TMIMG 7 🔞

2.1K 87 110
                                    

Izin yang seharusnya dimanfaatkan untuk pulang ke rumahnya, malah dihabiskan hanya untuk berbaring tanpa melakukan apa pun. Salahkan tenaga Harsa yang membuatnya sampai tidak bisa berjalan selama tiga hari hari! Ingat itu, tiga hari!

Andai dirinya tak mengeluhkan pantatnya yang masih perih dan sakit, ia yakin lelaki mesum itu akan menyerangnya lagi.

Mengetahui Jenovan yang harus kembali ke rumahnya, Harsa tentu tidak rela untuk melepasnya. Ia ingin Jenovan terus berada di sisinya meskipun Jenevah akan segera kembali. Haruskah ia membuat Jenovan tidak bisa berjalan lagi hingga kekasihnya itu tidak akan pergi darinya?

Dengan langkah yang sedikit tertatih, Jenovan terus berjalan menuju stasiun sambil menenteng tas kecilnya. Di belakangnya ada Harsa yang berjalan sambil membawa tas besarnya yang dulu pernah ia bawa.

Harsa tidak sekadar mengantar sang kekasih ke stasiun, tapi ia juga akan mengantar Jenovan sampai ke rumahnya. Sekalian ia menjemput mantan crushnya itu untuk kembali ke asrama bersama.

"Sayang, beneran kamu gak mau aku ikut?"

Jenovan sebenarnya senang karena Harsa mau mengantarnya pulang. Tapi begitu ia tahu kalau niatnya yang lain adalah untuk menjemput adiknya membuatnya sangat marah. Ia merajuk cemburu! Ia takut kalau di perjalanan pulang Harsa malah clbk dengan adiknya.

"Nggak deh, aku gak akan pulang sama Jene nanti. Aku mau habisin waktu sama kamu dulu, biar pulangnya gak bareng sama Jene."

"Jangan panggil Jene lagi! Panggil aja Nevah! Ne - vah!"

Aish lucu banget pacarku yang sedang cemburu ini. Cium aja apa ya?

"Iya sayang iya, mulai sekarang aku manggilnya Nevah. Jadi gimana? Aku boleh ikut enggak? Sekalian kamu kenalin aku as pacar ke Nevah nanti."

"Kamu kenapa bawa-bawa Nevah terus sih?!"

Yailahh ini singa betina marah-marah mulu.

"Maaf ya, sayang. Gak akan diulang lagi. Janji?!" Harsa mengacungkan dua jarinya tanda damai dan janji.

Peron stasiun tampak mulai sibuk, seiring dengan jadwal kereta yang hampir tiba. Harsa tak pernah melepaskan tangannya dari merangkul sang kekasih. Bukan apa, sang kekasih yang masih dalam mode perempuan ini lagi-lagi menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.

Harsa sudah memintanya untuk mengganti pakaiannya dalam mode Jeno tapi Jenovan menolak. Ia tidak mau ribet! Keluar dari asrama dalam mode Jenevah, sampai tiba di rumah bibinya pun akan tetap seperti itu.

Kalau hanya Harsa yang melihatnya sih tidak masalah, ia jadi lebih leluasa untuk menggrepe-grepe kekasihnya itu.

"Ayo."

Harsa buru-buru bangkit begitu kekasihnya mengajaknya naik ke kereta. Yes! Itu artinya ia masih punya waktu untuk bercum- eh, berduaan dengannya.

Mereka duduk di kursi eksekutif yang sengaja dipesan Harsa sebagai pengganti tiket Jenovan yang hangus kemarin. Jenovan duduk di dekat jendela, tempat favoritnya di mana ia bisa melihat pemandangan yang sangat indah.
.
.
.
"Yang," panggil Harsa membuat Jenovan yang sedang menikmati pemandangan itu menoleh.

"Apa?"

Tanpa peringatan, Harsa langsung menyatukan bibir mereka. Melumatnya dengan lembut disertai dengan kecapan-kecapan basahnya.

"Apaan sih?" Ketus Jenovan setelah Harsa mengakhiri ciuman mereka.

"Gak papa hehe. Tadi ada bapak-bapak yang liatin kamu terus, pake tatapan mesum lagi."

"Ya udah kan dia punya mata. Kamu juga suka natap aku mesum."

"Ya nggak bisa gitu lah. Aku gak suka ada orang lain yang liat-liat pacarku ini."

Hyuckno StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang