16 || Your Lips On Mine

595 104 86
                                    

Rasanya semua orang beranjak dewasa. Hanya gue yang enggak. Apa karena gue terlalu fokus merubah fisik jadi banyak hal lain yang gue abaikan?

Gue udah enggak tantruman lagi sekarang.

Hanya itu?

Manja, penakut, dan kekanak-kanakan masih sama. Sebenarnya apa yang bisa gue pelajari dari 22 tahun hidup di dunia ini?

Itu usia yang cukup buat gue matang secara fisik dan pikiran, bukan?

"Apa begini cara orang dewasa bersenang-senang?" tanya gue ke Naila.

"Apa?! Nggak denger Vel!"

Gue sudah berbicara dengan suara yang teramat keras. Hanya saja suara musik di tempat ini sungguh membuat telinga siapapun berubah tuli.

Enggak juga. Mereka yang udah terbiasa sepertinya baik-baik saja.

Tidak dengan gue. Alih-alih menggoyangkan tubuh dan menikmati musik di sini, gue justru merasa pening gak ketulungan.

Kelab malam. Jauh sekali dari destinasi yang seharusnya gue datangi-mall.

Gue ngajak Naila keluar untuk bersenang-senang. Bukan ini yang gue harapkan.

Ketika gue ikut diseret ke sini sama Jason, kekasih Naila. Cowok itu ahlinya bersenang-senang begitu kata Naila.

Yah, keliatan sih. Pacar Naila itu emang keliatan rebel. Saat gue nanya ke Naila sendiri soal pacaran ala orang dewasa, cinta-cintaan ala orang biasa jawaban dia justru diluar dugaan gue.

"Jangan tanya gue, Vel. Gaya pacaran gue sama si Jason enggak sehat. Kalau itu yang dimaksud pacaran ala orang dewasa nggak sih."

"Kayaknya gue sama Jason cuma demen seneng-seneng doang."

Begitu katanya. Dan gue pun berhenti bertanya.

Ini kalau bang Haikal sama mama sampai tau gue ada di sini, bisa mati gue. Untunglah, untuk pertama kalinya gue senang ditinggal keluar kota.

Tapi lihat? Betapa konyolnya gue sekarang. Bang Haikal dan mama pekerja keras sementara gue bersenang-senang di sini sendirian.

Sekali ini saja. Setidaknya di sini gue bisa melupakan tentang kejadian konyol hari itu.

"Minum Vel, enggak mungkin lo gak pernah minum alkohol kan?" Jason membawakan segelas minuman buat gue.

"Pernah, di bawah pengawasan mama gue," ucap gue mengambil gelas kecil itu dan meminumnya tanpa ragu.

Cuma segini, aman lah.

Mama bahkan kadang bikin alkohol sendiri. Itu selingan dari kesenangannya sebagai koki.

"Aduh!" pekik gue.

"Kenapa Vel?"

Gue kaget karena barusan ada yang nyenggol tubuh gue. Gara-gara kaki gue yang masih lecet kesenggol gue jadi meringis kesakitan. Nyesel gue berdiri di tempat serame ini.

Gue terkejut gak cuma karena itu melainkan karena pelukan Jason di tubuh gue. Tangannya ngerangkul pundak gue.

Terlihat seperti pelukan biasa tapi tidak! Telapak tangannya hampir menyentuh dada gue. Bahkan tekanannya bisa gue rasakan.

"Jason, lepasin gue."

"Kenapa?"

Kenapa katanya?!

"Lihat Naila tuh seneng-seneng di sana. Lo juga dong. Katanya lagi galau... mau gue hibur nggak?" omongannya emang kek orang bener tapi tatapanya enggak.

LOVEIANWhere stories live. Discover now