06. Insiden

9 0 0
                                    

Qila baru saja selesai mandi setelah menghabiskan beberapa jam untuk melakukan general cleaning. Ia mendongak ke arah jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul 7 malam dan di saat yang bersamaan, ponsel Qila berbunyi. Zefa menelfonnya.

"Lo otw jam berapa?" tanya Zefa dari sebrang sana.

"Harusnya yang tanya itu gue. Kan lo yang jauh." sahut Qila sambil menekan lambang speaker di layar ponselnya, lalu kemudian menaruh ponsel itu di atas kasur.

"Ini gue udah otw dari 15 menit yang lalu. Aduh gue deg-deg an banget, Qil. Gue takut kelihatan jelek di depan dia."

"Siapa sih namanya? Biar gue liat dulu sosmednya"

Ditanya seperti itu malah membuat pikiran Zefa kacau. Tangannya dingin disertai debar jantung yang tiba-tiba saja berubah menjadi cepat. Padahal ini bukan kali pertama Zefa bertemu dengan pria dari aplikasi kencan, tapi sepertinya pria ini cocok dengan kriteria idamannya. Ya meskipun ia baru melihatnya lewat foto dan beberapa kali melakukan panggilan telepon, Zefa sudah terlanjur jatuh hati dengan cara bicara pria itu.

"Si anjir malah bengong. Yaudah gue mau ganti baju dulu deh, abis itu otw. Nanti gue pantau dari jauh ya. Lo hati-hati" final Qila lalu memutus sambungan teleponnya.

Setengah jam berlalu. Zefa juga sudah mengirimi pesan kepada Qila dan menyampaikan bahwa dirinya sudah sampai di tempat tujuan.

Qila memang berniat untuk pergi ke tempat itu dengan berjalan kaki karena jarak dari kos ke tempat yang ingin dituju hanya berkisar 950 meter. Sambil menikmati udara malam, pikirnya.

Sling bag sudah bertengger di bahu sebelah kanan, ia siap untuk berangkat. Qila keluar dari kamar dan mengunci pintunya lalu bergegas pergi.

Belum sampai 100 meter berjalan meninggalkan kawasan kos, Qila mendapati beberapa pesan masuk ke ponselnya.

+60 xxx

mau kemana lo malem-malem pake baju kebuka gitu?
minimal pake jaket kali
dingin

Sontak Qila menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Bagaimana bisa tetangganya itu tahu kalau dia ada diluar? Terlebih, Jorji tahu kalau Qila saat ini sedang pakai baju yang "terbuka".

Memang, gadis itu memutuskan untuk mengenakan mini dress berwarna hitam karena berpikir tempat yang akan dituju adalah tempat fancy dan didatangi oleh orang-orang dengan pakaian mahal nan berkelas. Tentulah ia ingin menyesuaikan penampilannya malam itu.

Ada sedikit perasaan kesal dalam hati Qila. Bukan karena Jorji yang mengomentari pakaian terbukanya itu. Tapi bisakah sekali saja pria itu tidak mengusik hidupnya dengan ikut campur atau sekadar mengganggunya lewat pesan teks?

+60 xxx

balik atau gue susulin lo pergi?
badan lo begitu bisa jadi bahan diliatin cowok gak bener diluar sana

Masa bodoh dengan apa yang ia lakukan. Jorji tidak punya hak untuk melarang apapun dalam hidup Qila, termasuk pakaian yang Qila ingin kenakan. Gadis itu memilih untuk tidak membalas lagi pesan dari Jorji dan melanjutkan perjalanannya.

***

Zefa sudah tiba di toko pastry yang bernama Joe & Dough itu beberapa menit yang lalu, sedangkan pria dari aplikasi kencan belum terlihat batang hidungnya. Sambil menunggu di kursi meja dekat jendela, Zefa menggulir instagram sang pria yang ia ketahui bernama Felicio Fernandaz, seorang berkebangsaan Indonesia─Rusia yang saat ini sedang melakukan pertukaran pelajar di sebuah universitas internasional di Jakarta.

"Permisi kak, apa sudah ingin pesan?" Seorang pelayan mendatangi Zefa yang terlihat sudah menunggu cukup lama di meja itu seorang diri.

"Oh nanti ya mba, masih nunggu temen." jawab Zefa seraya menatap ke arah si pelayan.

Pelayan tersebut hanya tersenyum dan menganggukkan kepala, lalu menjauh dari kursi Zefa.

"Qila lama banget sih katanya deket sama kosannya." Zefa bergumam sendiri seraya membuka aplikasi pesan, berniat untuk menelepon temannya itu.

2 sambungan telepon tidak kunjung diangkat oleh Qila. Zefa mulai panik setelah sadar temannya itu tidak membalas pesannya lagi sejak 10 menit yang lalu. Ia mencoba menyambungkan telepon ke nomor Qila sekali lagi, namun panggilan itu hanya berakhir mati dengan sendirinya karena tidak diangkat oleh si pemilik nomor.

Gadis itu mulai berpikir kalau sesuatu yang buruk telah menimpa temannya, sampai-sampai mengangkat telepon pun Qila tidak bisa.

Tanpa pikir panjang, Zefa beranjak dari kursinya dan keluar meninggalkan café bahkan sebelum sosok Felicio tiba. Ia segera mengirim pesan kepada pria itu untuk mengabarkan kalau dirinya tidak bisa bertemu karena ada hal mendesak yang tidak bisa ia tinggalkan.

***

QILA'S POV

Sial! Bagaimana bisa di belakangku ada suara langkah yang sepertinya mengikuti langkah jejakku? Bagaimana aku bisa memutuskan untuk memotong jalan melewati gang kecil yang sudah aku ketahui kalau daerah itu cukup sepi? Bagaimana bisa aku tidak menemukan satupun orang lain yang mungkin saja kebetulan melewati jalan ini?

Bodoh!

Storm and SeaWhere stories live. Discover now