Walaupun Soobin aslinya tau kalau rata-rata anak sekolahan ini pastinya tinggal di area kekuasaan Kerajaan Elston.

"Pagi, Pangeran Yeonjun."

"Ya," balas Yeonjun yang hanya mengangguk pelan saat mendapatkan banyak sekali sapaan dari orang-orang di sekitarnya itu.

Soobin tiba-tiba sadar, jika kasta dia sama Yeonjun itu ternyata sejauh itu ya.

Dia berhenti dari berjalannya sambil melihat Yeonjun yang sudah berjalan duluan dengan tanpa henti disapa oleh orang-orang di sekitarnya.

Yeonjun yang merasakan tidak ada Soobin yang berjalan di belakangnya membuat dia segera langsung menoleh ke belakangnya lagi dan melihat ada Soobin yang jaraknya 3 meter dari dirinya saat ini.

"Apa yang kamu lakukan, Soobin? Ayo kemari," ajak Yeonjun yang kembali berjalan mendekat kearah Soobin.

Tidak memperdulikan anak-anak sekolahan yang lain sedang memperhatikan dirinya.

Tangan Yeonjun segera meraih lengan Soobin agar kembali berjalan disebelahnya.

Soobin yang melihat hal itu tersenyum, kenapa juga dia tiba-tiba memikirkan kasta ya? Padahal dia bahkan sudah jelas tau kalau Pangeran punya perasaan kepadanya.

Jadi dia tidak perlu memikirkan hal lain, kecuali balas dendam kepada Raja.

Tapi tentunya dia gak akan terlalu mengabaikan perasaan Yeonjun kepadanya juga, dia akan memikirkannya tapi jangan sampai ketahuan oleh Yeonjun, bisa-bisa dirinya akan sangat malu.

"Maaf Yang Mulia, aku tidak sopan jika berjalan di sebelah anda."

Yeonjun yang mendengar itu cuma bisa mendengus, malah Yeonjun malah berharap jika Soobin ataupun Marvin, Arabella, dan Jade bersikap santai saja kepadanya, tidak terlalu memandang tinggi dirinya hanya karena dia adalah seorang Pangeran, bukan hanya sekedar Pangeran sih, dia juga akan menjadi penerus tahta Kerajaan Willowind.

"Ini bahkan bukan di area kekuasaan Kerajaanku, Soobin, jadi berhenti untuk bertingkah seperti itu," balas Yeonjun yang membuat Soobin akhirnya pasrah dan memberikan anggukan kecil sebagai balasan.

Soobin akhirnya berjalan beriringan dengan Yeonjun.

"Lagipula mukamu kenapa merah sekali?"

"Dingin," balas Soobin sekenanya ketika mendengar pertanyaan dari Yeonjun barusan.

Ya, Yeonjun akui sih, pagi ini memang sangat dingin karena sudah mulai memasuki musim gugur.

Walaupun seragam akademi mereka sudah tebal, tapi tetap saja hawa dingin tetap menyengat tubuh mereka.

Yeonjun lalu melepaskan syal yang dia gunakan dan mengarahkannya kepada Soobin.

"Eh?"

"Pakai, lagipula aku tidak terlalu kedinginan," ucap Yeonjun sambil kembali menyodorkan syal di tangannya kepada Soobin.

Dengan perlahan tangan Soobin meraih syal milik Yeonjun.

"Terima kasih, Pangeran."

Yeonjun yang mendengar ucapan Soobin barusan cuma bisa tersenyum manis.

Soobin menoleh kearah Yeonjun yang sedang tersenyum manis menatap dirinya, muka Soobin reflek kembali langsung kembali memanas.

"Cincinnya tiba-tiba bersinar ya, ternyata cincinnya sehebat itu, gak sia-sia aku membelinya di pasar," ucap Yeonjun yang membuat Soobin menatap kearah cincin di jari manisnya.

Dan benar, cincin itu bersinar saat ini, tampak indah sekali.

Soobin juga ingin mengatakan sesuatu atas perkataan Yeonjun yang berkata kalau cincin ini dia beli di pasar, karena Soobin sudah tidak percaya lagi.

Mana mungkin juga cincin semewah ini dijual dengan sembarangan di pasar.

Padahal aslinya kan ini cincin dari keluarga Celeste.

