26 | Cupcakes

Mulai dari awal
                                    

Setelah aku mengkonfirmasi pertanyaannya, Agam memang tidak banyak bertanya. Mungkin dia sadar tempat dan waktunya belum pas. Namun ketika aku menyuruhnya pulang sendiri karena aku masih memiliki urusan lain, dia tiba-tiba jadi orang yang cerewet menanyaiku sedetail mungkin. Aku ke mana, bertemu siapa, akan melakukan apa, sampai jam berapa, semua dia tanyakan. Aku sempat ingin berbohong, tapi pada akhirnya jujur juga.

"Gue udah punya janji ketemu Ji-young habis acara ini selesai, ngobrolin masalah ini, gak tau sampai jam berapa tapi yang pasti gak bakal lama."

Lantas setelah aku menjawab begitu, dia dengan tegas menolak dan memaksa ikut.

"Gue bakal baik-baik aja. Apaan sih orang yang bakal gue temuin cuma Park Ji-young, bukan pembunuh kelas kakap." Aku membalas enteng, tapi sepertinya Agam sangat serius karena sangat ngotot.

"Lo dapat jaminan apa lo bakal baik-baik aja setelah ketemu dia?"

"Agam, please! Jangan dibikin ribet. Biarin gue pergi sendiri karena itu kesepakatan kita. Lo pulang aja."

"Kak, lo gak ngerti--"

"Lo yang gak ngerti. Tolong biarin gue selesain masalah gue sendiri, ok? Semisal gue udah ngerasa ini terlalu berat, gue janji lo orang pertama yang gue mintai tolong. Sekarang gue masih bisa urus semuanya sendiri, jadi gue mohon dengan sangat, jangan ikut campur."

Aku berhasil. Walau dari wajahnya kentara sekali dia tidak setuju, tapi dia tetap mengikuti keputusanku. Pulang lebih dulu sementara aku menunggu seorang diri di aula ini.

Begitu arahan dari Ji-young semalam. Katanya seseorang akan datang untuk mengantarkanku padanya, aku hanya perlu menunggu sampai aula sepi.

Dan dia benar-benar menepatinya. Sekitar sepuluh menit duduk sendirian, seseorang tiba-tiba datang dari arah samping kiriku. Seorang wanita berpakaian kemeja hitam khas baju staff, aku bisa mengenalinya karena ada tulisan staff dan kalung tanda pengenal di badannya.

"Kau Tari?" Aku mengangguk sembari diam-diam membaca nama yang tertulis. Shin Ji-hyun. "Ikut saya, dia ingin menemuimu di backstage."

Dia yang kukira cukup serius karena wajahnya yang tegas ternyata memiliki pribadi yang hangat. Shin Ji-hyun itu banyak bercerita selama kami berjalan menuju ruang tunggu. Dan baru ku ketahui bahwa dia adalah staff agensi yang memang sangat dekat dengan Ji-young.

"Ji-young sudah seperti adikku." Begitu imbuhnya.

Alasan kenapa dia terus mengajakku mengobrol adalah agar aku dikenal sebagai salah satu staff kenalannya. Aku tidak mengerti, tapi dia juga memberiku tanda pengenal palsu.

"Abaikan tatapan mereka dan teruslah mengobrol denganku."

Sepertinya dia menyadari aku beberapa kali hilang fokus karena membalas tatapan penasaran orang-orang yang kami lewati. Fakta yang baru kudapat dari sini adalah, orang-orang yang bekerja di belakang panggung ternyata banyak. Kupikir hanya beberapa, tapi ternyata jumlahnya bisa lebih dari 30 orang. Aku jadi gugup dan takut akan ketahuan.

Namun untungnya, aku telah sampai di ruang tunggu khusus Park Ji-young. Ruangan di ujung lorong yang bertuliskan ruang tunggu nomor 3.

"Di sini?"

Perempuan itu mengangguk. "Sebentar, aku akan memberitahunya."

Ji-hyun noona masuk sendiri. Beruntung di sini tidak ada orang lain selain aku. Sepertinya ini tempat yang disiapkan khusus untuk artisnya berisitirahat.

Selang beberapa menit, dia keluar lagi dan aku yang sedang melihat-lihat sekitar seketika menegakkan tubuh. Berdiri tegak dengan senyum cerah. Namun ketika netraku menemukan dia, senyumku pudar perlahan-lahan.

Cupcakes | JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang