7. Jangan Dimanja

75 12 2
                                    

met membacaaa

met membacaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Perbincangan soal Kresna kemarin lusa menyelamatkan seenggaknya sedikit beban Juno. Kresna memberikan tawaran agar Juno kembali melakukan pemotretan untuk brand clothing line-nya. Juno mengiakan dengan catatan payment harus dilakukan diawal, sebab dia sedang sangat butuh uang—terutama untuk mengganti hutangnya ke Yogi waktu itu. Syukurnya Kresna nggak keberatan.

Jadilah hari ini pemotretan dilaksanakan. Setelah hari-hari sebelumnya dia melakukan berbagai persiapan seperti berolahraga, mencukur jenggot dan kumis setipis-tipisnya, memakai sheetmask agar wajahnya glowing, bahkan sempat puasa hanya minum air putih agar mukanya nggak kelihatan bengkak di kamera.

Juno nggak tahu apakah setelah menelan semua kesetressan dia masih kelihatan ganteng. Toh, dia nggak peduli, dia cuma berusaha agar nampak fresh.

Untuk pergi bekerja, Juno menitipkan Rey ke Anila. Juno sebenarnya nggak mau merepotkan karena pasti Anila sudah capek mengurus dua anak, namun dia nggak punya pilihan lain. Juno terlanjur takut buat menghubungi Dera, lagipula Dera masih harus mengurus ayahnya, Juno enggan mengganggu. Dia berjanji ke Anila akan menjemput Rey sebelum jam makan malam.

"Oi. Gimana? Ada kendala nggak?"

Sedang break pemotretan, Kresna datang menyapa Juno yang memilih merokok sendirian di luar studio. "Lo lihat sendiri aja deh, Bang. Kaku banget gue," lapor Juno, meringis bersalah. "Kureng kayaknya."

Kresna tergelak, menepuk sebelah pundak Juno. "Masih aja nggak pede," lontarnya. "Udah ditransfer ke rekening lo, ya. Coba cek dulu, cocok nggak."

Mendengar itu, Juno kontan menyalakan ponsel. Matanya membelalak melihat nominal yang tertera pada notifikasi ATM mobile-nya. Dia memang nggak menyebutkan secara spesifik ingin dibayar berapa, namun jumlah yang Kresna berikan di luar ekspektasinya.

"Jirrr, nggak kebanyakan, Bang?"

Kresna mengibaskan tangan. Mulutnya tersumpal batang rokok yang dia nyalakan. "Lo kenapa sih nggak ngomong kalau lagi susah?" Setelah rokok tersebut terbakar sempurna, Kresna baru menanggapi. Keduanya sempat berjumpa sebentar untuk menandatangani kontrak, tapi nggak bisa bercerita banyak sebab Kresna diburu waktu. Kini lelaki bertato tersebut leluasa menuangkan rasa penasarannya.

"Buat apalah, gue aja ngira lo nggak inget gue."

Kresna berdecak. "Nggak mungkin gue lupain kawan lama, apalagi lo dulu yang bantuin gue pas awal-awal rintis usaha. Gue masih inget banget tuh, dulu cuma bisa bayar lo gocap. Mana lo mau-mau aja lagi."

"Ya lo paksa, gimana mau nolak?" kelakar Juno.

"Iye juga, sih."

Juno tertawa. Kalau ngomongin yang dulu-dulu nggak akan ada habisnya. Sama perempuan, Juno memang membatasi diri, tapi jika ke teman laki-laki dia mempersilakan siapa saja mendekat—walaupun pada akhirnya yang rekat bisa dihitung jari.

Juno's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang