"Aduh suami ku gemesin banget sih sayang. Maafin aku ya waktu itu nyebelin parah." Gia menyandarkan kepala nya di bahu suami nya. "Makasih udah berjuang buat kita. Sekarang kamu gak sendiri lagi, ada aku yang selalu jadi makmum kamu."

"Tuh sadar diri, dulu kamu emang nyebelin. Sok cantik banget lagi gak mau nerima gue. Tapi kamu emang cantik banget sih. Arrrghh aku mah cuma remahan doang buat kamu." Erang Zidan yang membuat Gia gemas untuk mengecup kedua pipi dan bibir suami nya.

Cup!

Cup!

Cup!

"Eh napa nih cium-cium?"

"Gak papa, suami ku gemesin soalnya. Hahaha."

"Kamu cinta gak sama aku?"

"Tiba-tiba amat."

"Jawab beb.." rengek Zidan di bahu istrinya.

"Lagian pertanyaan macam apa itu! Banget lah. Aku cinta banget sama kamu, hubby. Aku minta maaf ya, karena aku selalu denial dengan perasaan ku sendiri."

"Nanti kamu ngomong gitu lagi di depan si meymey ya?"

"Ngapain?" Gia mengernyitkan dahi nya heran.

"Mau pamer aku sama dia. Dia tuh suka ngatain aku cinta bertepuk sebelah pantat terus. Padahal kan kamu juga bucin setengah mampus sama aku, tapi beda nya aku mah ugal-ugalan. Kalau kamu kan stay cool hahaha."

"Kamu taruhan apa lagi sama dia?" Seolah paham dengan unik tingkah suami nya entah mengapa  membuat Gia selalu curiga kalau suatu saat dirinya akan menjadi bahan taruhan tak berfaedah.

"Gak ada! Curiga amat sama aku."

"Masa sih?"

"Serius beb. Aku gak taruhan." Cuma bertaruh demi harga diri beb. Ahahaha.

"Tapi kemarin Naren bilang hati-hati jadi bahan, itu maksud nya apa?"

"Dih kamu percaya sama anak itu aja udah aneh." Balas Zidan sedikit gelagapan. Bahkan pria itu memilih mengalihkan wajah gugupnya.

"Menurutku, selama kenal geng kamu, dia yang paling waras sama Bian."

"Kamu lupa si Naren sekarang gaul nya sama papa? Adek aku aja pusing kalau laki nya udah mulai bikin ulah. Bisa-bisa nya kamu percaya sama itu orang."

"Ya gak gitu juga, tapi aku bakal marah banget ya kalau kamu taruhan macem-macem." Ancam Gia yang membuat Zidan jiper.

Glek. Zidan menelan saliva nya gugup. Tiba-tiba teringat taruhan nya dengan Ravi di pernikahan Danindra beberapa waktu silam. "Gak—gak beb suer deh. Asli dua kelinci yang ada badak-badak nya."

"Yaudah aku percaya. Btw terima kasih lagi ya buat gelang nya. Aku suka banget."

"Aku juga bakal pake sih beb kecuali pas tindakan. Gelang ini simbolik kisah cinta Pangeran Idan dengan Permaisuri Gia eaaaaa..."

Lagi-lagi Gia tertawa dengan tingkah absurd suami nya. "Idih apaan sih! Jayus banget!"

"Eh beb mau tanya deh. Tapi ini di luar konteks obrolan kita."

"Tanya apa? Tanya aja."

"Di group buibu ada kontak sama Pania gak?"

"Ada sih. Kenapa emang?"

"Aku kepo dia kemana."

"Vania gak cerita apa-apa sama kita-kita dia kemana. Cuma terakhir berkabar dia bilang fix minggu ini sebelum puasa dia balik." Jelas Gia sembari menunjukkan group chat bersama sirkel buibunya.

Pengabdi Istri (The Series)Where stories live. Discover now