BAG 10

8 2 0
                                    

AKAR HITAM
.
.
.
.

Wanita tersebut membuka semacam portal energi untuk masuk ke fasilitas kami. Dan seorang pria lainnya, entah bagaimana caranya, mematikan saluran keamanan elektronik kami. Dan hanya sampai di situ rekaman cctv yang kami miliki." lanjut Miss Lily.

"Apa yang kamu inginkan dariku?" tanyaku dingin.

"Cari tahu siapa mereka, lacak keberadaan mereka, ambil kembali yang mereka sudah ambil dari kami, dan hapus keberadaan mereka." jawab Miss Lily.

"Apa yang mereka sudah ambil darimu?" Adrian bertanya sambil menatap kearah Miss Lily.

"Xt-209. Prototype alat peledak portabel yang berukuran sebesar telapak tangan manusia dewasa. Namun memiliki kemampuan meluluh-lantakkan 5 kota besar yang masing-masing besar dan luasnya setara New York." jelas Miss Lily kemudian yang membuat Adrian melongo.

“Apa aku bisa mendapatkan salinan gambar bentuk alat tersebut?” tanya Adrian.

"Itu tergantung kamu mau atau tidak menerima tugas ini." Miss Lily membalasnya dengan santai.

"Berapa harga yang kamu tawarkan untuk tugas ini?"

"20 juta Dolar, bebas pajak." sahut Miss Lily.

Adrian menyahut, "Terlalu sedikit. Resikonya terlalu besar. Butuh orang-orang berkemampuan khusus untuk bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik."

Miss Lily merespon, “Berapa yang kamu mau?”

“50 juta Dolar, bebas pajak, dalam bentuk emas batangan tanpa cap, dibayar penuh sebelum tugas dimulai.”

“Kenapa kamu meminta pembayaran dalam bentuk emas batangan?” tanya Miss Lily keheranan.

“Itu urusanku. Bukan urusanmu.” jawabku.

“Terlalu mahal, Adrian.”

"Kamu bisa cari orang lain," ucap Adrian.

"Jangan paksakan keberuntunganmu Adrian..." imbuh Miss Lily.

Suasana menjadi hening sesaat. Tiba-tiba percakapan terganggu. Tampak di layarku, seorang pria yang memakai setelah jas warna hitam menghampiri Miss Lily dari sisi kirinya dan seperti membisikkan sesuatu ke telinga Miss Lily.

Miss Lily menganggukkan kepala, kemudian pria yang memakai setelah jas warna hitam tersebut undur diri keluar dari tampilan layarku.

"Baiklah. Kami menyetujuinya. Kirimkan saja lokasi tempat pengiriman." ujar Miss Lily.

Adrian mengangguk, "Baiklah, biar asistenku yang memberi tahu detail lokasinya kepadamu."

"Kapan kamu akan mulai bekerja?"

"Setelah pembayaran ku terima, aku akan mulai bekerja. Aku bersama timku akan pergi ke lokasi kejadian dan melakukan penyelidikan. Dan untuk itu aku dan timku minta di bukakan akses penuh ke seluruh infrastruktur dan semua data yang berkaitan dengan fasilitas tersebut."

"Baiklah, pembicaraan kita akhiri sampai di sini." putus Miss Lily mengakhiri pembicaraannya dengan Adrian..

Adrian menarik nafas pendek, kemudian menoleh kearah kanan. "Kamu sudah dengar apa yang dia katakan tadi?" tanya Adrian pada wanita yang duduk di sofa merah muda di dalam ruangan yang sedari tadi bersamanya saat melakukan video conference.

"Yah.. Aku sudah dengar," jawab Alin singkat. "Aku akan mempersiapkan sekarang juga." lanjutnya sembari berdiri melangkah keluar dari ruangan conferensi.

Adrian melempar senyum ke arah punggung wanita tersebut.

17 jam kemudian.

Tok! Tok! Tok!

"Ya. Masuk." ucap Adrian.

Cklek!

Begitu pintu dibuka, masuklah seorang pria bertubuh tinggi kekar mengenakan pakai taktis militer berwarna hitam pekat.

"Lapor. Pembayaran sudah diterima. Tim sudah berkumpul. Pesawat jet pengangkut sudah siap terbang. Kapan anda bisa bergabung dengan kami?" jelas pria tersebut sekaligus bertanya balik pada Adrian.

"Beri aku 5 menit." jawab Adrian.

Orang itu menjawab, "Siap. Saya kembali ke pangkalan jet." ujarnya kemudian berbalik ke arah kanan dan melangkah keluar.

Pria tersebut bernama Harjo. Berasal dari keluarga petani di daerah sekitar Gunung Bromo. Salah satu lulusan terbaik dari akademi militer yang menspesialisasikan diri dalam bidang penghancuran infrastruktur, taktik serangan, investigasi, dan juga salah satu anggota dari organisasi Akar Hitam.

.
.
.

TO BE CONTINUED

AKAR HITAMWhere stories live. Discover now