Tapi dia heran apa yang membuat cincin ini tiba-tiba bersinar? Soobin penasaran, dia mungkin akan bertanya kepada Arabella, siapa tau wanita itu tau penjelasan dari arti cincinnya itu?

Dia tidak mungkin bertanya kepada Yeonjun secara blak-blakan mengingat laki-laki di sebelahnya itu saja tampak tidak berniat jujur kepada Soobin, buktinya dia malah mengatakan cincin milik keluarga Celeste ini dia beli di pasar.

Dan bodohnya saat itu Soobin mau-mau saja, harusnya dia sudah mengetahui kalau itu bohong setelah mengetahui cincin ini bisa semudah itu masuk ke jari manisnya bagaikan ada sihir yang sengaja diberikan ke cincin itu.

"Kelasku ada disana, sampai jumpa saat waktu makan siang, Soobin."

Perkataan Yeonjun membuat Soobin mengangguk, dia menunduk pelan kearah Yeonjun yang menggeleng kecil atas tindakan Soobin.

Setelah Yeonjun berjalan pergi ke kelasnya, Soobin saat itu juga langsung mengipasi mukanya dengan kedua tangannya, soalnya mukanya benar-benar memanas.

Dia berjalan pergi menuju ke kelasnya masih dengan sibuk mengipasi mukanya sendiri, padahal saat ini dingin, tapi mukanya saat ini sangat panas dan merah akibat perasaannya kepada Yeonjun.

Tanpa Yeonjun dan Soobin sadari, jika sebenarnya di belakang mereka itu ada Marvin, Jade, dan Arabella yang tinggal di lantai yang sama, lalu kamar mereka juga bersebelahan semua.

Arabella memang tidak satu kamar sama Jade, tapi tetap saja kamar mereka itu bersebelahan.

"Tingkah mereka memang lucu sekali, aku sungguh beruntung bisa melihat kisah percintaan Pangeran Yeonjun secara langsung," ucap Arabella yang memang menyukai kisah romantis itu.

Sedangkan Jade hanya tertawa menanggapi hal tersebut, dia juga tidak tau mau merespon apa.

"Mereka bagaikan pasangan yang baru menikah, masih malu-malu begitu," sahut Marvin yang dibalas dengan anggukkan super antusias oleh Arabella.

Laki-laki itu cuma bisa tertawa melihat Arabella yang benar-benar excited itu.

"Sudahlah, kelasku ada disana, aku duluan ya, kalian sekelas, bukan?" tanya Jade yang dibalas dengan anggukan oleh Arabella dan Marvin.

Aslinya mereka berdua tidak akrab sama sekali di kelas, tapi semenjak mereka disatukan di grup, mereka akhirnya jadi akrab sendiri.

Arabella bahkan memeluk lengan Marvin saat ini.

Lalu Jade segera berjalan menuju ke kelasnya menyusul Soobin yang sudah duluan ke kelas, diakan memang satu kelas sama Soobin, sama seperti Arabella dan Marvin, dia sama Soobin tidaklah akrab sama sekali di kelas.

Namun saat ini, dia akan berteman dengan Soobin tidak memperdulikan soal Luna dan teman-temannya yang lain, dari awal masuk ke akademi ini saja, dia gak mau berkaitan dengan mereka, tapi karena keluarga mereka berteman, makanya Jade terpaksa harus pura-pura berteman.

Beda dengan Soobin yang sudah duduk di bangkunya, lalu segera menoleh ketika ada tas yang diletakkan di meja sebelahnya.

Mata Soobin bisa melihat Jade yang tersenyum kepadanya.

"Sepertinya akan lebih menyenangkan jika aku duduk di sebelahmu."

"Ya, walaupun kamu harus kuat karena di tatap tajam oleh teman-temanmu," balas Soobin yang membuat Jade mengangkat bahunya.

Dia tidak perduli, yang jelas dia tidak mau gabung dengan mereka lagi.

Tbc.

Aku mengantuk, tapi batal soalnya aku harus selesai ngetik part ini, maaf ya kalau gaje, soalnya aku juga sambil nonton mpl pas ngetiknya, xixixi.

Balas dendamnya belum ya, soalnya sekarang masuk ke rute akademi dulu sama romantisme Yeonjun sama Soobin, aha.

Ok, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.

Sampai jumpa di part selanjutnya.


























Salam,






Anaknya Taekook.

The Forever Ties -yeonbinWhere stories live. Discover now