyalakan mesin motornya saat aku sudah duduk di belakang tubuh pria itu. Melihat punggungnya yang lebar, sepertinya angin dari depan yang menerpa pun akan terhalang untuk bisa masuk ke tubuhku.

"Lo udah berapa lama gak tinggal di rumah, Qil?" tanya Jorji tak lama setelah ia melajukan motor.

"Hampir 3 tahun." balasku singkat.

Sepertinya aku tidak pandai membangun pembicaraan dengan lawan jenis. Menjawab pertanyaannya saja aku kaku sekali.

"Kenapa?" tambahnya.

Benar saja, pertanyaan yang aku harapkan tidak keluar dari mulutnya─ia lontarkan juga.

Tidak mungkin aku harus jujur kalau aku adalah seorang anak yang kabur dari jeratan saudara kandungku sendiri. Bagaimana kalau setelah aku jawab pertanyaan ini, ia malah mengulik banyak hal yang lebih dalam?

***

AUTHOR'S POV

"Terimakasih ya nak Jorji." ujar Astari─ibunda Qila, menutup pembicaraan.

Astari yang tadi kebetulan sedang berada di luar hendak mengunci pintu gerbang, sontak antusias melihat kedatangan anak gadisnya yang turun dari motor seorang pria.

"Sama-sama, Bu. Saya pamit ya." final Jorji dan langsung menancap gas.

Astari menatap anak gadisnya dengan senyum sumringah. Sudah lama sekali ia tidak melihat pemandangan seperti yang baru saja ia saksikan.

"Bunda ngapain sih natap aku kaya gitu? Ayo masuk ah nanti masuk angin."

Wajah gadis itu berubah sedikit merah. Qila menjadi salah tingkah karena ditatap dengan senyum ibunya yang seperti itu. Buru-buru ia menggiring tubuh ibunya masuk ke dalam rumah.

"Bun... Abang?" tanya Qila sambil melihat sekeliling rumah. Ia tak mendapati Jerian ada di rumah itu.

Seketika senyum Astari mereda mengingat bahwa anak sulungnya itu ditahan sementara di kantor polisi akibat insiden yang terjadi siang tadi.

"Abang di kantor polisi, tapi ada om Fandi kok yang bantu urus." ujarnya lesu.

"Bunda gak papa?" Qila menatap lekat ibunya.

"Bunda merasa bersalah karena udah gagal didik Abang. Bunda gagal kasih perhatian lebih sampai Abang bisa kaya gini."

Mendengar hal itu keluar dari mulut ibunya, Qila malah mengepalkan tangan. Entah kenapa ia tidak terima kalau malah ibunya yang merasa bersalah. Padahal ia tahu seperti apa sikap kakaknya semenjak ayahnya dirawat di rumah sakit 3 tahun lalu.

Gadis itu merasa dunia ini tidak adil bagi ia dan ibunya.

***

Setelah memastikan ibunya di kamar sudah terlelap, Qila kembali ke kamar miliknya dan menjatuhkan tubuh di kasur. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi kantuk belum juga menyapa dirinya.

Ia lantas menyalakan ponsel dan melihat sudah ada beberapa notifikasi pesan. Beberapa di antaranya datang dari Mba Fifi.

Mba Fifi

Qil, kamu pulang ke rumah? Tadi aku dikasih tau sama Jorji dia abis nganter kamu pulang.

Cieeee udah dianter aja nih :P

Tanpa sadar, Qila tersenyum melihat pesan itu. Entah mengapa ia reflek tersenyum saat netranya mendapati nama Jorji di sana. Gadis itu lalu mengetuk kepalanya sendiri menyadari apa yang baru saja ia lakukan.

Ngapain lo senyum-senyum anjir?!

Dengan cepat Qila menetralkan pikirannya dan segera membalas pesan Mba Fifi.

Setelahitu, ia masuk ke dalam ruang obrolannya dengan Jorji karena berniat untukmenyimpan kontak tetangganya itu. Tanpa pikir panjang, ia menamai kontak Jorji dengan"tetangga rese".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Storm and SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang