16 || Your Lips On Mine

Start from the beginning
                                    

Gue lihat Naila asik menari diantara kerumunan orang. Tubuhnya berlenggak-lenggok mengikuti irama musik.

"Enggak makasih. Gue gabung sama Naila aja." kata gue.

Secepat kilat gue berbalik dan menghindar. Sayangnya tangan gue ditarik kuat sama Jason, ngebuat tubuh gue mundur dan membentur dadanya.

Belum sempat gue memprotes, bisikan di telinga gue udah lebih dulu bikin gue merinding.

"Menurut lo gue macarin Naila karena apa?"

Gue mengerutkan dahi. Bingung sama pertanyaan nih orang satu.

"Setiap hari gue sempet-sempetin ngapelin dia buat apa?"

Brengsek! Gue punya firasat buruk sama nih cowok.

"Karena temennya yang cantik ini," katanya meletakan dahunya di atas bahu gue.

Sumpah ya karena ditempat seperti ini gak akan ada yang ngira kalau nih cowok berusaha nahan gue. Di mata orang pasti keliatan romantis.

Tai kucing nih cowok!

"Ciuman yuk Vel. Biarin gue ngerasain bibir lo ini."

"Gila lo ya! Lepasin gue brengsek!" desis gue.

"Vel... Vel.. jangan munafik gitu ah jadi cewek. Gue cuma ngajak ciuman loh bukannya ngamar." Dia terkekeh geli.

Sialan! Gue tahu nih cowok sifatnya emang nakal. Tapi gue gatau dia berani ngomong kayak gitu ke gue!

"Atau lo mau ngamar sekalian? Kita tinggalin Naila di sini, gimana?"

"Gue temen pacar lo, brengsek!"

"Ya terus? Orang gue sukanya sama lo."

Gue mencoba berontak. Sialan! Pinggang gue ditahan sama si Jason bajingan ini! Gue merinding banget. Gak pernah gue sedeket ini sama cowok kecuali abang gue dan kak Julian.

Gue takut. Takut banget. Apalagi ngerasa ada sesuatu yang aneh terjadi sama tubuh gue. Gue mendadak sakit kepala. Bukan yang sakit banget tapi lebih ke berdenyut-denyut.

Naila, cowok lo!

Gue berhenti berontak saat merasakan tubuh gue ditarik paksa sama seseorang. Jason mundur menjauh. Dia membelalakan matanya, terkejut dengan orang yang barusan mendorong tubuhnya.

Reaksi gue pun sama saat mendongak menatap pria yang saat ini menopang tubuh gue dengan tangannya.

"Pak Arjuna?"

•••

"Kamu kelihatan nggak nyaman. Saya cuma membantu," ucap pak Arjuna menatap gue sesaat lalu kembali fokus ke kemudi mobilnya.

Gue mengigit bibir kuat-kuat. Gimana sekarang? Pak Arjuna ngelihat gue di kelab!

Di sisi lain gue bersyukur sih beliau nolongin gue. Beneran gentle banget tanpa sedikitpun membuat keributan dia mengusir Jason menjauh.

Gue pun berakhir di sini, di dalam mobilnya melewati jalanan menuju rumah gue. Pak Arjuna menawarkan diri untuk mengantar gue pulang.

Enggak. Sekarang isi otak gue terpecah belah. Satu sisi khawatir sama respon pak Arjuna di sisi lain khawatir sama kondisi tubuh gue.

"Lovely?" panggilnya lembut.

"I-iya pak?" gue menjawab dengan lirih. "Acnya bisa lebih dingin nggak pak? Gerah banget. Kaca mobilnya boleh dibuka?"

Sedetik kemudian gue lihat pak Arjuna menekan tombol untuk menurunkan jendela di sisi kiri gue.

Angin sepoi-sepoi langsung membelai rambut dan wajah gue. Masih aja panas dan gerah.

LOVEIANWhere stories live. Discover now