+loneliest+

125 16 2
                                    

⚠ A little more sensitive chap.
So be wise!

☘☘☘

Bella selalu menyukai anak kecil. Betapa menggemaskannya mereka dengan rengekan manja dan tingkah nakal yang kadang membuat pusing kepala, Bella bahkan berharap untuk dianugerahi seorang anak jika waktunya tiba.
Bella siap menghujani cinta dan kasih sebagai seorang Ibu, menjadi pelindung, dan terlebih menjadi teman kala suka maupun duka.

Harapan itu masih ada, namun kini perlahan terkikis karena Theo dengan begitu kejam memonopoli tubuhnya.

Pil kontrasepsi. Bahkan dalam mimpi buruknya Bella tak pernah membayangkan akan berakhir meneguk obat itu. Tapi lihat sekarang, Bella jelas sangat membutuhkan obat itu, malah perempuan itu berusaha keras untuk tidak melewatkan meminum pil tersebut.

Theo sangat kejam, Bella membencinya, tetapi Bella lebih benci karena Ia merasa berterimakasih pria itu memberikannya pil kontrasepsi, pasalnya hal yang paling dihindari Bella saat ini adalah menghadirkan manusia lain di tengah penderitaannya yang tak berujung.

Pria yang berurusan dengannya sekarang bukan seseorang dengan hati yang lunak. Theo adalah pria adonis berwatak bengis penuh misteri, dan tak ada satupun yang Bella ketahui tentang lelaki itu selain keyakinan bahwa Theo adalah pembunuh ayahnya juga perihal tongkat yang sempat pria itu singgung.

Walau telah berselang beberapa hari semenjak Theo mengungkapkan fakta penyebab pria itu memakai tongkat adalah Bill, Bella masih tak bisa mengabaikan hal itu dari kepalanya. Jelas ada yang terjadi antara dua pria berbeda usia itu, Bella yakin, tapi apa itu?

Bella sama sekali tak memiliki clue untuk menyusun minimnya kepingan puzzle yang ada. Karena itu Bella masih mencoba bertahan dibawah dominasi Theo, menerima segala perlakuan bejat yang selalu membuat Bella tak hentinya mengeluarkan air mata sembari mencoba mencari jawaban atas pembunuhan ayahnya.

Namun kini satu hal yang sukses membuat Bella semakin tersiksa adalah tak ada cela apa pun yang pria itu berikan bahkan sekedar untuk membunuh rasa kesepiannya

Kamar Bella lapang tak diisi sesuatu yang berarti. Teman bicara yang sebagian besar adalah pelayan yang masuk pun nyaris hanya menghabiskan waktu dengannya selama beberapa menit, selepas itu mereka akan keluar dan kembali meninggalkannya tenggelam dalam rasa kesepian.

Tak terelakkan kesepian memang belakangan menjadi teman baik Bella, menyapa bersama sinar matahari pagi dan memeluknya bersama gelapnya malam

Dulu, walau tumbuh dengan penjagaan super ketat, sang ayah tak pernah membiarkan Bella merasa kesepian. Ditengah kesibukannya, Bill selalu menyempatkan waktu.

Semasa Bella kecil Bill bahkan tak jarang membatalkan pertemuan penting karena Bella ingin menghabiskan waktu bersamanya. Menemani bermain hingga menimangnya dalam dekapan hangat sembari menyanyikan lullaby dengan suara berat namun lembutnya sampai Bella tertidur.

Bill juga mengisi kekosongan figur ibu dengan baik, memberikan kelembutan dan kenyamanan agar Bella tak sungkan bercerita layaknya teman, termasuk sengaja mengulik ketertarikan Bella akan sosok lelaki.

Alex contohnya, Bella mungkin berusaha menyembunyikan perasaan kagumnya pada sosok pria itu tetapi Bill dapat dengan mudah merasakannya. Namun Bill membiarkan anak gadisnya, tidak membatasi ataupun melarang perasaan itu tumbuh. Selain karena tidak ingin membuat anaknya merasa sendiri, Bill pun tidak ingin membuat hubungan keduanya merenggang. Bill hanya mempunyai Bella, Bella pun begitu.

Sayangnya hal baik tersebut sukses menjadi pintu masuk hal buruk yang telah lama mengintai.

Namun apa mau dikata, sekarang jelas berbeda, seperti pertama kali Bella datang ke dunia, sendirian. Dan setiap harinya Bella berusaha membunuh rasa sepi yang menggerogoti dengan menatap ke luar jendela.

In The Palm Of His HandWhere stories live. Discover now