Jadi, saat dikatai seperti itu jujur saja Sera biasa-biasa saja. Tidak terpengaruh sama sekali.
Tapi kenapa, saat ini tatapan Shaga memengaruhinya? Mata itu menyorotkan suatu hal yang tidak pernah Sera pelajari. Netra hitam legam yang dibingkai dengan bulu mata panjang serta lebat, cukup membawa kelembutan hingga Sera ingin menatap lebih lama. Terlalu hanyut padahal biasa ia sendiri ogah menatap laki-laki itu. Katanya sangat kurang kerjaan.
"Seraphina."
Pertama kalinya dan Sera menyukai saat namanya disebut dari mulut Shaga. Walaupun pelan dan lambat, Sera suka. Ah-tidak masuk akal. Buru-buru Sera menggelengkan kepalanya, melangkah maju dan berdiri di samping kiri pria tinggi itu. Sesaat matanya menatap ke arah lapangan, saat menemukan sasarannya ia tersenyum miring.
I got you, bitch.
Ternyata perasaan seperti ini jauh lebih membuatnya hidup. Dimana ia melihat Isabella yang menatap ke arah mereka berdua dari bawah sana dengan tangan terkepal erat.
"Tipe lo udah berubah belum?" tanya Sera menuntut pada Shaga. Ia menatap pria itu sepenuhnya dengan tangan terlipat di depan dada. "Gue udah ngebet jadi pacar lo, nih."
"Tipe gue nggak pernah berubah." Tatapan Shaga semakin intens, ia menatap lamat-lamat wajah kecil di depannya itu. Meneliti satu-satu seakan mencari sesuatu.
"Yah ... Terus kapan berubah? Kita pacaran terus ciuman kalau udah berubah nanti. Katanya orang ciuman itu menimbulkan efek dimana perut lo bakalan banyak kupu-kupu, tapi secara ilmiah hal itu dikarenakan aktivitas bangsa ganglia yang ada di otak hingga menyebabkan respons biologis, jadi tungkai saraf vagus akan aktif dan bergerak dari otak ke usus. Jadinya, perut kita kayak ada geli yang biasa orang lebih-lebihkan, dimana ada kupu-kupu berterbangan, manusia-manusia alay itu pasti nggak tahu proses sebenarnya." Sera mengoceh panjang lebar, memberitahukan ilmu yang sudah ia pelajari.
Shaga terkekeh pelan, hal itu berhasil membuat Sera terpengarah. Bukan karena ketampanan Shaga yang meningkat karena saat tertawa lesung pipi Laki-laki itu begitu nampak jelas-ah tidak, itu sebenarnya salah satu alasannya. Tapi, penyebab adalah karena baru kali ini laki-laki itu bersikap lebih ramah, bahkan tertawa karena ocehannya. Boro-boro tertawa, biasanya Shaga akan melemparkan tatapan sinis dan tidak bersahabat, tipikil orang yang menunjukkan terang-terangan ketidak sukaanya.
"Tipe gue tetap lo, Seraphina Zephyra Jenggala. Nggak pernah berubah, dulu, sekarang, atau di masa depan. Your my type. Never change. You can take my word." Mata Sera otomatis mendelik, diserang secara mendadak seperti ini siapa yang tidak kaget coba. Otaknya dalam beberapa detik lumpuh seketika, berusaha mencerna baik-baik kalimat Shaga. Astaga! Bahkan dipikirkan sampai tahun depan pun, Sera yakin tidak akan ada jawaban.
"Lo sehat?" tanya Sera pada Shaga.
"Always, but I feel better after I saw you."
"Asli sih ini lo pasti baru kemasukan jin, walaupun gue nggak percaya begituan. Seperti lo yang berubah dalam semalam, gue juga sama nggak percayanya. Lo kayaknya lagi sakit, mau gue panggil ambulance? Kayaknya otak lo better diperiksa dulu, takut udah kebentur terus otaknya geser dikit," sembur Sera merasakan keanehan di dalam diri Shaga.
"Gue sehat."
"Kalau sehat, coba ciuman sama gue."
Shaga memperbaiki pita hitam yang menjadi hiasan rambut Sera, karena angin cukup kencang rambut bergelombang gadis itu sedikit berantakan.
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING
RomanceKaya raya, cantik, trendsetter, pintar, dan mandiri. Sempurna bukan? Ya, itu Seraphina Zephyra Jenggala. Gadis cantik yang digadang-gadang bisa menjadi Miss Indonesia beberapa tahun lagi jika tubuh gadis itu bisa semakin bertumbuh tinggi. Namun, mem...
PROLOG
Start from the beginning
