04. Gak Mungkin

17 0 0
                                    

Qila dan Zefa tengah asyik menyantap bakso di kantin belakang kampus. Hari ini, mereka punya banyak waktu senggang karena kelas keduanya memiliki jeda waktu yang cukup panjang antara mata kuliah pertama dan kedua. 3 jam lamanya.

"Qil, kita ke Central Park aja yuk. Cari diskonan." Zefa yang baru saja menelan baksonya, tiba-tiba bersuara.

"Lo lupa setengah jam lagi bakal ada kampanye di fakultas sebelah?" jawab Qila, yang dilanjut dengan menyesap sisa kuah baksonya.

"FH maksud lo? Dih ngapain main ke fakultas orang?" tanya Zefa dengan raut tak percaya.

Qila baru saja akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Zefa, tapi sepersekian detik sebelum itu, tiba-tiba datang suara yang cukup ramai entah dari mana.

Zefa mengernyitkan dahi melihat temannya termenung menatap kosong ke arah belakang punggungnya.

"Apaan, Qil?" tanya Zefa refleks memalingkan kepalanya ke arah belakang.

"Itu kak Nandini most wanted di FH, bjir" Zefa melongo melihat ke arah sekerumun gadis yang berjalan menuju kantin itu.

Qila hampir kehilangan kewarasannya saat melihat kecantikan gadis yang disebut bernama Nandini itu. Bagaimana ada perempuan yang secantik itu, pikirnya.

"Qil, mingkem anjir nanti kemasukan lalet." ujar Zefa seraya menepuk punggung tangan Qila. Baru setelah itu, Qila sadar dari lamunannya.

Kerumunan gadis yang disebut tadi, berhenti pada posisi yang hanya berjarak 1,5 meter dari tempat Qila dan Zefa duduk. Salah satu dari mereka mulai buka suara.

"Halo semua, kenalin nama aku Rifka, ini Nandini, ini Sheira, dan yang diujung itu Safa." ujarnya semangat sambil menggerakkan tangan untuk menunjuk pemilik nama yang tadi ia sebut.

Udah kaya girlband aja, pikir Qila.

Semua orang yang berada di sekitaran keempat gadis cantik itu menatap mereka lekat-lekat, memerhatikan apa yang ingin disampaikan. Begitupun dengan Qila dan Zefa. Keduanya masih setia duduk di depan mangkuk bakso mereka yang sudah tampak mengering.

Setelah itu, seorang lainnya juga buka suara.

"Hai, aku Nandini. Aku mau bilang kalau nanti jam 11 mampir ke FH ya, untuk tonton kampanye pemilihan ketua Hima kami yang baru. Selain ada booth makanan UMKM, kalian juga bisa ikut andil dalam pemilihan. 5% dari total suara mahasiswa non FH akan masuk perhitungan juga." jelas gadis yang kulitnya paling putih di antara yang lain. Membuat banyak pasang mata terpana akan kecantikan gadis itu.

"Gue mau ngeliat temen gue yang buka booth di FH ntar." Qila tiba-tiba bersuara, lalu Zefa menoleh.

"Hah?" tanya Zefa seraya mengerutkan dahi lantaran bingung.

"Pertanyaan lo tadi, pea. Lo tadi nanya ngapain main ke fakultas orang. Ya itu gue jawab." jelas Qila yang hanya dibalas kalimat "oh" oleh Zefa.

Qila dan Zefa memutuskan pergi dari kerumunan itu karena merasa sudah mulai sesak dengan orang-orang yang menonton pembicaraan Nandini, beserta kawan-kawannya. Orang-orang itu layaknya mengerumuni artis yang sedang blusukan.

"Kalo kak Nandini most wanted di FH, lo most wanted di FP, Qil" ucap Zefa. Keduanya berjalan menjauh dari kantin.

"Kata siapa?"

"Kata gue barusan, lo gak denger?" sahut Zefa, membuat Qila memicingkan mata lalu menatap ke arah dirinya.

"Kalo most wanted itu cantik, pinter ngomong, anggun, berani tampil di depan banyak orang. Lah gue?" tandas Qila sembari memasukkan tangan ke saku celananya.

Storm and SeaWhere stories live. Discover now